Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Ramadan sebagai Bulan Transformasi (4)
26 Maret 2024 15:34 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Shamsi Ali tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Umat Islam meyakini bahwa Islam adalah agama yang mencakup segala aspek dan lini kehidupan manusia. Menyentuh kehidupan material-fisikal, batin-ruhiyah, hingga ke pemikiran dan intelektualitas. Islam juga mencakup kehidupan individual (fardi) dan kolektif (jama’ai). Intinya Islam adalah agama yang “syamil, kaamil dan mutakaamil” (sempurna, lengkap dan saling melengkapi) sebagaimana sering diekspresikan oleh para ulama kita.
ADVERTISEMENT
Lima: transformasi ‘aqliyah” (pemikiran).
Salah satu hal penting yang menjadi perhatian Islam adalah aspek “aqliyah” (pemikiran, intelektuliats dan keilmuan) manusia. Bahkan sesungguhnya sisi ini dalam anjaran Islam bahkan menjadi fondasi bagi semua segmen kehidupan. Bahkan keimanan (keyakinan) pun dalam pandangan Islam mutlak terbangun di atas keilmuan yang benar. Hanya dengan keilmuan yang benar, akidah dan implementasinya dalam ubudiyah dan mu’amalat akan benar dan diterima di sisi Allah SWT.
Di awal seri tulisan ini ditekankan bahwa ‘aqliyah (aspek pemikiran dan keilmuan) menjadi fondasi bagi terjadinya transformasi dalam segala aspek kehidupan manusia. Karena sesungguhnya esensi terpenting dari ‘aqliyah atau pemikiran ini adalah “mindset” (cara pandang) kemanusiaan kita. Dengan cara pandang yang benar akan terjadi upaya perubahan mendasar ke arah kehidupan yang benar pula. Hitam putihnya arah hidup (life orientation) pada umumnya diwarnai oleh cara pandang seseorang.
ADVERTISEMENT
Salam perspektif Islam sesungguhnya hal ini begitu sesuatu yang baru. Rasulullah SAW sendiri memulai tugas mulia kerisalahan (kerasulan) dengan perintah “membaca” (IQRA’). IQRA’ Yang dimaksud di sini bukan sekedar membaca huruf-huruf dari Kitab Suci (Al-Qur’an). Melainkan “buka pikiranmu, perluas wawasanmu, jauhkan pandanganmu dan perdalam pemahamanmu”.
Dalam dunia keilmuan sebenarnya IQRA’ menjadi fondasinya. Membaca adalah langkah pertama dari perjalanan panjang keilmuan. Maka segalanya bermula dari “bacaan” yang dalam bahasa Al-Quran memakai beberapa bentuk terminologi. Selain IQRA’ juga memakai kata “tilawah” (utlu maa uhiya ilaika min Kitaabi Rabbik). Kedua kata itu memiliki makna “membaca” dengan konotasi yang berbeda.
Kesemua konotasi “bacaan”, baik qira’ah maupun tilawah ini menjadi hal penting untuk ditransformasi di bulan Ramadan ini. Dari membaca huruf huruf-huruf Al-Qur’an, buku-buku dan literasi, hingga kepada pengembangan keilmuan dan pemikiran yang “sophisticated” (canggih). Memang diakui umat Islam mengalami keterbelakangan yang sangat di semua tingkatan “qira’ah dan tilawah” itu.
ADVERTISEMENT
Secara literasi umat Islam sangat rendah. Dunia Islam masih mengalami “illiterasi” yang sangat rendah. Indonesia sebagai negara Islam terbesar dunia konon kabarnya tingkatan pendidikannya masih sangat rendah. Rendahnya pendidikan itu menjadikan “mindset” (cara pandang) masyarakat sangat pendek (sempit) yang berdampak dalam karakter dan pilihan-pilihan hidupnya. Itu ternampakkan ketika pada pilpres misalnya masyarakat lebih terbuai oleh bansos ketimbang ide-ide besar untuk perubahan yang lebih mendasar.
Secara umum dalam dunia keilmuan dan pemikiran dunia Islam jauh tertinggal. Kerap kali kebanggaan umat menjadi sekadar “historical pride” (kebanggaan masa lalu) semata. Bahwa pernah di masa lalu umat ini mencapai puncak ketinggian dalam keilmuan dan peradaban. Kini dengan segala ketidaksenangan umat kepada Amerika dan dunia Barat, diakui bahwa universitas-universitas terbaik dunia maupun research (penelitian) dan inovasi tinggi masih ada di negara-negara itu.
ADVERTISEMENT
Intinya adalah Ramadan merupakan momen terbaik untuk melakukan perubahan mendasar dalam cara pandang, keilmuan dan pemikiran yang akan berdampak pada karakter dan pilihan hidup kita. Di bulan inilah diturunkan Al-Qur’an sebagai peta perjalanan hidup yang semuanya bermulakan pada “iqra’” itu. Sehingga bulan Ramadan memang harus menjadi bulan perenungan (reflection) dan perubahan yang mendasar menuju kepada cara pandang, keilmuan dan pemikiran yang lebih berkemajuan.
Hanya dengan transformasi ‘aqliyah umat akan mampu mengubah ragam cara pandang yang masih sering terkungkung oleh “rigiditas” yang sangat. Dengan transformasi ‘aqliyah pula umat akan mampu bangkit dalam keilmuan dan pemikiran yang akan menjadi jalan berkembang suburnya inovasi dan karya.
Ilmu, inovasi dan karya inilah yang disebut “tsamaraat” (buah-buah) keimanan sebagai terjemahan dari Islam yang “rahmah” bagi alam semesta. Semoga!
ADVERTISEMENT
Manhattan City, 25 Maret 2024