Memaknai Keberkahan Ramadhan (6)

Shamsi Ali
Putra Indonesia ini merupakan Imam yang dihormati di AS. Dinobatkan sebagai salah 1 tokoh agama berpengaruh di New York.
Konten dari Pengguna
28 Maret 2023 9:32 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shamsi Ali tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pekerja proyek saat salat. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pekerja proyek saat salat. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
“Mankind is a spiritual being in a physical body”.
Kalau seandainya saya ditanya tentang definisi manusia maka jawaban saya kira-kira seperti di atas. Bahwa manusia itu adalah wujud spiritualitas bersemayam dalam sebuah wujud fisikal.
ADVERTISEMENT
Intinya adalah bahwa nilai (value) sejati manusia itu ada pada posisi ruhiyahnya. Kemuliaan, kehormatannya ditentukan oleh nilai spiritualitasnya.
Kalau sekiranya manusia bangga karena fisiknya maka sudah pasti gajah, kerbau atau sapi pantas lebih bangga darinya. Kalau kekuasaan menjadi penentu kehormatannya boleh jadi seekor harimau akan lebih bangga kekuasaannya di hutan belantara sana.
Karenanya sekali lagi, nilai kemanusiaan (human value) manusia ada pada aspek ruhiyah kehidupannya.
Jika penciptaan jasad manusia terbuat dari tanah liat (thiin). Maka eksistensi “ruh” manusia langsung dari tiupan ruh Ilahi (nafakha fii min ruhina).
Pemakaman Pondok Ranggon di Jakarta. Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
Oleh karena ruh adalah tiupan “ruh Ilahi” maka ruh inilah yang nanti pada akhirnya akan kembali ke asalnya, kembali menghadap Allah SWT (inna ilaihi rajiun). Sementara fisiknya akan kembali pula bersatu dengan asalnya di tanah (tsumma nu’idukum fiiha marratan ukhra).
ADVERTISEMENT
Jika fisik berakhir dengan kebusukan dan kehancuran, maka ruh yang terjaga, mulia selamanya.
Hakikatnya sebagai pemberian Allah yang khusus kepada manusia, menjadikan ruh rahasia yang tiada tahu kecuali Allah SWT sendiri. “Dan katakan sesungguhnya ruh itu adalah urusan Allah” (Al-Quran).
Sedemikian mulianya ruh manusia maka Islam sebagai agama kehidupan, seluruh elemennya mengandung aspek “spiritual nourishment” (makanan ruh). Dari ibadah-ibadah ritual hingga ke aspek-aspek muamalatnya.
Ketika akan makan atau tidur misalnya, doa yang dipanjatkan semuanya bermuara kepada langit (Allah). Makan meminta “barokah”. Dan barokah itu ada di tangan Allah yang “Tabaaraka”.
Ilustrasi pasangan suami istri muslim. Foto: Shutterstock
Tidur juga atas namaNya Allah (bismika). Keduanya bukan sekadar aktivitas duniawi yang hampa ruhiyah. Tapi terikat dengan nilai-nilai samawi yang sarat dengan ruhiyah.
ADVERTISEMENT
Jangankan makan dan tidur, hubungan suami istri pun tidak lepas dari nilai-nilai ruhiyah itu. Sehingga disebutkan bahwa hubungan yang tidak dimulai dengan doa perlindungan dari setan, anak yang tercipta dari hubungan itu akan ikut terpengaruh setan.
Bahkan keluar masuk WC sekali pun semuanya memiliki nilai-nilai ruhiyah karena bersentuhan langsung dengan nilai-nilai samawi (ruhiyah). Meminta perlindungan dari syetan “Allahumma inni auzdu bika minal khubutsi wal khabaaits”.
Apalagi aspek ritual agama ini. Dari salat, puasa, haji dan ragam bentuk ibadah ritual, semuanya secara mendasar dimaksudkan untuk menumbuhsuburkan nilai-nilai ruhiyah manusia. Karena pada semua amalan itu “dzikrullah" yang menjadi esensi dasarnya.
Ilustrasi salat Idulfitri. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Salat yang kosong dari zikir (mengingat Allah) dikategorikan oleh Al-Quran sebagai salat kemunafikan (laa yadzjuruna Allah illa qalila). Bahkan terancam dengan neraka “wael”.
ADVERTISEMENT
Puasa secara khusus penuh dengan nilai-nilai spiritualitas (ruhiyah). Makan sahur itu bukan sekadar makan pagi. Tapi sebuah amalan ibadah yang padanya dijanjikan “barokah”.
“Makan sahurlah karena sesungguhnya pada sahur itu ada barokah” (hadits).
Barokah itu adalah nilai tambah karena bersentuhan langsung dengan Allah (Tabaraka). Sehingga dengan sendirinya merupakan “penguatan ruh” yang memang langsung dari Allah (ruhina).
Singkatnya semua amalan yang terjadi di Bulan Ramadhan, salat-salat sunah, baca Al-Quran, Tarawih dan qiyaam, hingga kepada sadaqa dan bahkan tidur sekalipun bernilai spiritualitas.
Ilustrasi puasa Ramadhan. Foto: Oleksandra Naumenko/Shutterstock
Puasa diakhiri dengan berbuka puasa (Iftar). Sebuah amalan yang bukan sekadar makan malam seperti biasanya. Tapi semua amalan yang sarat dengan nilai ruhiyah.
Karenanya doa berbuka dikaitkan langsung dengan ikatan Ilahi: “Untuk Engkau aku berpuasa, kepadaMu aku beriman, dan dengan rezekiMu juga aku berbuka puasa. Maka terimalah dariku. Sungguh Engkau Maha mendengar lagi Maha melihat”.
ADVERTISEMENT
Karenanya bulan Ramadhan ini harus menjadi momentum yang baik dalam membangun kehidupan ruhiyah yang solid. Kerapuhan nilai-nilai spiritualitas menjadikan manusia terombang-ambing dalam pergerakan gelombang dunia yang tiada akhir.
Kehidupan materialistis, konsumeris dan hedonistis yang terbangun di atas paham kapitalisme menjadikan manusia semakin rakus dan kehilangan nuraninya.
Akibatnya dalam dunia yang kerap kali diakui sebagai dunia modern, manusia yang seharusnya lebih beradab (civilized), justru seringkali berkarakter biadab. Bahkan lebih biadab dari hewan.
“Mereka bagaikan hewan. Bahkan lebih sesat dari hewan” (Al-Quran).
Semoga puasa kita menumbuhsuburkan hati dan ruh kita sehingga dorongan dunia yang dahsyat ini mampu terimbangi. Dengan ajaran keseimbangan antara nilai-nilai fisikal dan ruhiyah inilah yang menjadikan Islam sangat unik dalam karakternya.
ADVERTISEMENT
Agama yang membangun kebaikan pada dua aspek kehidupan. Hasanah fid-dunya wa hasanah fil-akhirah. Amin.
==========================================================
Bapak/Ibu, di bulan mulia ini kembali kami mengajak untuk berinfaq (termasuk Zakat harta) bagi penyelesaian pembangunan pesantren di US. Saat ini sedang menyelesaikan pengadaan dapur umum dengan pembiayaan sekitar $150,000. Semoga Allah menerima dan memberkahi rezeki semuanya. Amin!
Di US melalui fasilitas zelle:
Check payable to “Nusantara Foundation” (84-42 Chapin Parkway Jamaica NY 11432).
Di Indonesia melalui Rekening bank:
BNI Syariah: 887000045
Bank Mandiri: 1240000018185
Bank Syariah Mandiri: 7774454459
A.n: Yayasan Inka Nusantara Madani
Also online:
https://nusantaraboardingschool.com/
Jazakumullah khaer!