Cheap Labour dan Sweatshops: Memanusiakan Uang dalam Persaingan Ekonomi Global

Ni Putu Ayu Gita Shanti Pratiwi
Mahasiswi S1 Hubungan Internasional Universitas Udayana
Konten dari Pengguna
22 April 2024 13:08 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ni Putu Ayu Gita Shanti Pratiwi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi uang. Foto: dok. Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi uang. Foto: dok. Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Cheap labour adalah sebuah sebutan bagi pekerja yang diberi upah yang sangat rendah. Kondisi ini bukan lagi hal besar yang disembunyikan, namun sudah marak terjadi di berbagai berbagai belahan dunia dengan melahirkan berbagai aksi.
ADVERTISEMENT
Kondisi cheap labour tercipta tidak hanya karena kondisi perekonomian negara tersebut yang berada di titik rendah hingga krisis, namun dipicu juga dengan adanya monopoli dari pihak swasta untuk meraih keuntungan yang lebih besar. Tindakan ini menyulut rasa tidak terima oleh masyarakat dipenjuru dunia. Bagi mereka, cheap labour sendiri merupakan bagian dari eksploitasi manusia, karena demi keuntungan yang besar, HAM setiap individu harus terenggut begitu saja.
Persaingan ekonomi global di era globalisasi memicu berbagai perusahaan swasta besar melakukan eksploitasi terhadap manusia. Setiap perusahaan berlomba-lomba dalam mengembangkan industri mereka masing-masing. Bahkan mereka rela berjalan dengan strategi memberi upah rendah kepada pekerja mereka demi keuntungan yang besar tanpa memperhatikan unsur HAM di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Bukan rahasia lagi bahwa banyak brand besar dunia ikut terseret pada kasus ini. Berbagai perusahaan besar dunia terseret dalam kasus cheap labour demi keuntungan besar yang ingin di capai.
Produksi massal sendiri banyak di lakukan pada negara berkembang dengan memanfaatkan sumber daya manusia dengan jumlah yang cukup besar namun dapat dibayar dengan upah yang rendah.
Tidak sedikit juga bahwa banyak pekerja dengan upah dibawah minimum yang dipekerjakan dalam sweatshops. Sweatshops adalah pabrik yang memiliki kondisi kerja yang sangat buruk. Selain itu, sweatshops juga melanggar lebih dari 1 hukum tenaga kerja, seperti adanya kerja lembur tanpa upah tambahan, upah dibawah minimum, pekerja wanita dan anak, hingga kesehatan dan keselamatan pekerja. Dengan begitu, keselamatan pekerja yang seharusnya menjadi prioritas disampingkan kepentingannya.
ADVERTISEMENT
Situasi kerja pada sweatshops tidak dapat dikategorikan sebagai tempat yang layak untuk didatangi bagi siapapun. Kesehatan dan keselamatan pekerja tidak diperhatikan sama sekali. Pekerja mengalami berbagai gangguan kesehatan seperti, iritasi mata, gangguan pernafasan, hingga penurunan berat badan akibat istirahat yang cukup bagi para pekerja.
Kasus cheap labour dan sweatshops sendiri telah ditemukan di Inggris, Jerman, dan Amerika Serikat pada masa revolusi industri. Hal ini membuktikan bahwa ancaman HAM bagi para pekerja industri telah tertanam sejak ratusan yang lalu. Semakin berkembangnya waktu terutama di era yang telah maju ini, setiap industri sudah seharusnya memiliki kesadaran akan pentingnya HAM bagi setiap individu dengan memanusiakan manusia dengan seharusnya.
Pemerintah dan berbagai organisasi yang menaungi di dalamnya merupakan sandaran bagi mereka yang membutuhkan keadilan. Penegakkan hukum perlu diperkuat kembali dalam menyelamatkan mereka yang semakin tertindas oleh kaum-kaum yang menginginkan keuntungan sebesar mungkin diatas penderitaan banyak orang.
ADVERTISEMENT