Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten dari Pengguna
E-Commerce Multibudaya: Tantangan dan Peluang di Pasar Internasional
13 Desember 2024 17:13 WIB
·
waktu baca 9 menitTulisan dari Shafa Camila Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam era globalisasi yang semakin terhubung, e-commerce telah menjadi tulang punggung perdagangan modern yang membuka peluang besar bagi bisnis untuk menjangkau konsumen lintas negara. Namun, keberagaman budaya juga membawa tantangan unik yang harus dihadapi perusahaan dalam menciptakan pengalaman belanja yang relevan bagi audiens global. Artikel ini mengeksplorasi bagaimana e-commerce multibudaya mampu menjembatani perbedaan budaya melalui adaptasi inovatif, seperti penyesuaian bahasa, desain produk, metode pembayaran, hingga strategi pemasaran berbasis nilai lokal.
ADVERTISEMENT
Perkembangan E-commerce Secara Global dan Bagaimana Globalisasi Mempercepat Adopsinya
Menurut Forbes, pasar e-commerce global diperkirakan mencapai $6,3 triliun pada tahun 2024. Pasar e-commerce global diperkirakan bernilai $6,3 triliun tahun ini—naik dari $5,8 triliun pada tahun 2023.
Melansir Forbes, pada tahun 2026, 24% kegiatan jual beli diperkirakan akan terjadi secara online. Konsumen kemungkinan besar akan menggunakan internet bahkan untuk shopping atau sekedar melihat-lihat (window shopping).
Globalisasi memiliki peran yang penting dalam mempercepat penerimaan e-commerce dengan meningkatkan akses ke pasar lintas negara. Internet, yang merupakan salah satu infrastruktur dasar dari globalisasi, memberikan peluang bagi perusahaan dari berbagai skala untuk terhubung dengan konsumen di seluruh dunia tanpa adanya hambatan geografis yang signifikan. Perusahaan besar seperti Amazon dan Alibaba memanfaatkan perkembangan teknologi untuk memasuki pasar baru. Sedangkan, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) memanfaatkan platform global untuk meningkatkan jangkauan mereka.
ADVERTISEMENT
Tren seperti mobile e-commerce (M-commerce), personalisasi berbasis kecerdasan buatan (AI), dan social e-commerce semakin menguatkan posisi e-commerce di pasar global. Sebaliknya, tantangan seperti perlindungan data, regulasi lintas negara, dan hambatan logistik tetap menjadi isu penting yang harus segera diatasi. Untuk menghadapinya, inovasi teknologi dan strategi adaptif berdasarkan data menjadi solusi utama untuk menjaga daya saing di pasar e-commerce global.
Pentingnya Aspek Budaya dalam Keberhasilan E-commerce Lintas Negara
Dalam e-commerce lintas negara, faktor budaya memainkan peran penting dalam keberhasilan pemasaran dan operasional. Perbedaan budaya mempengaruhi cara konsumen memahami, menanggapi, dan berinteraksi dengan platform online. Misalnya, preferensi visual, seperti palet warna dan desain sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya. Selain itu, penyesuaian bahasa dan cerita lokal juga menjadi hal krusial karena konsumen cenderung lebih memilih platform yang menggunakan bahasa mereka beserta konteks yang sesuai. Variasi ini dapat dilihat pada perusahaan seperti Amazon yang berhasil di pasar global karena menyesuaikan komunikasi dan layanannya dengan budaya lokal. Selain itu, Alibaba memanfaatkan budaya lokal dengan menghadirkan acara, seperti “Single’s Day” yang sekarang telah berkembang menjadi festival belanja global. Sebaliknya, perusahaan yang tidak memahami norma budaya menghadapi risiko yang signifikan. Misalnya, Walmart mengalami kegagalan di Jerman karena kurangnya pemahaman terhadap budaya kerja setempat dan budaya konsumen. Dalam dunia e-commerce lintas negara, menghormati dan memahami budaya lokal bukan hanya sekadar strategi, tetapi juga kebutuhan untuk mencapai keberlanjutan bisnis di era globalisasi.
ADVERTISEMENT
Apa Itu E-Commerce Multibudaya?
E-commerce multibudaya adalah praktik kegiatan perdagangan elektronik yang secara aktif menggabungkan dan menghormati keberagaman budaya dalam operasional dan strategi bisnisnya. Dalam hal ini, e-commerce multibudaya mencakup adaptasi pada berbagai aspek seperti bahasa, desain, norma sosial, pola belanja, hingga metode pembayaran untuk menciptakan pengalaman belanja yang relevan dan personal bagi konsumen lintas budaya. Jadi, perusahaan e-commerce tidak hanya berfokus pada transaksi jual beli, tetapi juga berusaha untuk memahami, menyesuaikan, dan menanggapi kebutuhan serta preferensi konsumen dari berbagai latar belakang budaya.
Tantangan dalam E-Commerce Multibudaya
1. Adaptasi bahasa dan komunikasi
Bahasa merupakan tantangan utama dalam e-commerce multibudaya. Konsumen cenderung lebih menyukai belanja di platform yang menggunakan bahasa mereka dengan benar. Kesalahan dalam penerjemahan atau konteks bahasa bisa menyebabkan kebingungan atau bahkan merusak reputasi merek. Contohnya, idiom atau frasa tertentu mungkin tidak memiliki makna yang serupa dalam budaya yang berbeda.
ADVERTISEMENT
2. Perbedaan nilai dan preferensi budaya
Budaya berperan dalam bagaimana konsumen melihat nilai sebuah produk. Desain produk, warna, dan strategi pemasaran perlu selaras dengan preferensi lokal. Misalnya, di negara-negara Asia, warna merah sering kali dikaitkan dengan keberuntungan, sementara di beberapa negara Barat, merah dapat melambangkan peringatan atau bahaya. Ketidakpahaman terhadap makna budaya ini dapat menyebabkan produk atau merek tidak menarik di pasar lokal.
3. Tantangan logistik dan regulasi
Pengiriman antar negara menciptakan tantangan logistik yang rumit, seperti masalah pengemasan, waktu pengiriman, biaya bea cukai, dan regulasi lokal. Perbedaan infrastruktur di berbagai negara juga dapat berdampak pada kemampuan perusahaan dalam menyediakan layanan dengan cepat dan efisien. Misalnya, regulasi ketat terkait impor barang tertentu di beberapa negara dapat membatasi jenis produk yang dapat dipasarkan secara online.
ADVERTISEMENT
4. Beragam metode pembayaran
Preferensi cara membayar sangat berbeda di berbagai negara. Di negara-negara maju, penggunaan kartu kredit atau pembayaran daring seperti PayPal lebih lazim, sementara di negara berkembang, metode seperti cash-on-delivery (COD) dan dompet digital lebih diminati. Masalah bagi perusahaan adalah menggabungkan cara pembayaran lokal tanpa mengorbankan efektivitas sistem.
5. Standar layanan konsumen
Ekspektasi pengguna layanan konsumen berbeda-beda di berbagai budaya. Sebagian konsumen dapat menginginkan layanan yang sangat personal. Sedangkan, yang lain lebih berfokus pada kecepatan. Misalnya, konsumen Jepang sangat menghargai tata krama dalam berkomunikasi, sementara konsumen di Amerika Serikat biasanya mengharapkan penyelesaian masalah yang cepat dan langsung.
6. Teknologi dan akses internet
Tidak semua negara memiliki akses teknologi dan internet yang setara. Infrastruktur digital yang kurang berkembang dapat membatasi pengalaman konsumen dalam mengakses platform e-commerce. Di negara-negara tertentu, perbedaan dalam kecepatan internet dan adopsi teknologi memengaruhi pola konsumsi.
ADVERTISEMENT
Peluang dalam E-Commerce Multibudaya
1. Ekspansi pasar global
Dengan mengadopsi pendekatan multibudaya, perusahaan dapat menjangkau konsumen di berbagai negara dan budaya. Berdasarkan data dari Sellers Commerce (2024), pasar e-commerce global diperkirakan tumbuh hingga mencapai nilai $6.86 trillion pada tahun 2025. Keberagaman budaya membuka peluang bagi perusahaan untuk menyesuaikan produk dan layanan mereka sehingga relevan bagi berbagai kelompok konsumen.
2. Penguatan citra merek global
Pendekatan yang menghormati dan merayakan keberagaman budaya dapat memperkuat citra merek secara global. Konsumen cenderung lebih mendukung merek yang menunjukkan sensitivitas budaya dan menghormati nilai-nilai lokal. Misalnya, Nike Air Zoom Type N7 memiliki kombinasi warna yang terinspirasi oleh medicine wheel, yaitu simbol budaya Lakota yang melambangkan keseimbangan dan empat arah, serta seni bulu landak yang rumit dari Suku Lauren Schad, Bangsa Cheyenne River Lakota.
ADVERTISEMENT
3. Pengembangan produk yang disesuaikan
Pemahaman terhadap budaya lokal memungkinkan perusahaan menciptakan produk yang memenuhi kebutuhan dan preferensi konsumen di setiap wilayah. Contohnya, McDonald’s menghadirkan menu unik seperti McAloo Tikki di India dan Samurai Pork Burger di Thailand untuk mencerminkan rasa lokal. Adaptasi ini tidak hanya meningkatkan penjualan tetapi juga menciptakan loyalitas konsumen.
4. Peningkatan inklusi digital
E-commerce multibudaya dapat membantu mendorong inklusi digital di pasar negara berkembang. Dengan menawarkan platform yang dapat digunakan dalam berbagai bahasa dan metode pembayaran lokal, perusahaan dapat menjangkau konsumen yang sebelumnya tidak memiliki akses terhadap pasar online global. Hal ini juga dapat memberikan kesempatan kepada pelaku UMKM untuk memasuki pasar internasional.
5. Pengaruh budaya terhadap tren global
ADVERTISEMENT
Budaya lokal kerap menjadi penggerak bagi tren dunia. Misalnya, budaya Korea, seperti K-Wave telah meningkatkan popularitas kecantikan K-Beauty dan makanan Korea secara internasional. Perusahaan yang dapat mengenali tren ini dapat memperluas produk mereka untuk menarik konsumen global yang terpengaruh oleh budaya lokal.
6. Pertumbuhan pasar lintas generasi
Perilaku konsumen lintas generasi juga dapat menciptakan peluang besar. Generasi muda, khususnya Gen Z dan Milenial cenderung lebih terbuka terhadap produk internasional yang mewakili identitas global mereka. Sebaliknya, konsumen yang lebih senior mungkin lebih menghargai aspek budaya lokal. Menyeimbangkan kebutuhan lintas generasi memungkinkan perusahaan untuk memperluas jangkauan konsumen mereka.
Studi Kasus Sukses
Amazon di India
Amazon telah memperlihatkan keberhasilan signifikan dalam memperluas operasinya ke pasar global dengan mengadopsi pendekatan berbasis budaya lokal. Di India, misalnya, perusahaan menyadari bahwa sebagian besar konsumen belum sepenuhnya beralih ke sistem pembayaran digital. Faktor-faktor seperti akses terbatas terhadap kartu kredit, kepercayaan rendah pada keamanan transaksi digital, serta kebiasaan menggunakan uang tunai dalam kehidupan sehari-hari menjadi penghalang utama bagi banyak konsumen untuk berbelanja secara online. Oleh karena itu, Amazon mengintegrasikan metode pembayaran cash-on-delivery (COD) ke dalam operasinya untuk memberikan alternatif yang nyaman dan sesuai dengan preferensi budaya lokal. Dengan menyesuaikan pendekatan bisnisnya untuk memenuhi kebutuhan lokal, Amazon membuktikan bahwa pemahaman mendalam terhadap nilai dan kebiasaan budaya dapat menjadi kunci sukses dalam penetrasi pasar global.
ADVERTISEMENT
Alibaba dengan Festival Single’s Day
Alibaba menggunakan pendekatan budaya yang sangat strategis dalam menciptakan dan mempopulerkan Singles' Day (11.11), yang awalnya merupakan "Hari Jomblo" sebagai respons terhadap Hari Valentine. Event ini dirancang ulang menjadi festival belanja terbesar di dunia dengan penekanan pada hiburan, keterlibatan sosial, dan diskon besar-besaran. Salah satu elemen kunci yang membuat Singles' Day begitu sukses adalah transformasinya menjadi pengalaman sosial yang interaktif, termasuk konser dengan selebritas internasional, game online yang memungkinkan pengguna mendapatkan diskon tambahan, serta aktivitas offline di ritel mitra Alibaba, seperti supermarket Hema. Kombinasi ini tidak hanya menarik konsumen tetapi juga mengintegrasikan belanja ke dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Tiongkok yangmenjadikan event ini sebagai perayaan budaya belanja modern yang berbeda dari Black Friday di Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
E-commerce multibudaya menawarkan peluang besar sekaligus tantangan unik di pasar global. Globalisasi mempercepat adopsi e-commerce dengan menghilangkan hambatan geografis yang memungkinkan perusahaan besar seperti Amazon dan Alibaba untuk memanfaatkan teknologi guna memperluas jangkauan mereka. Namun, keberhasilan tidak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga pada pemahaman mendalam terhadap budaya lokal. Penyesuaian aspek seperti bahasa, norma sosial, metode pembayaran, dan desain produk menjadi kunci keberhasilan dalam menciptakan pengalaman belanja yang relevan bagi konsumen dari berbagai budaya. Strategi seperti "cash-on-delivery" di India oleh Amazon dan transformasi "Singles' Day" oleh Alibaba menjadi bukti bahwa inovasi berbasis budaya tidak hanya meningkatkan penjualan tetapi juga membangun kepercayaan konsumen serta mendorong perubahan pola belanja global. Pendekatan yang menghormati keberagaman budaya ini menjadi kebutuhan strategis untuk keberlanjutan bisnis di era digital.
ADVERTISEMENT
Referensi
Adi. (2019). What’s Different in McDonald’s Thailand. Retrieved from https://thesumoftravel.com/whats-different-in-mcdonalds-thailand/.
Empathanussa, Devano dan Iing Sri Hardiningrum. (2023). Pengaruh Penggunaan E-Commerce Dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Di Marketplace Akan Produk-Produk Busana (Studi Kasus Mahasiswa Program Studi Manajemen UNISKA). Digital Bisnis: Jurnal Publikasi Ilmu Manajemen dan E-Commerce.
Hypebeast. (2021). Nike Honors Indigenous Culture and Craft in New N7 Collection. Retrieved from https://hypebeast.com/2021/7/summer-nike-n7-collection.
Pymnts. (2019). How Singles Day Gave Rise To China’s Digital Commerce Culture. Retrieved from https://www.pymnts.com/news/ecommerce/2019/how-china-contextual-digital-commerce-makes-49-billion-dollar-singles-days-possible/.
Ribet, Steven. (2019). How Alibaba’s Singles’ Day became a global billion dollar shopping festival – and what ‘11.11’ means for luxury brands. Retrieved from https://www.scmp.com/magazines/style/luxury/article/3037213/how-alibabas-singles-day-became-global-billion-dollar.
Sari, Yenny M. (2023). Ini Menu yang Ditawarkan McDonald's India, Seperti Apa Ya ?. Retrieved from https://food.detik.com/info-kuliner/d-6827730/ini-menu-yang-ditawarkan-mcdonalds-india-seperti-apa-ya.
ADVERTISEMENT
Sellers Commerce. (2024). 51 eCommerce Statistics In 2024 (Global and U.S. Data). Retrieved from https://www.sellerscommerce.com/blog/ecommerce-statistics/.
Sheridan, Nina. (n. d.). Amazon Global Marketing Strategy: Insights into Its Success and Adaptations. Retrieved from https://www.latterly.org/amazon-global-marketing-strategy/.
Snyder, Kristy. (2024). 35 E-Commerce Statistics of 2024. Retrieved from https://www.forbes.com/advisor/business/ecommerce-statistics/.