Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Entertaining Side of Social Media: Typing Wili oleh Netizen Twitter
13 Oktober 2021 13:52 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Shofiatunnisa Azizah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Media sosial tampaknya semakin diminati semenjak pandemi. Keterbatasan dalam bertatap muka untuk mengobrol atau sekadar makan bersama teman menjadikan media sosial sebagai salah satu cara berinteraksi dalam kehidupan sosial. Termasuk untuk mencurahkan pikiran, perasaan, atau sekadar bertukar sapa dengan teman. Dalam hal ini, Twitter kiranya menjadi media sosial yang tepat.

Twitter merupakan media sosial yang berbasiskan teks. Berbeda dengan Instagram yang memerlukan foto untuk diunggah—meskipun foto polos disertai tulisan sekecil semut ala remaja galau juga terkadang juga masih ditemukan—karena visual menjadi sesuatu yang disuguhkan media sosial ini. Begitu pula dengan media sosial lainnya yang memiliki keunikan masing-masing, tapi Twitter seakan tidak pernah mati eksistensinya. Hal ini disebabkan basis tulisan dalam Twitter yang tidak memiliki batasan khusus.
ADVERTISEMENT
Pengguna Twitter dapat menuliskan twit berupa thread panjang mengenai argumentasinya dalam isu politik yang sedang hangat, tapi pengguna Twitter lainnya juga dapat menuliskan sesuatu yang sedang berputar dalam pikirannya tanpa terusik. Hal ini disebabkan lapisan masyarakat Twitter—disebut juga sebagai netizen Twitter—tidak memberikan "label" terhadap pengguna Twitter yang hanya akan membuka akun miliknya dan mengirimkan twit ketika bingung harus order nasi padang atau McD untuk makan siang. Kebebasan mengekspresikan diri dalam Twitter inilah yang menjadikan media sosial itu digemari oleh berbagai kalangan, termasuk kalangan so-called-alay dalam media sosial lainnya.
"Apasii yang sebenarny aku harapkan lgii jawap," tulis akun bernama Willy The Kid atau yang lebih dikenal dengan panggilan Wili.
ADVERTISEMENT
Ia adalah salah satu netizen Twitter yang mencurahkan unek-unek melalui Twitter. Kehadiran Wili sedari awal pandemi menarik perhatian sebagian netizen Twitter. Hal ini disebabkan gaya penulisannya dalam twit yang menarik kembali memori typing masa sekolah dasar—tulis sedikit dengan penyingkatan agar biaya pengiriman pesan tidak menghabiskan banyak pulsa.
Tidak hanya memori lama yang ditarik kembali ketika melihat twit Wili yang menjadikan namanya dikenal, melainkan pesan-pesan dalam twit Wili yang dituliskan dengan typing dan kesan nyeleneh sehingga tanggapan yang diterimanya pun tidak jauh berbeda.
"hrta ortu km kn."
"Apasih kamu suruh jawap jawap mang kita gi cerdas cermad"
"kl jwapnya salah, tnggal lmpar ke tim B [cerdas cermad]"
"ukir sj ttomu dg pnuh harapan tp jgn brhrap tp sntai sj krn y gt"
ADVERTISEMENT
Kutipan di atas adalah balasan-balasan dari para pengikut Wili di akun Twitternya. Bukankah interaksi pada gambar di atas memperlihatkan bagaimana kehidupan sosial yang mengasyikan sebelum pandemi hadir seakan dipindahkan ke Twitter? Typing Wili tidak hanya menunjukkan twit yang berasal darinya, tetapi juga merambah pada typing pengikutnya di Twitter yang merasakan kesan nyeleneh yang menghibur dari twit tersebut.
Wujud komunikasi seperti Wili dan pengikutnya yang menggunakan typing Wili kiranya bukan sesuatu yang baru mengingat typing seperti yang Wili lakukan telah populer sejak beberapa tahun lalu. Namun, kehadiran kembali hal ini seolah menyerukan untuk mengekspresikan diri tanpa takut pada polisi-polisi bahasa yang terkadang menjadi lebih menyeramkan daripada polisi tidur. Lagipula, apa yang salah dari mengekspresikan diri melalui typing dalam berkomunikasi?
ADVERTISEMENT
Kesalahannya—apabila ditelusuri dengan serius—adalah terwujudnya suatu kebiasaan yang berujung kurangnya pengetahuan mengenai penulisan yang benar, tapi segala sesuatu tidak selalu dilakukan dengan benar bukan? Bisa jadi typing Wili yang populer di kalangan netizen Twitter ini adalah cara mengekspresikan diri di tengah pandemi yang membuat depresi. Terkecuali teman saya yang salah ketik menggunakan typing Wili saat mengirimkan ulang tugas ujian tengah semesternya—maklum, depresi.