news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Film Ngeri-ngeri Sedap Sarat Akan Nilai Keluarga dan Budaya Batak

Shintia Rahma Islamiati
Mahasiswa Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat IPB University
Konten dari Pengguna
5 Juni 2022 16:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shintia Rahma Islamiati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Poster Film Ngeri-ngeri Sedep di bioskop. (Foto: Shintia Rahma Islamiati)
zoom-in-whitePerbesar
Poster Film Ngeri-ngeri Sedep di bioskop. (Foto: Shintia Rahma Islamiati)
ADVERTISEMENT
Ngeri-ngeri Sedap merupakan film yang disutradarai oleh Bene Dion dan telah tayang di bioskop sejak 2 Juni 2022. Bene Dion sendiri merupakan komika tunggal sekaligus sutradara dari film Ghost Writer dan Cek Toko Sebelah:The Series. Film yang mengambil latar suku Batak ini merupakan adaptasi dari novel pertama Bene Dion dengan judul yang sama dan berisi pengalaman hidup Bene Dion selama hidup dalam keluarga Batak. Berbeda dari film-film sebelumnya yang serat akan komedi, Ngeri-Ngeri Sedap lebih menonjolkan drama keluarga dan budaya dalam suku Batak.
ADVERTISEMENT
Ngeri-ngeri Sedap menceritakan sebuah keluarga Batak yang terdiri dari pasangan suami istri dan keempat anaknya. Pak Domu sebagai bapak diperankan oleh Arswendy Bening Swara dan Mak Domu sebagai mamak diperankan oleh Tika Pangabean. Mereka berdua tinggal di Sumatera Utara bersama anak perempuannya, yaitu Sarma yang diperankan oleh Gita Bhebhita. Tiga anak laki-laki lainnya yaitu Domu yang diperankan Boris Bokir, Gabe yang diperankan Lolox dan Sahat yang diperankan Indra Jegel sedang merantau ke luar kota. Ketiganya telah merantau cukup lama dan tidak pernah pulang ke rumah.
Domu yang merupakan anak pertama bekerja menjadi pegawai BUMN di Bandung dan memiliki kekasih dari suku Sunda. Padahal pada budaya Batak seharusnya anak sulung menikah dengan pasangan yang berasal dari Batak juga. Gabe anak ketiga meninggalkan gelar sarjana hukumnya dan memilih menjadi komedian di Jakarta. Sedangkan Sahat anak terakhir tengah merawat pria tua di Yogyakarta yang dikenalnya saat melakukan kuliah kerja nyata (KKN). Dalam budaya Batak seharusnya anak terakhir tinggal di rumah dan merawat kedua orangtua. Pak Domu dan Mak Domu meminta mereka untuk segera pulang untuk menghadiri upacara adat Pakhopu atau upacara adat untuk para cucu, namun ketiganya tetap menolak lantaran ada konflik dengan bapaknya.
ADVERTISEMENT
Bagi mereka bertiga Pak Domu adalah sosok bapak yang keras kepala dan tidak mau mendengar pendapat dari orang lain. Sedangkan bagi Pak Domu, hal yang dilakukan oleh ketiga anaknya telah melanggar adat Batak sehingga beliau sangat menentang. Segala cara telah dilakukan agar ketiga anaknya mau pulang, hingga akhirnya Pak Domu dan Mak Domu memutuskan untuk berpura-pura bertengkar dan berencana untuk cerai demi menarik perhatian ketiga anaknya. Ternyata cara tersebut berhasil membawa ketiga anaknya pulang, namun bukannya menyelesaikan masalah malah menambah perpecahan dalam keluarga.
Saat menonton film ini kita tidak hanya mendapat hiburan tetapi bisa sambil menikmati keindahan Danau Toba dan belajar budaya Batak. Film Ngeri-ngeri Sedap hampir 90 persen menonjolkan budaya batak mulai dari bahasa, lokasi, rumah adat, upacara adat, lagu-lagu batak hingga gaya hidup orang Batak. Selain itu kita juga belajar istilah kekerabatan orang Batak seperti boru, nang boru, opung, opung doli, tulang, nang tulang, dll. Bagi kalian yang bukan berasal dari Batak jangan khawatir karena kalian akan tetap faham dengan alur cerita dari film ini. Pesan yang dapat diambil dari film ini adalah sejauh apapun kita pergi atau merantau, keluargalah yang akan menjadi tempat untuk kembali pulang.
ADVERTISEMENT