Pentingnya Menjaga Lisan

Shofaa Nurhaliza
Mahasiswi berusia 19 tahun, sedang menempuh pendidikan dengan program studi Sastra Indonesia di Universitas Pamulang semester 2.
Konten dari Pengguna
13 Juni 2023 15:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shofaa Nurhaliza tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi berbicara. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi berbicara. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebagai makhluk sosial, sudah sewajarnya manusia gemar berbicara, mengobrol, maupun bercerita kepada orang lain. Selain dengan membaca, manusia juga dapat mengetahui banyak informasi dengan berbicara bersama mitra tuturnya. Dua manusia atau lebih bisa saling membagi informasi mengenai hal pribadi maupun berita yang sedang popular.
ADVERTISEMENT
Umumnya, manusia mampu berbicara sebanyak 15.000 – 16.000 kata perharinya, data hasil penelitian dari Arizona University, techno.okezone
epentingan formal maupun informal yang manusia lakukan, seperti; presentasi pekerjaan, menjelaskan materi, berbicara pada atasan, berpidato, dakwah keagamaan, berdoa dan beribadah. Sedangkan untuk kepentingan informalnya seperti berbicara pada orang tua, mengobrol dengan teman, membuat lelucon, mengobrol pada pedagang dan bahkan ada yang digunakan untuk mengumpat ataupun menghina orang lain.
Semua hal pasti ada baik dan buruknya, termasuk juga berbicara. Tentu saja ketika berbicara manusia harus memperhatikan tempat serta kepada siapa mereka berbicara. Tetapi sayangnya, masih banyak manusia yang belum menyadari bahwa mengucapkan perkataan yang tidak sopan, seperti mengumpat ataupun menghina orang lain itu tidaklah dibenarkan. Mungkin sebagian orang ada yang menganggap itu hanyalah candaan, tetapi pasti tanpa kita sadari ada juga yang menimbulkan luka pada orang yang mendengarnya.
ADVERTISEMENT
Manusia tidak pernah tahu perkataan mana yang mampu menyakiti perasaan lawan bicaranya. Karena tidak semua orang memiliki hati yang kuat, tidak semua orang mampu menganggap semua hanyalah candaan.
Dikutip dari H.R Bukhari dan Muslim, "siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam"
Maka dari itu, agar kita tidak lagi menyakiti hati orang lain, ada baiknya kita lebih memilih diam daripada mengucapkan kata-kata yang memiliki resiko melukai perasaan lawan bicara. Jangan sampai sedikit demi sedikit kita membentuk musuh yang akan menyerang kita di masa depan.
Seperti pada kasus pembunuhan yang terjadi di Semarang. Dimana seorang karyawan membunuh atasannya karena motif dendam. Muhammad Husen (28) memutilasi atasan di tempatnya bekerja Irwan Hutagalung (53). Husen mengungkapkan alasan dia memutilasi kepala dan tangan koban karena Husen dendam atas perlakuan Irwan kepadanya selama pelaku bekerja di toko Irwan.
ADVERTISEMENT
Dikatakan bahwan Irwan sering memarahi dan memukulnya, maka dari itu Husen memutilasi kepala, dan tangan korban. Husen juga mengungkap bahwa dia senang dan puas karena sudah berhasil membunuh Irwan, tidak ada penyesalan di dalam dirinya ketika menghilangkan nyawa seseorang.
Untuk itu, berhati-hatilah dalam berucap. Pikirkan kembali perkataan yang akan kita ucapkan, jangan sampai kita melakukan kesalahan pada orang lain. Sekalipun mungkin manusia bisa saling memaafkan, tetapi bukan tidak mungkin mereka yang tanpa sadar telah kita lukai masih mengingat perkataan yang kita ucapkan di masa lalu dan membuat mereka menjadi belum sepenuhnya mampu memaafkan kita. Karena sesungguhnya, maaf tidak pernah membuat luka menjadi lupa.
Luka akan tetap ada, luka akan tetap membekas di hati mereka yang telah kita sakiti. Jadi jangan sampai kesalahan kita yang tanpa sadar dilakukan membuat mereka mampu melakukan hal-hal buruk pada kita.
ADVERTISEMENT