Disabilitas Bukan Penghalang Meraih Mimpi

Shavna Dewati Setiawan
Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta. Masih belajar menulis.
Konten dari Pengguna
16 Juli 2021 19:52 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shavna Dewati Setiawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Rodhi dengan lukisan berjudul Lebah. Sumber Gambar: Dokumen Pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Rodhi dengan lukisan berjudul Lebah. Sumber Gambar: Dokumen Pribadi.
ADVERTISEMENT
Semua orang memiliki cita-cita yang ingin diwujudkan. Tiap usaha dikerahkan untuk menggapai cita-cita yang dikehendaki. Terdapat kepuasan tersendiri saat berhasil mencapai cita-cita tersebut karena nyatanya tidak semua orang mampu mewujudkannya. Hal ini berlaku juga untuk seorang seniman bernama Rodhi Mahfur dan kerap disapa Rodhi. Rodhi merupakan bukti bahwa dengan keterbatasan yang dimilikinya tidak menghalangi mimpi yang ingin diwujudkan.
ADVERTISEMENT
Saya bertemu dengan Rodhi tahun 2019 di pameran lukisan yang diselenggarakan oleh Institut Francais Indonesia (IFI). Pameran lukisan ini ditujukan untuk orang-orang berkebutuhan khusus. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa menampilkan karya-karya terbaik mereka. Saya datang ke pameran lukisan ini karena lukisan-lukisan adik perempuan saya turut dipamerkan.
Salah satu lukisan dari Rodhi yang membuat saya tertarik adalah lukisan lebah di kanvas dengan cat akrilik. Kebetulan Rodhi saat itu tidak jauh dari lokasi lukisan berada. Kemudian, saya memberanikan diri untuk mengatakan saya tertarik dengan lukisannya. Kami berbincang-bincang mengenai banyak hal, mulai dari masa sekolah Rodhi, tentang lukisan, dan obrolan-obrolan kecil lainnya.
Walau saya jarang bertemu, saya berkesempatan mewawancarai Rodhi melalui via WhatsApp. Pria kelahiran tahun 1989 menceritakan bagaimana kekurangan yang dialaminya justru memotivasi dirinya untuk bangkit dari keadaan. "Saya terlahir normal, tapi karena kecelakaan motor yang saya alami saat kelas 3 SMP, saya menjadi lumpuh. Akibatnya, saya kehilangan ingatan saya selama tiga tahun saya bersekolah." Tutur Rodhi saat menceritakan awal mula ia menjadi penyandang disabilitas.
ADVERTISEMENT
"Karena biaya operasi yang mahal dan saat itu tidak ada BPJS, jadi saya cari alternatif. Namun, alternatif pun juga mengeluarkan biaya yang cukup banyak dan akhirnya saya memutuskan untuk berhenti. Saya mulai menerima keadaan dan bangkit dari keterpurukan. Sejak saat itu, saya mulai mendengarkan ceramah dan motivasi-motivasi." Ujar Rodhi.
Setelah mengumpulkan motivasi untuk berjuang kembali, di tahun 2011, Rodhi berkeinginan untuk melukis. Rodhi ditawari oleh bina sosial yang berinisiatif untuk memberikan alat lukis kepadanya. Namun, hingga setahun lamanya, Rodhi tidak mendapat kejelasan mengenai pemberian alat lukis tersebut. Akhirnya, ia mulai melukis dengan modal 100 ribu dari tabungan yang ia miliki.
Rodhi mengakui, saat ingin memulai melukis, ia tidak punya kuas kecil untuk menggambar detail-detail yang lebih spesifik. "Nah pas itu jadi ingat kalau kuas itu terbuat dari bulu musang, saya terpikir bagaimana jika menggunakan rambut manusia? Kebetulan rambut adik saya panjang dan saya meminta rambutnya untuk digunakan sebagai kuas lukis. Setelah ulur waktu, akhirnya adik saya mengiyakan."
Lukisan B.J. Habibie karya Rodhi. Sumber Gambar: @senimankece.
Di tahun 2012, Rodhi mulai fokus melukis dan enam bulan kemudian, ia diajak menghadiri pameran lukisan. Bahkan, Rodhi mengatakan bahwa almarhumah Ani Yudhoyono pernah membeli lukisannya. Rodhi juga bertemu dengan guru dari Prancis dan ia diberikan perlengkapan melukis. Perlengkapan melukis yang ia dapat membuatnya semakin serius untuk terus melukis.
ADVERTISEMENT
Lalu, Rodhi ditawari temannya untuk pindah ke Jakarta. Alasan untuk pindah adalah, Rodhi sulit dikenal jika ia masih menetap di kampung kecil. Rodhi pindah dari Kendal, Semarang ke Jakarta. Sesampainya di Jakarta, Rodhi dioperasi di Rumah Sakit Fatmawati. Di dalam rumah sakit, ia menggambar sketsa perawat-perawat untuk mengisi waktu luang.
Bagi Rodhi, melukis sudah menjadi bagian dalam kehidupannya. Sejak kecil, ia sudah gemar melukis. "Melukis adalah passion saya karena saya tidak lelah dan bosan melakukan kegiatan ini." Selain menjadi hobi, melukis adalah terapi untuknya. Saat melukis, ia merasa tenang dan rasa percaya dirinya naik.
Prinsip hidup Rodhi adalah menerima keadaan dan mendekatkan diri kepada Tuhan dan menjadikan dirinya mampu meraih mimpinya. Saat ia sudah berdamai dengan keadaan, maka ia merasa lega dan mampu bangkit dari keterpurukan. Rodi menjelaskan, "Saya sadar bahwa yang membuat diri ini merasakan sakit justru bukan dari tubuh, melainkan berasal dari dalam pikiran itu sendiri." Maka penting bagi tiap orang untuk berdamai terlebih dahulu dengan keadaan, di saat diri menjadi lebih tenang, maka akan mudah untuk bangkit dan terus maju.
ADVERTISEMENT