Konten dari Pengguna

Mengagumi Arsitektur Gua Maria Sendangsono yang Ramah Lingkungan

Shofia Wirdha Mustika
Seorang mahasiswa S1 Pariwisata, FIB, UGM
15 Desember 2022 17:17 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shofia Wirdha Mustika tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar 1. Penghargaan IAI Gua Maria Sendangsono (dokumentasi Shofia W. Mustika)
zoom-in-whitePerbesar
Gambar 1. Penghargaan IAI Gua Maria Sendangsono (dokumentasi Shofia W. Mustika)
ADVERTISEMENT
Sebagai kota yang kaya akan destinasi wisata menarik, Yogyakarta tidak kurang akan berbagai pilihan destinasi wisata religi. Salah satu destinasi wisata religi unggulannya adalah Gua Maria Sendangsono yang berlokasi di Dusun Semagung, Desa Banjaroyo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo. Pembaptisan 173 umat Katolik pada 14 Desember 1904 yang dibarengi dengan pemberkatan sumber mata air oleh Rama van Lith membuat Sendangsono menjadi tempat tersohor yang kemudian diadakan pembangunan Gua Maria Sendangsono pada Oktober 1928. Akibat keistimewaan arsitektur dan penataannya, kompleks ini akhirnya mendapatkan penghargaan dari Ikatan Arsitek Indonesia pada 1991 dengan kategori bangunan ramah lingkungan. Lalu, bagaimana sejarahnya? Simak penjelasan berikut.
ADVERTISEMENT

Pemugaran Gua Maria Sendangsono

Gambar 2. Situasi Kompleks Gua Maria Sendangsono (dokumentasi Shofia W. Mustika)
Melihat situasi kompleks Gua Maria Sendangsono yang secara fisik tidak mampu untuk menampung lonjakkan jemaah dari waktu ke waktu, akhirnya pada 1972 lahirlah ide untuk melakukan pemugaran. Pemugaran tersebut dipercayakan kepada Rama Mangun sebagai konsultan pembangunannya. Mulai dari tata letak kaveling hingga bentuk bangunannya merupakan hasil dari rancangan Rama Mangun. Rama Mangun sendiri merupakan seorang arsitek yang tercatat pernah menjalani studi di jurusan Teknik Arsitektur, Institut Teknologi Bandung, pada 1959. Dalam prosesnya, di bawah perintah Rama Mangun, dan dengan adanya rasa tanggung jawab, serta ikatan spiritual yang tinggi, warga sekitar bergotong royong melibatkan diri sebagai pekerja dengan alat-alat pertukangan sederhana.

Konsep Tektonika Arsitektur pada Kompleks Gua Maria Sendangsono

Gambar 3. Gaya Arsitektur Gua Maria Sendangsono (dokumentasi Shofia W. Mustika)
Sebagai arsitek dengan pendekatan perspektif tektonika pada perancangan arsitekturnya, Rama Mangun berhasil menjadikan kompleks Gua Maria Sendangsono padu dari aspek tektonika ruang, struktur, dan ornamennya. Arsitektur kompleks ini cukup unik karena menyesuaikan alam yang berkontur miring dengan pengaturan tanah terasering. Perancangan arsitekturnya juga menggunakan konsep kesatuan yang menghargai lingkungan. Hal tersebut terbukti dari rancangan ruangan dan warna yang harmonis dengan alam sekitar. Material bangunannya pun merupakan material lokal ramah lingkungan yang mudah ditemukan di sana. Selain itu, susunan strukturnya didominasi struktur stereotomic (bahan-bahan berstruktur serupa disusun menumpuk), yang mana hal tersebut akhirnya menjadi daya tarik tersendiri bagi Gua Maria Sendangsono.
ADVERTISEMENT