Konten dari Pengguna

Fight or Flight: Kenali Respons Manusia terhadap Ancaman

Shaumi Diah Chairani
Mahasiswi Psikologi UIN Jakarta
15 Desember 2021 15:23 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shaumi Diah Chairani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi anak yang merasa terancam. Unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak yang merasa terancam. Unsplash.com
ADVERTISEMENT
Aku, kamu, dan semua orang di dunia pasti pernah dihadapkan dengan ancaman, masalah, kesulitan, dan sebagainya. Perbedaannya ada pada respons yang dikeluarkan masing-masing orang, menghadapi hal-hal tersebut atau justru menghindarinya. Ternyata konsep ini juga dijelaskan dalam psikologi loh, yuk disimak!
ADVERTISEMENT
Manusia pada umumnya mempunyai dua jenis respons yang dihasilkan ketika menghadapi ancaman yaitu melawan (fight) atau melarikan diri (flight). Ini merupakan respons alami manusia untuk bertahan hidup bahkan sejak zaman prasejarah, yang mana ancaman mereka saat itu berupa cuaca ekstrem atau hewan buas saja.
Misalnya ketika hewan buas datang, secara alami manusia prasejarah akan lari dan menghindar darinya (flight). Namun ketika kondisinya tidak memungkinkan untuk melarikan diri, mereka akan mencoba untuk melawan bahkan tak segan membunuh hewan tersebut (fight).
ADVERTISEMENT

Apa yang Terjadi dalam Tubuh Manusia?

Ketika merasa terancam, tubuh akan mengeluarkan hormon kortisol melalui kelenjar adrenalin, kemudian kortisol akan mengeluarkan glukosa berlebih sebagai energi untuk melawan atau melarikan diri. Hormon adrenalin juga akan menyiapkan tubuh untuk merespons dengan menaikkan tekanan darah, memperbesar pupil mata, mempercepat degup jantung, serta mengencangkan otot-otot kaki dan tangan.
Dalam sepersekian detik, manusia akan memilih antara melawan atau melarikan diri sesuai dengan kemampuannya. Ketika memilih berlari, kadar kortisol dalam tubuh akan turun saat ia berhasil kabur dan sudah merasa aman. Sebaliknya ketika memilih melawan, kadar kortisol dalam tubuh akan turun saat ia dalam posisi menang (misalnya hewan buas terbunuh). Selanjutnya tubuh akan mengeluarkan hormon serotonin yang menunjukkan perasaan senang dan bangga.
ADVERTISEMENT

Apakah Masih Relevan dengan Kondisi Saat Ini?

Mekanisme fight or flight dianggap masih relevan hingga kini, hanya saja ada perbedaan dari jenis ancamannya. Manusia prasejarah hanya menghadapi ancaman berupa hewan buas dan cuaca ekstrem, sedangkan manusia masa kini memiliki ancaman yang lebih bervariasi. Penyebabnya adalah kegiatan manusia zaman sekarang lebih rumit dari sekadar memiliki tempat tinggal, mencari makan, dan menghasilkan keturunan.
Bukan lagi hewan buas dan cuaca ekstrem, manusia zaman sekarang mendapat ancaman mulai dari tugas yang menumpuk, cicilan rumah, tetangga yang nyinyir, ujian akhir, dosen killer, teman bermuka dua, dan lain sebagainya. Hal-hal ini membuat hormon kortisol pada tubuh kita selalu dalam keadaan tinggi. Manusia menjadi mudah stres, terganggu kesehatan fisiknya hingga depresi.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang hidup di masa kini perlu mengontrol hal-hal yang menjadi perhatian kita. Tidak ada salahnya menyelesaikan satu-persatu "ancaman" yang kita hadapi. Namun ada saatnya kita hanya perlu "lari" dan berhenti memikirkan suatu masalah demi kesehatan mental kita pula. Mental health must be our priority too.
Referensi
Britannica, T. Editors of Encyclopaedia (2019, August 12). Fight-Or-Flight Response. Encyclopedia Britannica. https://www.britannica.com/science/fight-or-flight-response
Machdy, Regis. (2019). Loving The Wounded Soul: Alasan dan Tujuan Depresi Hadir di Hidup Manusia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.