Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Senandung di Bawah Bulan Purnama
1 Juli 2024 8:59 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Sherla Apriyani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Malam itu, desa Amarta diselimuti keheningan yang damai. Bulan purnama menggantung di langit, memancarkan cahayanya yang lembut, menerangi setiap sudut desa dengan kilau peraknya. Di tepi hutan, berdiri sebuah rumah kecil yang tampak sepi. Rumah itu adalah milik Nisa, seorang gadis muda yang tinggal sendirian setelah kematian orang tuanya beberapa tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Nisa adalah seorang pemetik bunga yang selalu ceria. Setiap pagi, ia pergi ke hutan untuk mengumpulkan bunga-bunga liar yang kemudian ia jual di pasar. Namun, di balik senyumnya yang manis, Nisa menyimpan sebuah rahasia yang hanya diketahui oleh beberapa orang terdekatnya. Di dalam hatinya, ia merindukan seseorang yang pernah memberinya kebahagiaan luar biasa, seorang pemuda bernama Arman.
Arman adalah sahabat Nisa sejak kecil. Mereka tumbuh bersama, bermain di hutan, dan berbagi mimpi-mimpi tentang masa depan. Arman adalah seorang pemuda yang penuh semangat dan bercita-cita menjadi musisi terkenal. Ia sering bermain gitar dan menyanyikan lagu-lagu yang diciptakannya sendiri, membuat Nisa terpesona dengan suaranya yang merdu.
Namun, takdir memisahkan mereka ketika Arman memutuskan untuk merantau ke kota besar demi mewujudkan impiannya. Sebelum pergi, ia berjanji kepada Nisa bahwa suatu hari nanti ia akan kembali dan membawanya pergi dari desa untuk mengejar mimpi bersama.
ADVERTISEMENT
Setiap malam, Nisa duduk di tepi jendela rumahnya, menatap bulan purnama sambil mengenang saat-saat indah bersama Arman. Ia selalu berharap suatu hari nanti Arman akan menepati janjinya dan kembali ke desa ini. Namun, tahun demi tahun berlalu tanpa kabar dari Arman, membuat Nisa merasa kesepian dan rindu yang semakin dalam.
Suatu malam, ketika bulan purnama bersinar dengan cerahnya, Nisa mendengar suara gitar yang merdu dari kejauhan. Ia terkejut dan segera keluar dari rumah untuk mencari sumber suara itu. Suara gitar itu semakin jelas, mengalun indah di bawah sinar bulan.
Dengan hati berdebar, Nisa mengikuti suara gitar itu hingga ke sebuah lapangan kecil di tengah hutan. Di sana, di bawah cahaya bulan purnama, ia melihat sosok yang sangat dikenalnya. Arman, dengan gitar di tangannya, sedang menyanyikan lagu yang pernah ia ciptakan untuk Nisa.
ADVERTISEMENT
Nisa merasa air mata mengalir di pipinya. Ia tak percaya bahwa Arman akhirnya kembali. Dengan langkah perlahan, ia mendekati Arman yang terus bermain gitar tanpa menyadari kedatangannya. Ketika lagu itu berakhir, Arman menoleh dan melihat Nisa berdiri di depannya.
"Nisa," kata Arman dengan suara serak. "Aku kembali."
Nisa berlari dan memeluk Arman erat. "Aku merindukanmu," bisiknya sambil terisak.
Arman membalas pelukan Nisa dengan hangat. "Aku juga merindukanmu, Nisa. Maafkan aku karena baru bisa kembali sekarang. Banyak hal yang harus kuselesaikan di kota, tapi aku selalu memikirkanmu."
Mereka duduk bersama di bawah pohon besar, berbagi cerita tentang apa yang telah mereka lalui selama bertahun-tahun terpisah. Arman menceritakan perjuangannya di kota untuk menjadi musisi, sementara Nisa berbicara tentang kehidupannya di desa yang sepi.
ADVERTISEMENT
"Aku berhasil, Nisa," kata Arman sambil memandang ke langit. "Aku menjadi musisi seperti yang kita impikan. Tapi, aku merasa ada yang kurang. Setiap kali aku berdiri di atas panggung, aku selalu merasa ada sesuatu yang hilang. Dan aku sadar, yang hilang itu adalah kamu."
Nisa tersenyum dan menggenggam tangan Arman. "Aku selalu percaya padamu, Arman. Dan aku tahu, kita bisa mewujudkan mimpi kita bersama."
Malam itu, di bawah sinar bulan purnama, Arman memainkan gitarnya sekali lagi dan menyanyikan lagu-lagu cinta untuk Nisa. Mereka berdua larut dalam melodi yang indah, melupakan segala kesedihan dan kesepian yang pernah mereka rasakan.
Ketika fajar mulai menyingsing, Arman mengajak Nisa untuk pergi bersamanya ke kota. "Mari kita mulai hidup baru bersama, Nisa. Aku ingin kau menjadi bagian dari semua yang kucapai."
ADVERTISEMENT
Nisa mengangguk, merasa bahagia bahwa mimpi mereka akhirnya menjadi kenyataan. Dengan hati yang penuh cinta dan harapan, mereka meninggalkan desa Amarta, memulai perjalanan baru yang penuh dengan kemungkinan.
Bulan purnama masih bersinar di langit, seolah memberkati perjalanan mereka dengan cahaya yang lembut. Di bawah langit yang sama, Nisa dan Arman berjalan beriringan, siap menghadapi masa depan yang cerah bersama.