Konten dari Pengguna

Mengubah Stigma: Perawatan Paliatif Bukann Hanya di Ujung Usia

SHINTA ANGELINA
Mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Jember
13 November 2024 7:47 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari SHINTA ANGELINA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber Gambar : freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Gambar : freepik.com
ADVERTISEMENT
Penerapan perawatan paliatif di Indonesia masih kerap mendapatkan stigma negatif di masyarakat dan sering kali disalahpahami sebagai "perawatan akhir" bagi pasien terminal yang akan meninggal. Miskonsepsi ini telah menyebabkan pasien dan keluarga enggan mencari atau menerima perawatan paliatif, mengira bahwa layanan ini hanya relevan ketika harapan sembuh sudah tidak ada dan menganggap menyerah pada pengobatan penyakit. Padahal, perawatan paliatif adalah pendekatan secara holistik untuk meningkatkan kualitas hidup pasien serta keluarga yang menghadapi masalah terkait penyakit yang mengancam jiwa di setiap tahap penyakit serius atau kronis, tidak harus diperuntukkan pada pasien yang akan meninggal.
ADVERTISEMENT
Stigma miskonsepsi terkait konsep perawatan paliatif di masyarakat, menyebabkan pasien dan keluarga baru mencari pelayanan paliatif pada tahap akhir penyakit, disaat gejala makin parah dan kualitas hidup pasien sudah menurun. Keterlambatan ini tentunya mengurangi efektifitas perawatan paliatif. Padahal apabila perawatan paliatif diberikan jauh sebelum kondisi yang parah, banyak pasien yang bisa mendapatkan manfaat besar dari perawatan paliatif ini.
Perawatan paliatif didefinisikan sebagai pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan mengatasi gejala dan keluhan yang mengganggu seperti nyeri, stres, dan gejala penyakit serius. Jadi, manfaat dari perawatan paliatif tidak hanya untuk mereka yang mendekati akhir hidup, tetapi juga bagi pasien yang menjalani pengobatan intensif atau mengalami penyakit kronis untuk memaksimalkan kualitas hidup dan mengurangi gejala. Misalnya, seorang pasien kanker stadium awal mungkin mendapatkan manfaat yang besar dari perawatan paliatif dini dalam hal mengurangi nyeri atau mengatasi efek samping pengobatan. Di sini, perawatan paliatif berperan dengan dengan tujuan utama meningkatkan kenyamanan dengan mengurangi gejala seperti nyeri, mual, muntah, dan kelelahan yang dialami oleh pasien.
ADVERTISEMENT
Tak hanya berfokus pada aspek fisik saja, perawatan paliatif juga mencakup kesehatan mental dan emosional. Dimana sebagian besar pasien yang berjuang dengan penyakit serius sering mengalami permasalahan secara psikologis seperti merasa cemas, tertekan, atau bahkan putus asa. Disinilah perawatan paliatif berperan untuk memberikan dukungan psikologis, termasuk pemberian sesi konseling, pendampingan spiritual, dan dukungan sosial yang dapat membantu pasien menemukan motivasi untuk memberi kekuatan untuk menjalani kehidupan sehari-hari sebaik-baiknya, yang pada akhirnya bisa meningkatkankan kualitas hidup mereka.
Bagi keluarga, melihat anggota keluarganya yang dicintai mengalami penyakit terminal, menimbulkan reaksi yang bergam seperti stress, cemas, dan kelelahan emosional. Melalui perawatan paliatif, keluarga pasien bisa mendapatkan dukungan dan bimbingan dalam merawat serta memahami kondisi pasien, melalui edukasi memahami penyakit hingga dukungan emosional seperti sesi konseling dan diikutsertakan dalam kegiatan komunitas support sehingga dapat meredakan beban mental mereka.
ADVERTISEMENT
Jika kita mampu menghilangkan stigma ini, akan lebih banyak orang yang sadar untuk mengakses perawatan paliatif sejak dini. Artinya, perawatan ini akan lebih berdampak dan memberikan manfaat besar bagi pasien dan keluarga dalam mencegah dan mengurangi penderitaan yang berkepanjangan, serta membantu menghadapi perjalanan penyakit secara lebih positif. Membiarkan stigma ini dipercaya pada kalangan masyarakat, sama artinya dengan menghambat banyak pasien untuk mendapatkan perawatan secara holistik dan efektif. Perawatan paliatif bukanlah dicap sebagai “tanda akhir,” tetapi sebuah pendekatan untuk meningkatkan kualitas hidup di tengah perjuangan melawan penyakit serius. Semua pasien yang mengalami penyakit kronis atau serius berhak atas perawatan ini tanpa perlu merasa ketakutan atas stigma yang keliru. Oleh karenanya, masyarakat perlu mengubah cara pandang terhadap perawatan paliatif yang keliru dan memahaminya sebagai pilihan perawatan untuk mendukung kualitas hidup bukan sekedar opsi perawatan terakhir di akhir perjalanan hidup.
ADVERTISEMENT
DAFTAR PUSTAKA
ADVERTISEMENT