Konten dari Pengguna

Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Penyakit Diare di DKI Jakarta

Shazarina Safira Sofyan
Mahasiswa Sosiologi Universitas Brawijaya
17 Desember 2022 4:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shazarina Safira Sofyan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
DKI Jakarta merupakan ibu kota negara sekaligus salah satu kota terbesar di Indonesia. Menurut data BPS tahun 2022, DKI Jakarta memiliki jumlah penduduk sebanyak 10.609.681 jiwa dan laju pertumbuhan penduduknya per tahun yaitu sebesar 0,57%. Artinya bahwa setiap 1 km2, terdapat 15.978 jiwa yang menempati wilayah tersebut. Hal ini membuktikan jika populasi penduduk di DKI Jakarta sangat padat. Tingginya jumlah penduduk di DKI Jakarta menandakan bahwa tingkat populasi penduduk terus bertambah seiring perkembangan urbanisasi dan pencapaian kebutuhan hidup. Banyaknya pendatang dari luar daerah dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang semakin meningkat, mengakibatkan lingkungan di perkotaan semakin tercemar.
ADVERTISEMENT
Pencemaran lingkungan yang berasal dari manusia menimbulkan berbagai dampak, mulai dari dampak ringan hingga serius. Masalah terhadap sanitasi merupakan dampak yang ditimbulkan dari pencemaran lingkungan dan termasuk dalam tingkat serius. Hal tersebut terjadi karena masalah sanitasi dapat mengganggu perkembangan fisik, kesehatan, dan keberlangsungan hidup manusia. Apabila masalah terhadap sanitasi tidak segera diselesaikan, maka kesehatan masyarakat akan terancam.
Sanitasi lingkungan menjadi salah satu penunjang dalam pembentukan lingkungan hidup agar kesehatan masyarakat terjamin. Sanitasi didefinisikan sebagai aktivitas yang bertujuan untuk menjaga dan meningkatkan kondisi lingkungan terhadap kesehatan. Sanitasi sendiri mencakup sarana air bersih, ketersediaan toilet, pembuangan sampah, dan pengolahan air limbah. Oleh karena itu, sanitasi menjadi syarat utama untuk menciptakan lingkungan yang nyaman dan sehat.
ADVERTISEMENT
Fasilitas tempat buang air besar merupakan salah satu upaya untuk menjaga sanitasi yang diartikan sebagai kesiapan suatu sarana dan prasarana toilet dengan tujuan dapat digunakan oleh semua orang. Fasilitas tempat buang air besar di DKI Jakarta terdiri dari penggunaan fasilitas sendiri (tidak berbagi), fasilitas bersama, dan MCK umum. Menurut data BPS tahun 2022, penggunaan fasilitas tempat buang air besar di DKI Jakarta didominasi oleh fasilitas sendiri (tidak berbagi) karena persentasenya sangat tinggi, yaitu 86,46% dan ini membuktikan bahwa setiap rumah tangga telah memiliki toilet sebagai fasilitas tempat buang air besar. Namun, masih terdapat sebagian rumah tangga yang tidak menggunakan fasilitas tersebut.
Kurangnya ketersediaan fasilitas tempat buang air besar di beberapa wilayah DKI Jakarta dapat menimbulkan masalah terhadap sanitasi lingkungan. Terdapat tiga faktor yang menjadi penyebab dari masalah sanitasi. Pertama, tingkat pendapatan yang artinya bahwa keluarga dengan pendapatan rendah akan tinggal di lingkungan kumuh sehingga tidak dapat mengakses sanitasi yang layak begitu pula sebaliknya. Kedua, jumlah anggota keluarga menandakan bahwa pertambahan anggota keluarga berpengaruh pada kebutuhan sanitasi. Ketiga, pengetahuan yang berarti luasnya pengetahuan untuk meningkatkan sanitasi berdampak pada tindakan yang akan dilakukan.
ADVERTISEMENT
Bantaran Sungai Ciliwung merupakan salah satu kawasan kumuh di DKI Jakarta. Warga yang tinggal di kawasan tersebut mendirikan bangunan sebagai rumah mereka secara ilegal. Fasilitas sanitasi pun digunakan secara bersama-sama dengan warga lainnya. Sanitasi yang buruk di bantaran Sungai Ciliwung dapat mengakibatkan berbagai penyakit, salah satunya diare. Menurut data Kementerian Kesehatan tahun 2021, penyakit diare di DKI Jakarta termasuk kasus tertinggi yang menempati peringkat keempat setelah penyakit TB Paru, PMS (Penyakit Menular Seksual), dan pneumonia.
Buruknya Sanitasi di bantaran Sungai Ciliwung, DKI Jakarta (Sumber : shutterstock.com)
Diare didefinisikan sebagai kondisi saat penderita lebih sering melakukan buang air besar (BAB) daripada biasanya. Penyakit diare merupakan kejadian luar biasa karena dapat menyebabkan kematian bagi penderita. Hal ini dikarenakan saat terjadi diare, cairan dan ion dalam tubuh berkurang sehingga penderita rentan mengalami dehidrasi. Kemudian, fungsi organ dan jaringan dalam tubuh terganggu karena tidak dapat bekerja secara optimal.
ADVERTISEMENT
Kasus diare pada tahun 2021 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2020. Hal ini dikarenakan pada tahun 2020, jumlah kasus diare mencapai 14.872 kasus. Namun pada tahun 2021, jumlah kasus diare di DKI Jakarta berkurang menjadi 12.664 kasus. Meskipun diare menyerang semua golongan umur, tetapi balita merupakan kelompok yang sangat rentan terinfeksi diare. Menurut WHO, penyebab terbesar kematian balita di dunia yaitu karena diare (Ira, 2019).
Sanitasi lingkungan dan penyakit diare memiliki keterkaitan karena buruknya sanitasi dapat menyebabkan angka kasus diare meningkat. Banyaknya kawasan kumuh di DKI Jakarta juga menimbulkan kesenjangan sosial yang cukup tajam. Hal ini terjadi karena penduduk yang menempati kawasan tersebut tidak memiliki akses terhadap sanitasi yang layak. Mereka tidak bisa mendapatkan akses terhadap sanitasi karena faktor lingkungan sekitar memengaruhinya. Padahal, akses terhadap sanitasi yang layak merupakan kebutuhan dasar bagi setiap orang.
ADVERTISEMENT
Ketersediaan akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan sangat penting karena berfungsi sebagai penunjang kualitas kesehatan masyarakat. Fasilitas pelayanan kesehatan di DKI Jakarta terdiri dari 194 rumah sakit. Rumah sakit merupakan tempat pemeriksaan sekaligus perawatan kesehatan yang berada dalam pengawasan tenaga medis. Kemudian, terdapat 332 puskesmas yang tersebar di seluruh wilayah DKI Jakarta. Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) merupakan instansi pelayanan kesehatan masyarakat milik pemerintah yang berada di wilayah kecamatan maupun kelurahan. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan di DKI Jakarta cukup memadai.
Penanganan penyakit diare di DKI Jakarta memerlukan partisipasi semua pihak, terutama pemerintah. Ketersediaan akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan menjadi upaya penting dalam rangka melindungi dan menjamin kesehatan masyarakat. Maka dari itu, diperlukan sosialisasi sebagai langkah awal. Sosialisasi mengenai pencegahan dan penanggulangan diare dapat dilakukan oleh lembaga pemerintah kepada warga yang tinggal di kawasan kumuh, seperti bantaran sungai.
ADVERTISEMENT
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (BPS). (2022). Provinsi DKI Jakarta Dalam Angka 2022: Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta.
Fadli, R. (2022). Diare. Halodoc. https://www.halodoc.com/kesehatan/diare
Ira. (2019). Menengok Perkembangan Diare Di Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. https://mediakom.kemkes.go.id/2019/08/menengok-perkembangan-diare-di-indonesia/
Lararenjana, E. (2020). Sanitasi Adalah Upaya Membina Lingkungan Menjadi Lebih Sehat, Pelajari Lebih Lanjut. Merdeka.com. https://www.merdeka.com/jatim/sanitasi-adalah-upaya-membina-lingkungan-menjadi-lebih-sehat-pelajari-lebih-lanjut-kln.html
Rianto, S., & Nefilinda. (2018). FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SANITASI LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI NAGARI AUR BEGALUNG TALAOK KECAMATAN BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN. Jurnal Spasial: Penelitian, Terapan Ilmu Geografi, dan Pendidikan Geografi, 5(2), 63-71. doi:https://doi.org/10.22202/js.v5i2.3091.g1341
Tohirin. (2020). Hunian di Tepi Ciliwung dan Isyarat 'Bunuh Diri' Lingkungan. CNN Indonesia. https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201110132528-20-568035/hunian-di-tepi-ciliwung-dan-isyarat-bunuh-diri-lingkungan