Konten dari Pengguna

Antropologi Fisik: Bentuk Penemuan Manusia Purba

Sheilla Kartika
Seorang Mahasiswi di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia Universitas Jember
7 April 2022 19:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sheilla Kartika tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada tahun tahun 1891 E. Dubois mulai melakukan penelitian di Ngawi tepat nya di Trinil atau Dusun Pilang, Desa Kawu, Kecamatan kedunggalar, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Penggalian Dubois di Trinil terjadi di tepi kiri dan kanan sungai Solo pada periode 1891-1900. Total yang digali luasnya sebesar 2.317 m2 untuk tepi kiri dan 106 m2 untuk tepi kanan.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1891 diketemukan nya sebuah gigi geligi primata purba, tidak jauh sekitar 1 meter, dan dari tempat temuan tersebut terlihat pula sebuah temuan batu yang mempunyai warna coklat kehitaman yang diyakini sebagai sebuah atap tengkorak manusia. Diduga gigi serta atap tengkorak ini bersumber dari manusia yang sama ataupun hampir mirip dengan kera. Lokasi penemuan Dubois ini ditandai dengan adanya sebuah tugu penunjuk tempat di mana diketemukannya Pithecanthropus Erectus, jaraknya sekitar 175 M kearah timur laut dan tepatnya berada di dasar sungai Bengawan Solo.
Gambar 1.1 Fosil Tengkorak Manusia Purba (Sumber: gambar pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Gambar 1.1 Fosil Tengkorak Manusia Purba (Sumber: gambar pribadi)
Selanjutnya pada tahun 1892 kurang lebih sekitar 15 meter dari tempat penemuan atap tengkorak, diketemukan sebuah tulang paha kiri yang memperlihatkan tingkat fosilisasi sempurna, temuan tersebut sama dengan temuan atap tengkoraknya, biarpun sama dengan tulang paha manusia modern. Hampir sempurna penemuan itu, gigi geligi yang primitif, sebuah atap tengkorak yang memiliki volume otak kurang lebih 900 cc yang terletak antara volume otak kera yaitu 600 cc, dan juga volume otak manusia purba yaitu 1.200 cc sampai dengan 1.400 cc, tengkoraknya kecil akan tetapi masuk dalam kategori Homo yaitu (Manusia) yang diduga memiliki keterkaitan ataupun sebagai bagian dari Homo Erectus serta tulang paha kiri yang membuat anggapan bahwa pemiliknya sudah berjalan dengan tegak.
ADVERTISEMENT
Eugene Dubois, pada akhirnya memberikan sebuah nama pada temuannya tersebut dengan sebutan, Pithecanthropus Erectus yang berarti, manusia kera berdiri tegak. Hingga sekarang nama yang diberikan oleh Dubois masih tetap digunakan dan juga dipertahankan, digunakan kedalam suatu konteks histori dan juga geografis, pithecanthropus erectus dari Jawa.
Gambar 1.2 Fosil Tengkorak Manusia Purba (Sumber: gambar pribadi)
Perlu diketahui pula bahwa, Setelah Dubois menyelesaikan penggaliannya di Trinil pada tahun 1900-an, banyak sekali pekerja lapangan di Trinil, mereka mencari lebih banyak lagi fosil manusia, selain itu juga dilanjutkan oleh Lenore Selenka di lokasi yang sama, dari tahun 1906-1908 (Selenka dan Blanckenhorn 1911 dalam Alink).
DAFTAR PUSTAKA
Haryani, A, D. 2004. Museum Trinil: Sejarah dan Pengaruhnya dalam Dunia Pariwisata Tahun 1999-2000. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma.
ADVERTISEMENT
Ventyasari, R. 2015. Pemanfaatan Museum Trinil Sebagai Sumber Belajar Sejarah Bagi Siswa SMA di Kabupaten Madiun Provinsi Jawa Timur Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.
Alink, G., W. Roebroeks., dan T. Simajuntak. 2016. The Homo Erectus Site Of Trinil: Past, Present And Future Of A Historic Place. Jurnal Peneltian dan pengembangan Arkeologi Vol. 34 No. 2.
Tanudirjo, A Daud, dan Y. Zaim. 2012. Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 1. Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve.
Koentjaraningrat. 2015. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta