Puasa Ramadan Itu Mengenalkan Batas-batas Hidup (21)

Shamsi Ali
Putra Indonesia ini merupakan Imam yang dihormati di AS. Dinobatkan sebagai salah 1 tokoh agama berpengaruh di New York.
Konten dari Pengguna
30 Mei 2019 17:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shamsi Ali tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Alquran Foto: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Alquran Foto: Pexels
ADVERTISEMENT
“Maka barang siapa yang takut kepada Tuhannya dan menahan nafsu, maka sungguh surgalah tempat kembalinya” (An-Naazi’aat).
ADVERTISEMENT
Segala sesuatu dalam hidup ini punya batas. Bahkan hidup itu sendiri ada batasnya. “Semua yang ada di atas bumi itu berakhir” (Alquran). Demikian penegasan Alquran.
Bahwa semua yang namanya makhluk itu pasti berakhir. Dan itulah batas hidup manusia juga.
Batas-batas yang ada dalam hidup manusia itulah yang akan menjadi acuan tentang apa, bagaimana, kapan, dan di mana manusia berbuat. Batas-batas itu pula yang akan menentukan seseorang dalam mengambil tanggung jawab hidupnya.
Manusia akan terikat sekaligus terukur akan siapa dirinya dengan batas-batas ini. Menjaga batas-batas itu adalah bentuk tanggung jawab dan keadilan. Melampaui batas-batas itu adalah bentuk tidak tanggung jawab dan kezaliman.
Melampaui batas-batas itulah yang dikenal dalam bahasa Alquran dengan 'thogut' (transgresi).
ADVERTISEMENT
Perilaku thogut atau melampaui batas-batas (huduud) itulah yang menjadi penyebab segala kerusakan (fasad) dalam hidup.
Ambillah makan sebagai salah satu contoh. Makan yang berlebihan akan menimbulkan banyak masalah kesehatan. Makan berlebihan bisa menimbulkan kolesterol, darah tinggi, hingga kepada obesitas (kegemukan).
“Tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh tangan-tangan manusia.”
Tangan yang dimaksud di ayat tersebut adalah 'kemampuan' manusia. Dapat juga diartikan sebagai 'otoritas'.
Manusia akan kehilangan kontrol terhadap kekuatan dan otoritasnya di saat hawa nafsunya yang menjadi komando hidupnya. Akibatnya 'batas-batas hidup' tidak lagi menjadi pertimbangan.
Di sinilah esensi puasa sesungguhnya. Bahwa dengan puasa manusia melatih diri dalam mengontrol kecenderungan hawa nafsu.
ADVERTISEMENT
Hawa nafsu yang terkontrol dalam pembangunan dunia itulah yang akan tetap terjaga dalam batas-batas kehidupan.
Tapi untuk memungkinkan manusia menahan hawa nafsu itu, diperlukan kesabaran bahkan rasa takut kepada Tuhan alam semesta.
Sebaliknya, kegagalan manusia dalam mengontrol hawa nafsunya, sehingga keluar dari batas-batas kehidupan banyak disebabkan oleh hilangnya kebesaran Allah dalam jiwa.
Allah menggambarkan itu di Surah Annaziat: “Dan barang siapa toghaat (melampaui batas) dan mencintai dunia secara berlebihan ...”
Akibatnya: “Maka sungguh neraka jahanam menjadi tempat kembalinya.”
Hawa nafsu yang tidak terkontrol melahirkan perilaku melampaui batas (i’tidaa). I’tidaa demi i’tidaa itulah yang mengakibatkan ragam 'jahannam' (penderitaan) hidup.
Dalam dunia modern saat ini ada dua bentuk neraka yang paling umum menimpa manusia. Keduanya adalah 'al-khauf' (rasa takut) dan 'al-Hassan' (rasa sedih).
ADVERTISEMENT
Manusia kerap takut kekurangan. Dan jika kekurangan menimpanya mereka bersedih. Padahal jika saja beriman, keduanya juga masuk dalam kategori karunia Tuhan.
Puasa yang paling esensinya 'menahan' dengan mendekatkan dan menghadirkan kebesaran Allah dalam hidup menjadi kunci 'jannah' (ketenangan/kebahagiaan) dalam hidupnya.
Itulah yang digambarkan oleh Alquran seperti saya kutip di awal tadi. “Dan barang siapa yang takut kepada Tuhannya dan menahan diri dari penghambaan hawa nafsu maka surgalah menjadi tempat kembalinya”.
Kesimpulannya surga dan neraka (kebahagiaan dan penderitaan) hidup ditentukan oleh bagaimana manusia menjaga batas-batas hidupnya.
Dan puasa memiliki peranan signifikan dalam menumbuhkan kesadaran manusia tentang itu. Semoga!
New York City, 19 Mei 2019
***
Penulis adalah Presiden Nusantara Foundation
ADVERTISEMENT
Bapak/Ibu yang Allah rahmati.
Di bulan yang suci ini, Khususnya di sepuluh malam terakhir ini, kami mengajak semuanya untuk mengambil bagian dalam membangun pesantren pertama di bumi Amerika. Berikan donasi terbaik melalui rekening rupiah :
Bank BNI Syariah(427) - 887000045
Bank Mandiri (008) - 1240000018185
An. inka nusantara madani Bank Mandiri.
Jazakumullah khaer!