Konten dari Pengguna

Rezeki vs Gaji

Shamsi Ali
Putra Indonesia ini merupakan Imam yang dihormati di AS. Dinobatkan sebagai salah 1 tokoh agama berpengaruh di New York.
17 Januari 2023 5:47 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shamsi Ali tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi menerima gaji. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi menerima gaji. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Itulah salah satu firman Allah dalam Al-Quran dalam menyikapi pembagian rezeki di antara hamba-hamba-Nya. Bahwa Dia Allah “Yang mencipta (khalaqa), Yang merancang (sawwa), Yang menentukan (qaddara), dan memberikan petunjuk (hadaa)" (Al-a’la: 2-3).
Sebuah penekanan bahwa dari penciptaan dan segala yang terkait dengan kehidupan manusia terpusat dalam satu komando, yaitu komando “Dia Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi” (Al-a’la: 1).
Beragam ayat maupun hadits yang menyebutkan tentang rezeki dan kehidupan manusia. Di antaranya adalah ayat-ayat yang mengharuskan bagi orang-orang beriman untuk “menafkahkan sebagian dari apa yang telah direzekikan kepadanya” sebagai bagian dari karakter ketakwaan (lihat Al-Baqarah 1-5).
Ilustrasi uang. Foto: Cornelius Krishna Tedjo/Shutterstock
Hanya saja ada kekeliruan dalam memahami arti rezeki. Seringkali dipahami sebagai sekadar financial income (pemasukan keuangan). Bahkan lebih sempit lagi ketika dipahami rezeki itu seolah hanya gaji rutin (bulanan misalnya) seseorang.
ADVERTISEMENT
Kekeliruan dalam memahami arti rezeki dengan batasan gaji tentu memiliki konsekuensi yang cukup parah. Pertama, membatasi karunia Allah yang tiada batas. Kedua, kemungkinan membatasi diri sendiri dalam mensyukuri karunia Allah yang begitu luas.
Oleh karenanya yang pertama harus disadari adalah bahwa sifat Allah dalam memberi rezeki itu pada umumnya diekspresikan dengan Ar-Razzaq atau Yang Maha Pemberi rezeki secara berlebihan dan terus menerus.
Di dalam kaidah bahasa Arab bentuk kata seperti ini disebut bentuk tafdhiil (melebihkan). Menunjukkan bahwa Allah itu memberikan rezeki-Nya secara terus menerus sehingga sejatinya dirasakan dengan perasaan Qana’ah (berkecukupan).
com-Ilustrasi berbagi kebaikan di bulan Ramadhan. Foto: Shutterstock
Kesadaran lain yang harus dibangun dalam menyikapi rezeki adalah bahwa pembagian rezeki secara kuantitatif itu merupakan hak prerogatif Allah SWT.
ADVERTISEMENT
Bukankah memang Allah “memberikan rezeki-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki” bahkan “di luar batas kalkulasinya” (lihat misalnya Al-Baqarah: 212).
Dari sinilah kemudian yang harus disadari pula adalah pentingnya menghindari perasaan “tidak enak” dengan karunia lebih yang Allah berikan kepada orang lain.
Dalam bahasa agama menyadari tentang rezeki secara benar dan proporsional akan menghindarkan kita dari penyakit yang super berbahaya hasad.
Ilustrasi Al-quran. Foto: Gatot Adri/Shutterstock
Itu sesungguhnya yang diingatkan dalam Al-Quran: “Dan jangan berangan-angan dengan apa yang Allah telah lebih antara satu dengan yang lain di antara kalian”.
Namun, baiknya fokus saja “meminta kepada Allah kelebihan atau keutamaan-Nya. Tentu dengan kesadaran bahwa “Allah itu Maha mengetahui segala hal” (An-Nisa: 32).
Jika hal-hal di atas disadari maka berbagai permasalahan hidup dan dosa dapat terhindarkan. Satu, kegagalan mensyukuri karunia karena salah memaknai arti rezeki. Dua, terbangunnya kesadaran hakiki dan benar tentang karunia rezeki Allah, yang mengantar kepada Al-Qana’ah atau rasa puas yang sejati.
Ilustrasi Berbagi Kebaikan Foto: Mateus Situmorang/kumparan
Tiga, tidak membangun perasaan tidak enak (hasad) dengan karunia yang Allah berikan kepada orang lain. Karena yakin jika sunnatullah dalam pembagian rezeki itu memang “ada yang dibukakan dan ada yang sebaliknya” (يبسط و يقدر).
ADVERTISEMENT
Dengan kesadaran tentang rezeki seperti itu manusia akan menjalani hidupnya dengan penuh lapang dada, kepuasan, ketenangan dan kebahagiaan. Manusia seperti inilah yang akan kuat, stabil, dan tegar dalam menjalani kehidupan. Jauh dari prasangka-prasangka, baik pada orang lain, diri sendiri, apalagi kepada Allah SWT.
Ingat, gaji itu rezeki. Tapi rezeki bukan hanya gajimu!
Manhattan City, 16 Januari 2023
* Presiden Nusantara Foundation