Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Sudah Jadi Mama Kok Olahraganya Lari, Kurang Kerjaan?
26 Juni 2021 12:12 WIB
·
waktu baca 4 menitDiperbarui 13 Agustus 2021 14:11 WIB
Tulisan dari WanidaRosa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
No, it’s a big no no. Para mama yang masih menyempatkan berlari di sela rutinitasnya itu bukan karena kurang kerjaan. Justru lari adalah terapi bagi sebagian dari mereka. Lari menjadi terapi untuk menghilangkan kejenuhan akibat rutinitas yang padat sebagai “mama”.
ADVERTISEMENT
Wanita dewasa yang sudah berkeluarga memang identik dengan tugas rumah tangga sekaligus mengurus suami dan anak-anaknya. Saking riweuh-nya tugas mama-mama, mereka pun ada yang mempekerjakan asisten rumah tangga.
Coba anda ingat kembali rutinitas para mama setiap hari. Kebanyakan dari mereka biasanya bangun lebih pagi daripada anggota keluarga lainnya. Memastikan semua siap mulai dari sarapan, kebersihan rumah, listrik, galon, anak sekolah, suami kerja, dll.
Tanggung jawab mama pun semakin “mantap” lagi ketika ia juga bekerja membantu suami untuk mendapatkan income tambahan. Ada energi lebih yang harus ia keluarkan agar perhatiannya dapat terbagi antara tugas rumah tangga dan pekerjaannya.
Mama yang bekerja tadi harus tampil prima dalam menjalani perannya. Pekerjaan di rumah harus beres sebelum berangkat kerja. Di kantor pun harus bekerja dengan baik dan benar. Sesampainya di rumah, mama juga harus kembali memberikan perhatian ke semua anggota keluarga.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya tugas mama itu tak ada hentinya dari membuka mata saat bangun di pagi hari sampai kembali memejamkan mata di malam hari. Mama-mama yang bukan pekerja kantoran pun sama.
Mama multitasking harus pandai menjaga “kewarasan”. Kewarasan lahir batin sangat dibutuhkan agar semua rutinitas berjalan dengan baik. Jangan sampai jatuh sakit atau mengalami depresi.
Sebenarnya banyak pilihan kegiatan yang dapat dilakukan para para mama untuk menghilangkan kejenuhan akibat rutinitas yang padat. Ada yang pergi ke salon, sekadar ngopi bersama teman, shopping, main game atau melakukan olahraga seperti berlari. Lalu, mengapa memilih berlari?
Berlari dipercaya mampu mengatasi stres, insomnia, kecemasan dan depresi. Ketika seseorang berlari, sistem pernafasan akan bekerja maksimal. Hal tersebut membantu menyingkirkan stres dalam tubuh.
ADVERTISEMENT
Berlari juga mengoptimalkan hormon endorfin yang secara alami dihasilkan oleh tubuh setelah berolahraga. Menurut situs Alodokter, hormon endorfin berfungsi untuk memperbaiki suasana hati dan memberikan energi positif. Hormon endorfin diproduksi oleh kelenjar pituari dan sistem saraf pusat manusia.
Olahraga lari juga membantu anda membakar kalori. Kombinasikan olahraga lari dengan pola makan sehat untuk mencapai defisit kalori. Ini akan membantu para mama mendapatkan body goals.
Setelah berlari, otot tubuh akan merasa lelah dan pada saat yang sama akan mengirimkan sinyal ke otak untuk diistirahatkan. Dengan kata lain, olahraga lari cocok untuk dijadikan terapi bagi yang mengalami gangguan tidur.
Waktu Berlari
Begitu padatnya aktivitas mama membuat kita berpikir, kapan mama bisa menyempatkan waktu untuk berlari? Berlari bisa dilakukan kapan saja. Pagi, siang atau malam. Mari kita sedikit mengubah mindset. Berlari bukan tentang sempat atau tidak sempat tetapi jadikan prioritas.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh saja. Teman saya adalah seorang mama yang bekerja sebagai ASN. Ia rutin berlari 3 kali seminggu. Ia bekerja dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00. Ia begitu disiplin dan menghargai waktu sejak rutin berlari. Azan subuh adalah hal yang paling di nanti setiap pagi. Ia bergegas salat subuh lalu memasak nasi di magic com dan melakukan beberapa tugas rumah tangga. Kemudian bersiap untuk berlari di stadion dekat rumahnya.
Pukul 05.30 ia keluar dari rumah dengan berjalan kaki menuju stadion yang berjarak 200 meter dari rumahnya. Alokasi waktunya untuk berlari adalah 30 menit. Berlari dengan enjoy tanpa memikirkan jarak, kecepatan ataupun pace. Nikmati saja.
Pukul 06.00 ia selesai berlari dan berjalan kembali pulang ke rumah. Sesekali ia mampir ke warung untuk belanja bahan makanan atau membeli sayur dan lauk untuk keluarganya di rumah. Sesampainya di rumah, sekitar pukul 06.30 ia menyiapkan sarapan yang sederhana dan bersiap untuk berangkat kerja. Pukul 7.30 semua sudah selesai dan siap berangkat kerja.
ADVERTISEMENT
Keadaan setiap mama memang tidak sama. Namun, saya yakin setiap mama memiliki manajemen waktu yang hebat. Mari prioritaskan waktu untuk olahraga. Berlari tidak harus di stadion. Anda bisa berlari menyusuri kampung sambil melihat pemandangan atau berlari dengan treadmill di dalam ruangan. Apabila masih kategori pemula, anda bisa memulai dengan berjalan kaki lalu padukan dengan gerakan berlari. Jangan lupa lakukan pemanasan dan peregangan otot sebelum mulai berlari.
Waktu untuk berlari tidak hanya di pagi hari saja. Ada yang memilih untuk berlari di sore hari sepulang kerja. Adapula yang memilih berlari di malam hari. Waktu dan tempat berlari bisa kapan saja dan di mana saja. Tapi ingat! Utamakan keselamatan.
Bagi mama yang memiliki penyakit tertentu, konsultasikan dulu dengan dokter. Pastikan untuk tidak memaksakan tubuh untuk berolahraga jika belum terbiasa. Sebagai permulaan, Anda bisa memulai olahraga selama 15-20 menit, lalu secara bertahap anda bisa meningkatkan durasi waktunya.
Mama juga bisa bergabung di komunitas berlari setempat. Komunitas lari tersebut biasanya memiliki akun instagram agar mudah dikenal masyarakat. Bergabung dengan komunitas juga akan menambah teman. Anda bisa sharing dengan para pelari yang sudah berpengalaman.
ADVERTISEMENT
Singkatnya, lari dapat memperbaiki mood dan mengatasi kejenuhan. Selain itu, berlari juga membuat kita lebih menghargai waktu dan menambah pertemanan. Hai mama, cobalah. (WR)