Konten dari Pengguna

Demam Kangen, Obatnya Tiket Kereta Api

Shafa Hana
Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Purwokerto angkatan 2021
14 Januari 2025 11:58 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shafa Hana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pemandangan Gedung Apartemen Transmart Juanda (Sumber: dokumentasi pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Pemandangan Gedung Apartemen Transmart Juanda (Sumber: dokumentasi pribadi)
ADVERTISEMENT
“Bu, aku sakit.”
Jarak yang memisahkan tak mampu meredam rasa khawatir seorang ibu saat mendengar anaknya jatuh sakit di kota yang jauh. Hati yang tak tenang mendesak sang ibu untuk segera melakukan perjalanan menuju ke Jakarta, menghampiri sang buah hati yang sedang sakit. Tak ingin pergi sendirian, maka ibu mengajak si bungsu, aku, untuk menemani perjalanan ini. Dua hari kemudian, dengan secarik tiket kereta api di tangan, aku dan ibu dan melangkah keluar rumah. Matahari menyinari wajah seolah memberikan berkah untuk perjalanan yang akan kami tempuh.
ADVERTISEMENT
Dentuman roda kereta api memecah kesunyian, mengiringi langkahku dan ibu dalam perjalanan menuju Jakarta. Setiap goncangan kereta terasa seperti detak jantung yang bersemangat, setiap kilometer yang terlewati adalah satu langkah lebih dekat pada tujuan kami. Pemandangan diluar jendela silih berganti, dari hamparan sawah hijau yang luas hingga gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi. Perubahan pemandangan itu bagaikan lukisan hidup yang terus berganti, mengiringi perjalanan waktu kami. Setibanya di Jakarta, kelelahan perjalanan seketika sirna begitu kami menginjakkan kaki di tanah Ibu Kota. Di luar jendela, lampu-lampu kota berkelap-kelip, seolah menemani mereka dalam mimpi indah, menantikan pagi yang akan membawa kebahagiaan. Mereka segera beristirahat, bersiap untuk bertemu sang sulung keesokan harinya.
ADVERTISEMENT
Subuh menyingsing, menandai dimulainya petualangan baru. Jam menunjukkan pukul lima pagi, mereka bergegas meninggalkan rumah untuk menghindari kemacetan yang pasti akan terjadi di Ibu Kota. Ditemani sepupu, waktu seakan berhenti ketika aku dan ibu dan melakukan perjalanan selama dua jam. Setiap detik terasa berharga, mengisi hati dengan harapan dan ketenangan. Setibanya di rumah kakak, si sulung, yang kemarin terbaring lemah, kini telah bangkit kembali, segar bugar seperti bunga yang baru mekar. Seketika tawa pecah menjadi serpihan keharuan saat terungkap bahwa di balik senyumnya, kakak ternyata sedang menahan rindu yang mendalam. Obat mujarabnya? Sebuah foto sederhana, namun sarat makna: tiket kereta api menuju Jakarta, yang akan mempertemukan kami bertiga.
ADVERTISEMENT
Setelah berhari-hari terkurung di kamar, akhirnya kakak bisa kembali beraktivitas dengan ceria. Sebagai bentuk syukur, tante, adik ibu, mengajak kami berlibur singkat di Bekasi. Kami menghabiskan waktu di Transmart Juanda yang luas, berkeliling sambil tertawa lepas. Puncak keseruan kami adalah saat mampir ke apartemen Tante. Sambil menikmati pemandangan kota Bekasi yang indah dari balkon, kami menyantap camilan lezat sambil bercerita banyak hal. Kakak yang tadinya hanya beralasan sakit 'kangen' pun tak luput dari godaan kami. Kami bercanda dan meledeknya habis-habisan, hingga suasana penuh kehangatan menyelimuti kami. (sal)