Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Menilik Chinatown di Kota Bogor
7 April 2022 16:03 WIB
Tulisan dari Shobi Akmalia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Klakson kendaraan berbunyi nyaring mengiringi perjalanan Maudy menuju kampus. Perjalanan lancar jaya ketika ia menggunakan transportasi umum biskita, koridor 5 yang memiliki rute dari Ciparigi ke Stasiun Bogor. Kemudian, dilanjutkan dengan menaiki angkutan umum (angkot) 08 merah dengan arah tujuan BTM. Namun, ketika angkot sampai di jalan Otto Iskandar Dinata (OTISTA), kemacetan tak terhindarkan. Kemacetan ini disebabkan banyaknya kendaraan yang bergerak menuju arah Suryakencana pada Sabtu siang. Wilayah Suryakencana (Surken) memang biasa dipadati oleh kendaraan dan orang-orang yang ingin sekadar lewat atau berbelanja.
ADVERTISEMENT
Sekitar pukul 14.15 WIB, Maudy turun dari angkot dan sampai di gerbang Gapura Lawang Suryakencana. Ia harus berjalan kaki melintasi gapura besar dengan warna merah mencolok dan beberapa ornamen lentera. Pada gapura tersebut, disematkan tulisan “Kampung Tengah-Buitenzorg, Dayeuh Bogor''. Maudy mengambil kesempatan berjalan kaki untuk melihat-lihat apa yang disuguhkan oleh Chinatown-nya Bogor. Banyak hal-hal yang bisa dinikmati mulai dari Vihara Dhanagun sampai wisata kulinernya yang merajalela.
Terik matahari yang panas tidak mematahkan semangat para pedagang dan pengunjung yang berkumpul di wilayah Suryakencana ini. Seperti halnya Agus, bukan nama sebenarnya, pedagang es jeruk yang biasa mangkal di jajaran jalan Suryakencana dari tahun 2015. Ia sudah siap mangkal di tempatnya tersebut dari jam 8 pagi hingga jam 6 sore saat weekdays.
ADVERTISEMENT
“Saya di sini dari jam delapan pagi hingga jam enam maghrib kalau hari biasa, kalau hari minggu dari jam delapan pagi hingga jam empat sore.” Ujar Agus.
Setelah puas dengan minumannya tersebut, Maudy meneruskan perjalanannya menuju kios-kios yang berada di sisi kiri jalan, ia memilih untuk mencoba jajanan seblak. Kios seblak tersebut terlihat lengang, hanya ada dua pengunjung yang duduk di bangku yang sudah disediakan. Ibu Nia, bukan nama sebenarnya, menerima pesanan dan menyiapkan seblak yang dipesan oleh Maudy. Sambil meracik bumbu, Ibu Nia mengingat kembali bagaimana awal ia berjualan di Suryakencana. Ibu Nia sudah berjualan di Suryakencana selama dua tahun. Walaupun terkadang tidak banyak pengunjung yang datang, Ibu Nia tetap berjualan di wilayah tersebut.
ADVERTISEMENT
“Namanya juga jualan ya, kadang ada pengunjung kadang ngga ada pengunjung.” Ujar Ibu Nia
Satu porsi seblak Ibu Nia berharga lima belas ribu rupiah. Seblak tersebut terdiri dari beberapa topping seperti ceker, makaroni basah, dan topping lainnya. Selesai menyantap seblak, Maudy melanjutkan perjalanannya untuk sekadar melihat-lihat wilayah tersebut. Bentuk jalan yang berada di Suryakencana mengingatkan Maudy akan Jalan Braga yang ada di Kota Bandung. Dilansir dari kotabogor.go.id, kawasan Suryakencana mengalami revitalisasi pada november 2021. Kawasan pecinan itu akan dibuat seperti Jalan Braga di Kota Bandung dan Jalan Malioboro di Yogyakarta. Suryakencana pun seakan disulap menjadi “surga” para pejalan kaki. Pembangunan pedestrian di daerah tersebut ternyata memakan anggaran Rp14.7 miliar dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) 2018.
ADVERTISEMENT
“Lalu, worth it-kah semua dana yang sudah digelontorkan pemerintah itu?”
Maudy merenung memikirkan hal tersebut sambil meneruskan jalannya menuju kampus yang berada di Jl. Rangga Gading No. 01 dan masih satu komplek dengan wilayah Suryakencana. Waktu sudah menunjukkan pukul 15.48 WIB, saatnya ia menghadiri kelas. Ketika ia berjalan menuju kampusnya, ia tersadar bahwa walaupun di masa pandemi, banyak sekali pengunjung yang menghabiskan waktu luangnya untuk sekadar berjalan-jalan di pedestrian Suryakencana dan berfoto di spot foto. Banyak juga pengunjung yang berbelanja kuliner atau berburu oleh-oleh khas Bogor. Pembangunan dan revitalisasi yang dilakukan Pemerintah Kota Bogor untuk membuat pengunjung tetap nyaman saat berekreasi dapat diapresiasi walaupun masih ada yang harus direvisi.
ADVERTISEMENT