Konten dari Pengguna

Insinerator PPKO HMIT IPB: Pembakar Sampah Rendah Emisi di Desa Leuweungkolot

Shintia Rahma Islamiati
Mahasiswa Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat IPB University
29 Agustus 2024 11:59 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shintia Rahma Islamiati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Insinerator sederhana karya Tim PPKO HMIT IPB (Foto: dokumentasi pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Insinerator sederhana karya Tim PPKO HMIT IPB (Foto: dokumentasi pribadi)
ADVERTISEMENT
Sabtu (04/08) lalu, tim pelaksana Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah (HMIT) berkolaborasi dengan masyarakat Desa Leuweungkolot membuat insinerator sederhana di lahan milik warga RT04 RW04 yang didampingi oleh Ketua RT 04. Selanjutnya tanggal 10 Agustus 2024 telah digelar demonstrasi penggunaan insinerator kepada warga masyarakat RT 04.
ADVERTISEMENT
Pemilihan tempat pembangunan insinerator di RT 04 RW 04 sangat strategis karena letaknya di samping sungai atau selokan yang biasa dipakai untuk membuang sampah disana. Masyarakat membuang sampah di sungai disebabkan ketidaktersediaan bak sampah dan truk sampah yang tidak sampai ke RT 04. Hal tersebut dikarenakan jalan menuju RT 04 yang kecil tidak memungkinkan untuk truk sampah lewat.
Insinerator merupakan alat untuk pembakaran limbah dalam bentuk padat dengan memanfaatkan sistem pembakaran sempurna. Teknologi ini menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi timbunan limbah. Filia Akhsanu Amala selaku penanggungjawab mengatakan, “tim kami berinovasi melalui sistem insinerator sederhana berbahan bata ringan yang mudah dibuat dan dioperasikan.”
Insinerator hadir sebagai solusi untuk menghadapi masalah serius dalam hal pengelolaan sampah. Pembuangan sampah anorganik desa sebagian besar dibakar di area terbuka, sehingga menimbulkan polusi udara yang berbahaya dan meningkatkan risiko kebakaran. Adanya insinerator sederhana memungkinkan pembakaran sampah dilakukan pada sistem tertutup dan meminimalkan asap yang keluar.
ADVERTISEMENT
“Harapannya warga masyarakat dapat memanfaatkan insinerator sederhana ini dalam penanganan sampah anorganik yang rendah emisi, sehingga semakin menyadarkan mereka terkait mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. instalasi ini mudah dijangkau warga, sehingga dapat terus dimanfaatkan setiap harinya untuk melakukan proses pembakaran,” tutur Fillia.
Selain itu, Fiilia menambahkan bahwa tim telah menyerahkan blueprint dan anggaran pembangunan insinerator kepada pihak desa agar dapat dimanfaatkan sebagai acuan dalam program kerja desa ke depannya.
Ir. Wahyu Purwakusuma, M.Sc. selaku dosen pembimbing tim PPK Ormawa HMIT IPB University mengungkapkan, “insinerator tidak selalu rumit jika memahami cara kerjanya, seperti yang diterapkan mahasiswa tim pelaksana PPKO HMIT. Sampah diletakkan di ruang bakar dan ketika api dinyalakan maka pasokan oksigen akan terpenuhi dari lubang di bagian bawah, sehingga terjadi pembakaran sempurna minim asap. Bentuk instalasi yang berupa tinggi ke atas juga memungkinkan asap tidak menyebar ke luar.”
ADVERTISEMENT