Akankah Resesi Ekonomi Menjadi Risiko yang Nyata?

Hanifatunnisa Salsabila
Seorang mahasiswi jurusan ekonomi pembangunan semeter awal di Universitas Islam Negeri Jakarta
Konten dari Pengguna
25 Oktober 2020 6:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hanifatunnisa Salsabila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Photo by M. B. M. on Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Photo by M. B. M. on Unsplash
ADVERTISEMENT
Dilanda krisis dari virus corona atau Covid 19 ini meresahkan warga karena sekarang kini tingkat perekonomian Indonesia telah diambang resesi. Bagaimana tidak, beberapa bukti menurunnya sistem ekonomi dikarenakan sistem pemerintahan membuat sebagian besar dari warga Indonesia harus kehilangan pekerjaannya dan tidak mendapat penghasilan. Dengan menurunnya pekerja yang ada di Indonesia dan juga menurunnya harga jual yang ada untuk mereka para pedagang, hal tersebut disebabkan oleh minimnya pembeli dimasa pandemik ini. Meskipun sudah dilonggarkan masa PSBB, namun tetap tidak menutup jumlah inflasi yang meningkat seiring dengan berjalannya virus Corona.
ADVERTISEMENT
Dilansir oleh pemerintah, mereka meyakini bahwa apabila kondisi dari penyakit virus Covid-19 ini tidak segera ditanggulangi dengan serius, maka salah satu kemungkinan yang akan terjadi adalah adanya resesi ekonomi yang mana akan terus meningkat dan mengakibatkan kerugian besar bagi Indonesia sendiri. Selain itu, sudah 10 bulan semenjak penutupan sektor-sektor pekerjaan oleh pemerintah, Indonesia sudah berangsur-angsur menurun. Maka, pemerintah Indonesia sejak awal pandemi telah bekerja keras untuk mengatasi dampak resesi yang hingga sekarang ini mulai terasa nyata. Dampaknya dari resesi ini adalah pada kesehatan ekonomi yang mana membuat perekonomian Indonesia sendiri akhirnya tumbuh negatif. Meskipun begitu, demi meminimalisir dampak, pemerintahpun sudah berupaya membantu dengan meluncurkan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Program ini diluncurkan demi membantu perekonomian dari pada resesi yang sudah diambang batas. Sebab, pemerintah menentukan bahwa, demi menunda atau mengurangi resesi maka diperlukan anggaran dana sebesar Rp695,2 triliun. Dimana sehubungan dengan dikeluarkannya dana sebesar ini, maka diharapkan warga Indonesia setidaknya dapat terbantu dengan baik. Maka dari itu, secara proses dapat dipastikan oleh Ibu Sri Mulyani bahwa akan ada tiga strategi yang akan dilakukan Indonesia agar terhindar dari resesi, yakni dimulai dari akselerasi eksekusi Program PEN, memperkuat konsumsi pemerintah, dan konsumsi masyarakat. Beliau melansir bahwa, “Strategi percepatan penyerapan untuk kuartal III 2020 menjadi kunci agar kita bisa mengurangi kontraksi ekonomi atau bahkan diharapkan bisa menghindari dari technical ressesion yaitu dua kuartal negatif berturut-turut,” kata Sri Mulyani.
ADVERTISEMENT
Banyak yang mempredikisi jumlah kalangan yang terjadi akibat resesi yang mana dari pandemi COVID-19 belum separah dari resesi yang menjadi krisis di tahun 1998 dan 2008. Saat itu krisis sangat berpengaruh terhadap anjloknya industri keuangan, dimana keuangan Indonesia sangat terpengaruh dan membuat keuangannya mempengaruhi ekonomi dalam negeri. Untuk sekarang, dapat dipastikan fundamental ekonomi dalam negeri kita masih sangat kuat karena adanya hasil yang ditopang seperti kondisi perbankan yang kuat serta masyarakat yang masih rajin untuk konsumsi sehingga hasilnya masih tinggi.
Maka, pemerintah memaksa warga untuk tidak terlalu panik pada masa seperti ini apalagi bagi mereka yang masih berpenghasilan pas-pasan, lebih baik untuk tidak boros karena wajib untuk selalu menabung supaya dapat terus berjaga-jaga. Lalu, pemerintah pun meyakinkan masyarakat melalui kebijakan yang dilakukan demi mengedepankan keseimbangan penanganan kesehatan dan perekonomian.
ADVERTISEMENT
Indonesia sendiri tidak perlu khawatir karena di seluruh penjuru dunia memang sedang diambang resesi ekonomi. Bahkan dilansir, jumlah negara yang masuk ke jurang resesi ekonomi 2020 semakin bertambah. Negara Australia pun resmi mengalami resesi ekonomi karena ekonominya yang menurun dan kontraksi sebesar 6,3% karena COVID-19 di kuartal II 2020. Bagi mereka, ini merupakan resesi pertama di Australia, maka secara teknikal, resesi ekonomi sendiri dapat terjadi. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun cukup tenang dan memaksa semua warganya untuk tetap tenang karena, meskipun perekonomian Indonesia akan mengalami resesi pada kuartal III 2020 namun tidak akan terlalu berpengaruh. "Di kuartal III 2020, ekonomi kita masih mengalami negative growth, bahkan di kuartal IV 2020 masih dalam zona sedikit di bawah netral," ujar Sri Mulyani. Saat ini Indonesia sendiri belum resmi resesi, menurut Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, perekonomian RI masih dapat naik sekarang.
ADVERTISEMENT