Konten dari Pengguna

Sakit Hati Fans F1 di Indonesia : Omong Kosong Pembangunan Sirkuit

Shiddiq Nur Rohman
Seorang mahasiswa program studi Manajemen FEB UGM yang menyenangi industri kreatif sembari menikmati persaingan klasemen balap.
10 Desember 2024 14:31 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shiddiq Nur Rohman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada zaman kini tidak ada seorangpun yang tidak tahu tentang Formula 1. Bagaimana tidak, seri balapan yang mendapat julukan “the pinnacle of motorsport” ini telah berkembang sejak tahun 1950. Sejak saat itu pula, seri balapan ini menjadi salah satu seri terkencang di dunia dengan basis penggemar yang tidak main-main. Berbagai tim dengan latar belakang yang berbeda dan berbagai nama pebalap silih berganti menghiasi bangku seri balap jet darat ini. Mulai dari tim terburuk sepanjang masa yang berkarir tanpa latar belakang tim balap seperti Andrea Moda hingga tim paling loyal sejak seri balap ini pertama kali diselenggarakan seperti Ferrari, semua latar belakang saling memperebutkan tahta tim tercepat di kontestasi balapan terbaik di planet ini. Berbagai pebalap dengan latar belakang beragam pun hadir, memberi warna di gemuruhnya persaingan ketat level otomotif paling mutakhir.
Seri Balap Formula 1. Foto: Charles-Emmanuel Lambert via pexels
zoom-in-whitePerbesar
Seri Balap Formula 1. Foto: Charles-Emmanuel Lambert via pexels

Formula 1 di Mata Penggemar Otomotif di Indonesia

ADVERTISEMENT
Di mata penggemar otomotif di Indonesia, Formula 1 memang bukanlah seri balap yang paling digemari. Dengan tidak adanya lisensi siaran yang dimiliki oleh stasiun televisi manapun, gemerlap budaya F1 tidak pernah sampai ke mata penonton Indonesia. Meskipun begitu, seri balap Formula masih 1 bisa diterima di hati penonton Indonesia. Terdapat dua momen saat balapan mobil menjadi sangat menggairahkan semangat penonton balap di Indonesia. Pertama, saat diselenggarakannya A1GP di Sirkuit Sentul pada tahun 2006. Saat itu Indonesia berhasil menjadi tuan rumah untuk seri balap kelas dunia yang setara dengan Formula 1. Kedua, saat salah satu wonderkid asal Indonesia, Rio Haryanto, berhasil duduk di bangku pebalap tim Manor Racing pada musim 2016. Meski saat itu karir Rio Haryanto di F1 sangat singkat dan belum mampu meraih prestasi fantastis, namun Ia sudah menjadi bahan perbincangan di berbagai media di Indonesia. Sementara itu, digelarnya A1GP dengan sambutan masyarakat Indonesia yang sangat antusias membuktikan bahwa Formula 1 masih memiliki pasar tersendiri di kalangan pecinta balap di Indonesia.
Sirkuit Mandalika. Foto: Agam Ray Waladi via pixabay

Janji Pembangunan Sirkuit F1 : Utopia Fans Semata?

Meskipun memiliki basis penggemar yang tidak seramai sepakbola, namun rencana pembangunan sirkuit F1 di Indonesia sempat digaungkan beberapa kali. Sebagai salah satu fans F1, tentu melihat balapan yang didambakan dapat berlangsung di tanah air merupakan suatu kebanggan sekaligus kesenangan yang tak tertandingi. Bagaimana tidak, menjadi tuan rumah F1 merupakan suatu hal yang amat mahal, serius, dan tidak mudah. Berbagai seleksi harus diikuti, salah satunya adalah kesiapan sirkuit yang ada di suatu negara. Sirkuit F1 memang memiliki standar yang sangat tinggi. Hal ini menjadikan posisi tuan rumah tidak bisa berganti sembarangan.
ADVERTISEMENT
Meski Indonesia telah memiliki sirkuit sendiri yakni Sirkuit Mandalika, namun sirkuit tersebut lebih cocok untuk digunakan bagi balapan motor atau balap mobil dengan kelas yang lebih rendah. Balapan F1 memerlukan perlengkapan, kualitas fasilitas pendukung, logistik, dan lintasan yang lebih menarik. Sirkuit Mandalika tidak memberikan tantangan menarik terutama dengan lintasan yang tidak terlalu lebar dan opsi menyalip di lurusan yang sangat sedikit. Lintasan lurus terpanjang saja hanya berada pada lintasan garis start yang hanya sepanjang 700 meter. Hal ini menyebabkan penyelenggaraan F1 di Mandalika menjadi tidak memungkinkan.
Janji-janji pembangunan sirkuit baru untuk F1 pun sempat bertebaran. Sempat dikatakan bahwa pemerintah sedang membangun sirkuit F1 baru yang terletak di Bintan, sebagai kawasan ekonomi khusus. Kabarnya pun pembangunan ini sudah berada di tahapan penempatan batu pertama. Sungguh sebuah informasi yang sangat menyenangkan bagi penggemar F1 di Indonesia. Namun lambat laun, informasi ini menjadi semakin tenggelam. Tidak ada kabar lebih lanjut mengenai keberlanjutan dari pembangunan sirkuit ini. Sebelumnya pun, wacana pembangunan sirkuit juga sudah masif. Mulai dari pembangunan ulang Sirkuit Sentul hingga persiapan Mandalika untuk penyelenggaraan F1.
ADVERTISEMENT
Selain itu, budaya balap memang bukan menjadi budaya masyarakat Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari aksesibilitas terhadap seri balap dan bagaimana masyarakat memaknai otomotif itu sendiri. Masyarakat Indonesia memiliki akses yang sangat terbatas pada siaran Formula 1, bahkan hingga sekarang tidak ada stasiun televisi yang memilikinya. Selain itu, akses terhadap sirkuit masih sangat sulit. Hanya ada sirkuit Mandalika yang berstandar internasional. Sisanya hanyalah sirkuit standar nasional, bahkan lebih sering tidak terpakai. Tidak seperti sirkuit di Eropa yang bisa lebih dari 2 sirkuit dalam satu negara dengan akses acara bagi penonton lokal yang sangat mudah. Ditambah dengan perspektif masyarakat yang memandang otomotif sebagai kebutuhan untuk transportasi sehari-hari. Tidak seperti di Eropa yang memandang otomotif sebagai hiburan. Hal ini menjadikan seri balap Formula 1 menjadi semakin asing di telinga masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT

Sampai Kapan Bisa Terwujud?

Bagaikan sebuah hal yang sudah sangat biasa terjadi, para penggemar F1 di tanah air pun nampak tak bergeming saat menemui informasi terbaru tentang pembangunan sirkuit F1. Kabar terbaru, Sugianto Kusuma, salah satu orang terkaya di Indonesia, berminat untuk mengembangkan sirkuit F1 di kawasan PIK 2. Menarik apabila dilihat dengan perpaduan PIK 2 yang strategis dan aksesibilitas kawasan yang sangat jauh lebih baik apabila dibandingkan dengan Mandalika maupun rencana sirkuit F1 di Bintan. Namun sekali lagi, semua ini baru berawal dari rumor semata. Pengembangannya pun masih direncanakan untuk jangka panjang, yang berarti belum akan ada kabar pembangunan dilaksanakan dalam waktu dekat. Pembangunannya pun akan memerlukan biaya yang sangat besar. Belum ada pihak yang bisa memberikan konfirmasi kapan sirkuit ini bisa dibangun dan kapan akhirnya Indonesia bisa menjadi tuan rumah Formula 1. Hingga sekarang, mimpi mengadakan Formula 1 di tanah air sepertinya memang masih menjadi utopia semata. Utopia yang sangat dinantikan oleh para penggemar F1. Utopia yang sekali lagi membuat para penggemar sakit hati berkali-kali.
ADVERTISEMENT