Mengenal Temper Tantrum pada Anak

Shahnaz Afifah Firdausi
Mahasiswi Psikologi Universitas Brawijaya
Konten dari Pengguna
29 November 2022 19:15 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shahnaz Afifah Firdausi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pic from Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Pic from Pexels
ADVERTISEMENT
Temper tantrum adalah salah satu masalah perilaku paling umum yang terjadi pada anak. Masalah perilaku ini biasanya terjadi pada anak yang berusia antara 1-4 tahun. Temper tantrum juga merupakan salah satu proses perkembangan pada anak dalam mengelola emosinya. Ini merupakan masalah perilaku yang bisa didefinisikan sebagai episode frustasi atau kemarahan yang ekstrem pada anak.
ADVERTISEMENT
Contoh dari perilaku temper tantrum pada anak di antaranya adalah berteriak, menangis, memukul-mukul, melempar barang, menendang, dan sebagainya.

Perilaku ini sering dianggap sebagai “amukan”

Penyebab Temper Tantrum

Penyebab temper tantrum bermacam-macam, bisa berasal dari anak itu sendiri maupun orang tua sang anak.
Penyebab temper tantrum yang berasal dari anak itu sendiri biasanya karena mereka tidak bisa mengungkapkan perasaannya sendiri kepada orang lain terutama orang tuanya dan tidak paham bagaimana cara mengatasinya. Selain itu, perilaku temper tantrum bisa terjadi karena anak-anak kelaparan, kelelahan, sakit, frustasi, hingga kemampuan koping yang terbatas.
Sedangkan, temper tantrum bisa juga terjadi karena perilaku orang tua kepada sang anak. Ada orang tua yang sering memarahi anaknya, teriak-teriak, bahkan sampai melakukan kekerasan fisik pada saat anaknya melakukan kesalahan. Tanpa sadar, perilaku orang tua kepada sang anak akan memengaruhi bagaimana anak akan bersikap nantinya pada masa sekarang maupun pada masa depan. Hal tersebut juga dapat berdampak ke psikis sang anak. Anak berperilaku temper tantrum bisa dikarenakan oleh perilaku orang tuanya, dia melihat, lalu menirunya.
ADVERTISEMENT
Seperti contoh nyata yang sering terjadi di mana biasanya anak berperilaku temper tantrum di tempat umum atau keramaian. Salah satunya ketika anak tiba-tiba menangis hingga berteriak saat menginginkan mainan. Namun, orang tua melarang sang anak untuk membeli mainan tersebut. Posisi seperti inilah yang membuat orang tua bingung harus bersikap apa karena sang anak susah untuk ditenangkan.
Foto : Pexels
Terkadang orang tua memutuskan untuk menuruti keinginan anaknya karena keadaan di mana mereka merasa malu menjadi pusat perhatian orang-orang di sekitarnya. Menurut beberapa orang tua, hal tersebut merupakan solusi terbaik karena cepat terselesaikan, dan sang anak akan kembali tenang karena dituruti keinginannya.
Pada kenyataannya, semakin sang anak dituruti keinginannya, semakin juga sang anak merasa bahwa menangis hingga berteriak-teriak merupakan salah satu cara agar segala keinginan mereka dituruti. Perilaku temper tantrum bisa semakin berkembang level atau keparahannya jika keinginannya dituruti terus-menerus. Hal ini bukanlah solusi yang tepat.
ADVERTISEMENT
Sebelum memutuskan sebuah solusi, pikirkanlah penyebab anak berperilaku temper tantrum terlebih dahulu. Karena penyebab temper tantrum pada anak sangatlah bermacam-macam. Setelah diketahui penyebabnya, maka temper tantrum bisa dicegah dan diselesaikan lebih cepat.

Cara Mengatasi Temper Tantrum pada Anak

Cara untuk mengatasi temper tantrum pada anak bermacam-macam.
Jika posisinya sedang berada dikeramaian, bawalah sang anak ke tempat sepi, lalu berusaha menenangkan diri terlebih dahulu. Walaupun cukup sulit untuk mengatasi ini, jangan sampai orang tua ikut terbawa perasaan. Jika sang anak menangis hingga berlarut-larut, biarkanlah sang anak menangis hingga selesai terlebih dahulu. Orang tua bisa juga sambil memeluk anaknya untuk menenangkan.
Selain itu, ada juga cara di mana orang tua bisa membawa sang anak ke tempat sepi dan membiarkannya sendiri terlebih dahulu. Namun, orang tua tetap mengawasi dengan posisi yang agak berjarak. Biarkan sang anak meredakan tangisannya sendiri.
ADVERTISEMENT
Cobalah alihkan ke perhatian lain yang juga disukai anak, yang membuat sang anak kembali senang. Tetap mencoba tenang disaat anak sedang temper tantrum. Jangan sampai memukul, mencubit, mengkasari sang anak ataupun hal-hal yang berhubungan dengan menyakiti fisik sang anak atau reaksi negatif. Karena hal itu akan membuat emosi sang anak semakin parah dan bisa membuat trauma.
Namun, jangan juga langsung menuruti keinginan sang anak, karena hal tersebut bisa dijadikan “tameng” oleh anak agar dapat dituruti keinginannya. Tidak perlu malu, karena hanya orang tua yang mengerti tentang anaknya sendiri. Hiraukan orang-orang di sekitar yang mungkin saja sedang menatap hingga meremehkan.
Mungkin saja melalui bentuk perhatian sekecil apa pun, sang anak bisa merasakan bagaimana orang tua mencintainya. Orang tua bisa melakukan pelukan, pijatan lembut, mengusap kepala, dan lain-lain sebagaimana orang tua merepresentasikan rasa cinta dan kasih sayangnya kepada anak.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, cobalah memahami emosi sang anak jika mengalami temper tantrum di tempat mana pun. Cari tahu penyebabnya sekecil apa pun. Ingatlah bahwa temper tantrum merupakan salah satu proses dalam perkembangan emosi di hidup sang anak.

Referensi :

Daniels, E., Mandleco, B., & Luthy, K. E. (2012). Assessment, management, and prevention of childhood temper tantrums. Journal of the American Academy of Nurse Practitioners, 24(10), 569-573.
Schilling, Elizabeth M. (Juni, 2022). Temper Tantrums. Nemours KidsHealth. Diakses pada 28 November 2022 dari https://kidshealth.org/en/parents/tantrums.html.