Konten dari Pengguna

Merdeka Belajar: Pembelajaran Berdiferensiasi untuk Semua Siswa

Shafa Nisa
Mahasiswa PGSD Universitas Sriwijaya
5 Oktober 2024 14:37 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shafa Nisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dokumentasi Pribadi Observasi Pembelajaran Kurikulum Merdeka di SDN 56 Prabumulih
zoom-in-whitePerbesar
Dokumentasi Pribadi Observasi Pembelajaran Kurikulum Merdeka di SDN 56 Prabumulih
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pendidikan di Indonesia diharapkan mampu mencetak individu yang cerdas, mandiri, dan siap menghadapi tantangan hidup, sesuai dengan tujuan yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam rangka mencapai tujuan ini, penerapan kurikulum yang adaptif dan fleksibel sangat penting. Salah satu pendekatan yang semakin populer dan relevan adalah pembelajaran berdiferensiasi, yang menyesuaikan metode dan materi pembelajaran dengan kebutuhan, minat, serta kemampuan masing-masing siswa.
ADVERTISEMENT
Dengan hadirnya Kurikulum Merdeka, konsep pembelajaran berdiferensiasi semakin dipermudah. Kurikulum ini memberi guru kebebasan untuk mengembangkan kurikulum operasional yang sesuai dengan kondisi sekolah dan siswanya. Hal ini memberikan ruang bagi guru untuk mengadaptasi metode dan materi pengajaran dengan lebih leluasa, agar sesuai dengan gaya belajar siswa. Beberapa siswa mungkin lebih menyukai belajar secara visual, melalui gambar atau diagram, sementara yang lain lebih menyerap materi lewat penjelasan lisan (auditory) atau melalui aktivitas fisik (kinestetik).
Pembelajaran berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka memungkinkan guru untuk mengombinasikan berbagai metode pengajaran, mulai dari penggunaan materi visual seperti gambar dan video, penjelasan verbal, hingga aktivitas fisik yang melibatkan siswa secara langsung. Dengan mengakomodasi gaya belajar yang berbeda-beda, siswa dapat lebih terlibat secara aktif, yang pada akhirnya meningkatkan hasil belajar secara signifikan. Kurikulum Merdeka memberi fleksibilitas ini agar siswa lebih siap dalam menghadapi tantangan di masa depan dengan kemampuan yang lebih terasah dan komprehensif.
ADVERTISEMENT
Tantangan dalam Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi
Meskipun konsep pembelajaran berdiferensiasi telah diperkenalkan sejak lama, penerapannya di sekolah masih menemui banyak tantangan. Dalam Seri Webinar IKM pada 31 Mei 2023, Menteri Pendidikan Nadiem Makarim menekankan pentingnya fleksibilitas yang diberikan oleh Kurikulum Merdeka dalam mendukung penerapan pembelajaran berdiferensiasi. Namun, banyak guru yang masih merasa kesulitan dalam mengelola waktu, menyiapkan modul yang variatif, dan menyesuaikan metode pembelajaran dengan kemampuan siswa yang beragam.
Observasi penulis di SD Negeri 56 Prabumulih pada tanggal (Kamis, 12/9) mengungkapkan adanya keragaman gaya belajar yang signifikan di kelas V.A. Dari 27 siswa, 13 di antaranya memiliki gaya belajar visual, di mana mereka lebih mudah memahami materi jika disajikan melalui gambar, diagram, atau grafik. Sementara itu, 9 siswa lebih condong pada gaya belajar auditory, yang lebih efektif belajar melalui penjelasan verbal. Selain itu, 5 siswa lainnya memiliki gaya belajar kinestetik, di mana mereka lebih optimal dalam belajar melalui aktivitas fisik atau pengalaman langsung.
ADVERTISEMENT
Namun, pengamatan lebih lanjut menunjukkan bahwa metode pengajaran di kelas V.A masih didominasi oleh ceramah dan diskusi. Siswa dengan gaya belajar auditory mungkin dapat lebih mudah memahami materi, tetapi siswa visual dan kinestetik merasa kesulitan untuk menyerap informasi secara optimal. Situasi ini menyebabkan sebagian besar siswa mengalami kejenuhan dan kehilangan minat belajar, terutama ketika materi tidak disesuaikan dengan preferensi belajar mereka.
Miskonsepsi: Tidak Perlu Menciptakan Perangkat Ajar yang Berbeda-Beda
Salah satu kesalahpahaman yang sering muncul di kalangan guru terkait penerapan pembelajaran berdiferensiasi adalah anggapan bahwa mereka harus membuat perangkat ajar yang berbeda-beda untuk setiap gaya belajar siswa. Banyak yang mengira pembelajaran berdiferensiasi berarti membuat modul ajar, bahan ajar, atau media ajar yang terpisah untuk setiap kelompok siswa yang memiliki preferensi belajar berbeda, seperti visual, auditory, atau kinestetik. Hal ini tentu membuat guru merasa terbebani, mengingat keterbatasan waktu dan sumber daya yang ada.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, berdasarkan Panduan Pembelajaran dan Asesmen Edisi Revisi Tahun 2024 pada halaman 40-44, dinyatakan bahwa yang perlu dilakukan guru bukanlah membuat perangkat ajar terpisah untuk setiap gaya belajar, melainkan mengombinasikan bahan ajar dan metode yang bervariasi untuk mengajarkan satu topik. Kombinasi ini dapat berupa penjelasan tertulis dan lisan, penggunaan materi visual seperti gambar dan video, serta penerapan langsung melalui praktik atau penyelesaian masalah nyata. Dengan pendekatan ini, peserta didik dengan berbagai preferensi belajar akan merasa lebih nyaman dan tertarik untuk belajar.
Pada prinsipnya, semakin banyak anggota tubuh yang dilibatkan dalam kegiatan belajar, semakin kuat penanaman ilmu yang dipelajari. Misalnya, siswa yang belajar tidak hanya mendengarkan, tetapi juga melihat visualisasi dan terlibat secara aktif dalam kegiatan praktis, akan lebih mudah menyerap materi. Kombinasi yang kaya dari berbagai pendekatan ini membuat pembelajaran menjadi lebih inklusif, sehingga setiap siswa dapat menemukan cara belajar yang sesuai dengan dirinya tanpa harus memisahkan mereka berdasarkan gaya belajar. Dengan demikian, pembelajaran berdiferensiasi tidak harus memecah perhatian guru untuk membuat modul terpisah, melainkan mengoptimalkan pengalaman belajar melalui kombinasi metode dan media yang bervariasi.
ADVERTISEMENT
Keunggulan Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka yang mulai diterapkan pada tahun ajaran 2022/2023 memberikan fleksibilitas kepada guru untuk merancang pembelajaran yang lebih relevan dengan kebutuhan siswa. Dalam konteks pembelajaran berdiferensiasi, guru dapat menyesuaikan konten, proses, dan produk pembelajaran sesuai dengan gaya belajar siswa. Zulfikri Anas, Plt. Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikbudristek, menjelaskan bahwa Kurikulum Merdeka memungkinkan guru memilih format dan materi pembelajaran yang lebih esensial dan sesuai dengan kemampuan siswa. Ini memberi ruang bagi implementasi metode yang berbeda-beda sesuai dengan keragaman profil siswa di kelas.
Penelitian yang dilakukan oleh Nunung Nurjannah dan Syamsudin (2022) di SDN 1 Imbanagara Raya menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran berdiferensiasi dapat meningkatkan pemahaman siswa secara signifikan. Pada siklus II penelitian mereka, sebanyak 90,63% siswa berhasil mencapai tujuan pembelajaran ketika guru menggunakan berbagai media pembelajaran seperti buku, modul, video, dan aplikasi bimbingan online. Hal ini menunjukkan bahwa strategi diferensiasi, jika diterapkan dengan baik, mampu meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa.
ADVERTISEMENT
Solusi Tantangan Penerapan Diferensiasi
Diferensiasi dalam pembelajaran memberikan solusi konkret untuk menghadapi keragaman gaya belajar dan kemampuan siswa di kelas. Meski demikian, penerapannya masih memerlukan dukungan dan pelatihan intensif bagi guru. Di SD Negeri 56 Prabumulih, misalnya, penggunaan metode yang didominasi ceramah jelas tidak efektif untuk sebagian besar siswa. Guru perlu mengembangkan keterampilan dalam menyusun modul pembelajaran yang lebih interaktif dan bervariasi, dengan mempertimbangkan gaya belajar visual, auditory, dan kinestetik.
Selain itu, pemerintah dan institusi pendidikan perlu menyediakan lebih banyak pelatihan serta materi yang mendukung penerapan pembelajaran berdiferensiasi. Hal ini penting agar guru dapat lebih percaya diri dalam menerapkan berbagai metode yang sesuai dengan kebutuhan siswa, sehingga proses pembelajaran tidak hanya menjadi rutinitas, tetapi benar-benar mampu memberikan pengalaman belajar yang bermakna.
ADVERTISEMENT
Masa Depan Pembelajaran Berdiferensiasi
Pembelajaran berdiferensiasi, yang diusung oleh Kurikulum Merdeka, memberikan kesempatan bagi guru untuk menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan individu siswa. Observasi dan analisis yang dilakukan di SD Negeri 56 Prabumulih menunjukkan bahwa penerapan metode ini masih memerlukan dukungan lebih besar, terutama dalam hal pelatihan dan pengembangan media pembelajaran yang relevan dengan gaya belajar siswa yang beragam. Pemahaman yang jeli dan benar terhadap pembelajaran diferensiasi yang dimiliki akan dapat menghindari beban kerja berlebihan dan fokus pada pembelajaran yang variatif dan interaktif, pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hasil belajar. Pada prinsipnya, semakin banyak indera dan aktivitas yang terlibat dalam proses belajar, semakin kuat penanaman ilmu pada siswa. Dengan komitmen dari semua pihak, terutama guru dan institusi pendidikan, pembelajaran berdiferensiasi dapat menjadi kunci dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, menjadikan siswa lebih terlibat, termotivasi, dan sukses dalam belajar.
ADVERTISEMENT
Sumber:
Penulis :
Shafa Nisa Al-Iman dan Dwi Cahaya Nurani