Konten dari Pengguna

Jurnalis Harus Netral

Shofaa Nurhaliza
Mahasiswi berusia 19 tahun, sedang menempuh pendidikan dengan program studi Sastra Indonesia di Universitas Pamulang semester 2.
10 Juni 2024 9:13 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shofaa Nurhaliza tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber: pexel.com
zoom-in-whitePerbesar
sumber: pexel.com
ADVERTISEMENT
Percepatan informasi yang di dapat masyarakat tidak lepas dari usaha dan kerja keras para jurnalis beserta tim yang memperjuangkan topik topik atau isu isu yang sedang hangat terjadi di lapangan.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya sekedar berbicara di depan kamera untuk menyiarkan keberlangsungan berita, jurnalis beserta tim juga masih memiliki tugas panjang yang menanti kedepannya. Ada banyak proses yang harus di lalui sebelum berita tersebut dikatakan layak untuk dipublikasikan di media.
Mulai dari ketepatan naskah, mencari narasumber yang bisa di wawancarai, merevisi informasi yang didapat dari narasumber, melakukan dubbing, mengecek tiap-tiap kata yang akan disampaikan, serta yang paling penting adalah kredibilitas atau keakuratan dari dari berita itu sendiri.
untuk kredibilitas suatu berita itu sendiri, sangatlah penting untuk mengecek sumber data berulang kali. Selain itu, suatu hal yang sangat dilarang dalam jurnalisme adalah keikutsertaan sebuah pendapat atau opini pribadi dari jurnalis itu sendiri dalam sebuah berita.
ADVERTISEMENT
Jurnalis haruslah netral, mengapa?
Hal ini agar berita tersebut dapat disampaikan kepada masyarakat sebagaimana berita tersebut di dapatkan di lapangan. Tidak ada opini pribadi dalam berita agar mereka dapat menyampaikan informasi objektif tanpa bias. Hal ini bertujuan agar masyarakat yang membaca maupun melihat berita tersebut dapat menilai dan memberikan pandangan pribadinya pada berita tersebut.
Jika sebuah berita terdapat pendapat atau pandangan maupun opini pribadi dari jurnalis beserta tim, maka berita tersebut bukanlah menjadi berita yang bisa dipegang kredibilitasnya. Berita tersebut bukanlah berita yang baik dan tidak menjunjung tinggi nilai keakuratan berita. Berita tersebut dapat menjadi berita hoax apalagi berita rusak, karena informasi yang ada di dalamnya sudah tercemar oleh opini dari jurnalis maupun tim. Akan terdapat sudut pandang yang beda, dan masyarakat akan sulit untuk memastikan apakah berita tersebut fakta atau hoax.
ADVERTISEMENT