Shazam!: Film Superhero dari DC yang Ramah Anak-anak

Shandy Gasella
Penikmat dan pengamat film - Aktif meliput kegiatan perfilman di Jakarta dan sejumlah festival film internasional sejak 2012
Konten dari Pengguna
5 April 2019 15:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shandy Gasella tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
★★★★☆ | Shandy Gasella
Poster film Shazam! — New Line Cinema/DC/Warner Bros
Satu dekade terakhir ini, dan barangkali satu dua dekade ke depan, akan tercatat dalam sejarah sebagai dekade emas film-film jagoan (superhero). Betapa tidak, sekarang ada film Shazam! — dulu berawal dari sebuah komik terbitan Fawcett Comics di tahun 1939, Captain Marvel — lho kok? Bingung ya? Awalnya dinamai Captain Marvel, komik karya C.C. Beck dan Bill Parker tersebut mengemas ulang, untuk tak menyebutnya menyontek, Superman.
ADVERTISEMENT
Billy Batson, bocah 14 tahun, ketemu penyihir yang memberinya kekuatan supranatural hanya dengan menyebut kata “Shazam” (akronim dari enam nama Dewa mitologi Yunani: Solomon, Hercules, Atlas, Zeus, Achilles, dan Mercury), maka kilat akan menyambar tubuhnya dan mengubahnya menjadi sesosok dewasa berbadan besar berjubah merah dengan kekuatan seperti Superman. Mengucap kembali “Shazam” akan mengembalikannya ke wujud semula.
DC lantas menuntut Fawcett Comics dengan tuduhan penjiplakan terhadap karakter Superman. Fawcett Comics kalah di pengadilan, kemudian menjualnya kepada DC. Lalu berpuluh tahun kemudian agar nama Captain Marvel tak membingungkan orang dengan perusahaan komik pesaing yakni Marvel, DC mengubah judul Captain Marvel menjadi Shazam! — hal yang aneh, itu seperti misalnya bila Superman diubah namanya menjadi Up, Up, and Away!
Jack Dylan Grazer (kiri) sebagai Freddy menuntun Billy mengeksplorasi kekuatan supernya — New Line Cinema/DC/Warner Bros
Dalam komik, walaupun judul komiknya Shazam!, karakter si jagoan kita tetap disebut sebagai Captain Marvel. Malah makin membingungkan ya? Maka dari itu, jika ada orang sesumbar bahwa dirinya fans berat Captain Marvel/Shazam, kecuali orang itu setidaknya berumur 70 tahun, saya tak kan percaya. Shazam (mulai dari sini kita menyebutnya demikian — agar tak semakin membuat bingung) sedari dulu termasuk ke dalam golongan karakter jagoan kelas tiga. Ia kalah populer dari Superman, Batman, Wonder Woman, The Flash, Green Lantern, Hawkman, Green Arrow, dll.
ADVERTISEMENT
Kini di era keemasan film superhero, karakter paling tak terkenal dari jagat komik mana pun dapat dibuat filmnya dan berakhir menjadi tontonan yang bagus! Guardians of the Galaxy contohnya.
Shazam! — benar-benar layak mendapat tanda seru (!) dalam judulnya karena film besutan David F. Sandberg (Lights Out, Annabelle: Creation) ini berhasil memukau penonton dengan sajian kisahnya yang memang seru! Jangan berharap menyaksikan kisah jagoan yang edgy dan gloomy ala The Dark Knight-ny Christopher Nolan atau kisah lanjutan DC Extended Universe (DCEU) ala Suicide Squad dan Justice League; Shazam! hadir ibarat angin semilir, kecil tapi menyenangkan. Film ini dipenuhi kelucuan dan membuat segalanya ringan-ringan saja, tetapi juga dipenuhi adegan action non-stop yang ramah anak kecil.
[kiri ke kanan] Jovan Armand sebagai Pedro, Ian Chen sebagai Eugene, Zachary Levi sebagai Shazam, Jack Dylan Grazer sebagi Freddy, Faithe Herman sebagai Darla, Grace Fulton sebagi Mary — New Line Cinema/DC/Warner Bros
Alkisah Billy Batson (Asher Angel, serial tv Andi Mack) menjadi anak sebatang kara akibat terpisah dengan ibunya sejak ia masih balita. Lantas ia sering singgah dan pergi dari satu keluarga asuh ke keluarga asuh lainnya. Ia tak pernah betah tinggal lama dengan sebuah keluarga asuh, hingga kemudian ia diadopsi oleh sepasang orang tua dengan latar belakang yang sama — pernah jadi sebatang kara sepertinya, Victor dan Rosa Vasquez (Cooper Andrews dan Marta Milans) dan anak-anak asuh mereka: Mary (Grace Fulton), Eugene (Ian Chen), dan Darla (Faithe Herman yang menggemaskan).
ADVERTISEMENT
Apa yang membuat Billy kini betah untuk tinggal dalam sebuah keluarga asuh adalah pertemuannya dengan teman sekamarnya Freddy (Jack Dylan Grazer yang mencuri perhatian — sepanjang waktu), seorang anak cerdas yang tak pernah berhenti ngoceh. Keduanya sama-sama terobsesi dengan para jagoan super, dan takdir membawa Billy untuk bertemu dengan seorang penyihir (diperankan Djimon Hounsou, Captain Marvel, Guardians of the Galaxy) yang menjadikannya seorang jagoan super.
"Letakkan tanganmu di atas tongkatku," perintah si penyihir. "Jijik!" Sanggah Billy, menanggapinya dengan slengean khas Deadpool (tapi versi yang lebih sopan). “Sebutkan namaku maka kekuatanku akan mengalir dalam tubuhmu!” Si penyihir melanjutkan ocehannya, “Tapi, kita baru ketemu, aku tak tahu siapa namamu.” jawab Billy sekenanya. “Shazam!” Ucap si penyihir. “Beneran nih?” Billy terkekeh sinis tak mempercayai ucapan si penyihir.
ADVERTISEMENT
Kelucuan demi kelucuan datang silih berganti, terlebih manakala Billy mengucapkan kata ajaib “Shazam!”, tiba-tiba ia jadi sesosok berotot dalam kostum merah dan emas mentereng dan bersayap warna putih yang terlihat seperti taplak meja di restoran hotel.
Penampilannya norak, dan film ini menyadari kenorakannya sendiri lantas menertawakannya. Zachary Levi, aktor berusia 38 tahun, seolah memang ditakdirkan untuk memerankan Billy dalam tubuh dewasanya, ia amat mempesona dan karismatik, tetapi juga mampu mengeluarkan aura kekanak-kanakan dari dalam dirinya terpancar dengan begitu luwes.
Adegan Shazam berusaha mengisi ulang baterai ponsel orang yang ditemuinya di jalan — New Line Cinema/DC/Warner Bros
Dan penampilannya bersama Jack Dylan Grazer adalah jualan utama film ini, lihat misalnya beberapa adegan yang menampilkan keduanya dengan canggung dan bersusah payah menemukan satu per satu kekuatan apa saja yang dimiliki Billy ketika ia berubah menjadi Shazam. Ya, dia bisa terbang, bisa nge-charge ponsel dengan aliran listrik yang keluar dari jari-jari tangannya, dan ia kebal peluru. Dan ketika mereka mengunjungi agen properti untuk mencari lahan agar nanti bisa membangun sebuah markas persembunyian, film ini semakin gila-gilaan.
ADVERTISEMENT
Kehebatan Shazam yang luar biasa menjadi berguna dan ada tandingannya manakala Mark Strong (Kingsman: The Secret Service, Kick-Ass) yang luar biasa memasuki cerita sebagai Dr. Thaddeus Sivana yang jahat. Dulunya bocah yang tak disukai ayahnya sendiri, dan sempat bertemu juga dengan si penyihir yang memberikan Billy kekuatannya.
Thaddeus yang masih bocah dianggap tak pantas oleh si penyihir untuk mewarisi kekuatannya. Thaddeus tak menerima kenyataan tersebut, dan seumur hidupnya menjadi terobsesi dengan si penyihir dan berusaha mencari sendiri tempat persembunyiannya.
Hingga kemudian ia berhasil mendatangi gua tempat persembunyian si penyihir. Tetapi, alih-alih meminta kekuatan kepada si penyihir, ia malah mendapatkan kekuatan jahat dari tujuh setan yang kemudian menguasai tubuhnya.
Mark Strong (kiri) sebagai Dr. Thaddeus Sivana, sosok penjahat di film Shazam! — New Line Cinema/DC/Warner Bros
Siapa yang tak pernah berangan-angan, setidaknya saat masih kecil, untuk dapat memiliki kekuatan layaknya Superman atau jagoan super mana pun? Shazam! memberi kita gambaran yang seru akan imajinasi itu. Ditulis oleh Henry Gayden (Earth to Echo), film ini mampu menjaga ritmenya yang menyenangkan dari awal hingga di akhir babak ketiga kita dikejutkan oleh sesuatu yang tak kita duga-duga sama sekali.
ADVERTISEMENT
Menyaksikan Zachary Levi menghidupkan kembali kepolosan seorang bocah dalam sosok Shazam dengan sentuhan kekinian adalah keajaiban tersendiri yang membuat film ini berhasil menjadi film superhero yang cocok ditonton segala umur. Setelah Wonder Woman dan Aquaman, Shazam! semakin mengukuhkan DC/Warner Bros agar jangan dulu menyerah membuat film-film superhero yang seasyik dan seseru ini.