Kasus Safa Twitter Space: Sebuah Bentuk Agresivitas Verbal Fan K-Pop Fanatik

Shofia Nur Izzati
Mahasiswi S1 Psikologi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Konten dari Pengguna
12 Juni 2022 15:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shofia Nur Izzati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Safa Space pada 18 Mei 2022 (Desain milik pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Safa Space pada 18 Mei 2022 (Desain milik pribadi)
ADVERTISEMENT
Masih ingat kasus Safa Space yang trending di bulan Mei kemarin? Kasus ini ada kaitannya lho dengan bidang ilmu Psikologi Sosial. Yuk, kita bahas kasus Safa Space dan kaitannya dengan perilaku agresi dari sudut pandang bidang Psikologi Sosial!
ADVERTISEMENT
Pada bulan Mei lalu, kata Safa dan Safa Space menjadi trending topic dalam media sosial Twitter. Trending ini berasal dari perseteruan yang terjadi antar penggemar grup K-Pop NCT dalam sebuah Twitter Space.
Kata ‘space’ di sini adalah ruang obrolan suara yang ada dalam fitur Twitter Spaces. Fitur Twitter Spaces merupakan fitur percakapan audio langsung yang dibuat oleh Twitter pada tahun 2021 sehingga pengguna dapat melakukan obrolan suara dengan pengguna lainnya. Ruang obrolan suara ini bersifat umum sehingga tidak ada batasan bagi pengguna Twitter untuk bergabung.

Kronologi Kejadian

Kasus Safa Space berawal dari seorang penggemar NCT bernama Safa yang menghina dua anggota grup NCT bernama Na Jaemin dan Huang Renjun melalui akun Twitternya, @igotsafa. Hinaan yang ditwit oleh Safa menuai rasa tidak terima dari penggemar Na Jaemin dan Huang Renjun sehingga dibuat sebuah ruang obrolan dalam fitur Spaces dengan nama ‘Safa Space’ untuk mendiskusikan permasalahan ini lebih lanjut.
ADVERTISEMENT
Space berlangsung selama 2,5 jam. Dalam Space ini, Safa diperintahkan untuk membuat pernyataan permintaan maaf di atas materai dan ditandatangani oleh kedua orang tuanya. Safa juga diminta untuk membuat video permohonan maaf bersama kedua orang tuanya. Awalnya Safa menerima perintah tersebut. Namun, saat diperintah untuk membuat video dengan kedua orang tuanya ia menolak karena menurutnya hal itu melanggar privasi.
Penolakan Safa ini menyulut emosi para penggemar terutama pada sebuah akun yang menjadi sorotan warganet dengan nama @Berflowerrr.
Warganet menyoroti beberapa tindakan ancaman yang dilakukan oleh @Berflowerrr kepada Safa. @Berflowerrr mengancam untuk melaporkan Safa dan membawa kasus ini ke jalur hukum. Ia juga mengancam Safa dengan pengakuannya sebagai aktivis HAM, memiliki dosen seorang kader partai ternama, memiliki ayah abdi negara, dan keluarga dengan latar belakang yang sama. Selain itu, @Berflowerrr juga mengancam bahwa pangkat orang tua Safa, yang berlatar belakang sama yaitu sebagai abdi negara, dapat diturunkan dan dipindahtugaskan karena perilaku menghina yang dilakukan Safa.
ADVERTISEMENT

Perilaku Agresi Verbal pada Kasus Safa Space

Beberapa bentuk perilaku yang ditunjukkan dalam Kasus Safa Space ini termasuk ke dalam perilaku agresi verbal yang dilakukan oleh fan fanatik.
Sebenarnya, apa itu Perilaku Agresi dan Agresi Verbal?
Agresi merupakan tingkah laku yang mengarah kepada menyakiti orang lain (Bryne, 2005). Tindakan agresi ini dapat berbentuk secara fisik (meninju, memukul, dll) ataupun bentuk verbal (mengejek, mengancam, dll).
Jadi, agresi verbal dapat diartikan sebagai bentuk kekerasan non-fisik yang dilakukan seseorang untuk menyakiti seseorang. Agresi verbal ini dapat berupa serangan karakter, serangan penampilan atau fisik, ejekan, cemoohan, ancaman, dan lainnya (Infante & Wigley dalam Romadhona, 2021). Menurut Pradipta (2016) agresi verbal ditujukan untuk mempertahankan pendapat yang diyakini benar. Perilaku agresi verbal dapat membahayakan atau menyakiti seseorang secara psikis (Nikmah, Matulessy, & Rini, 2020).
ADVERTISEMENT
Bentuk agresi verbal dalam Kasus Safa Space dapat terlihat dari tindakan menghina yang dilakukan oleh Safa melalui akun Twitternya serta tindakan mengancam akun @Berflowerrr terhadap Safa saat Space berlangsung.

Fanatisme Sebagai Penyebab Munculnya Agresi Verbal pada Kasus Safa Space

Ada banyak alasan yang menjadi penyebab munculnya agresi dan agresi verbal pada seseorang. Salah satunya pada kasus Safa Space ini adalah perilaku fanatik dari fan atau penggemar.
Fanatik adalah keyakinan pada objek secara berlebihan yang melibatkan rasa antusias yang ekstrem, memiliki keterikatan emosi, rasa cinta serta minat yang berlebihan. Fan fanatik cenderung rela untuk melakukan hal-hal tidak sewajarnya untuk membela idola mereka ketika dihina oleh orang lain (Eliani, Yuniardi, & Masturah, 2018). Fan fanatik umumnya akan mempertahankan suatu kebenaran yang mereka yakini sehingga tidak ragu untuk menyerang atau menyakiti orang lain yang tidak sesuai pendapatnya dengan mereka (Zulfaa, 2020).
ADVERTISEMENT
Pembelaan secara berlebihan ini dapat mendorong munculnya perilaku agresi verbal di media sosial.
Nah, berbagai penelitian telah dilakukan untuk membuktikan adanya hubungan antara fanatisme dengan perilaku agresi verbal di media sosial lho!
Dua di antaranya adalah penelitian berjudul “Fanatisme dan Agresi Verbal di Media Sosial Twitter pada Penggemar K-Pop” oleh Ishmah Alya Zulfaa pada tahun 2020 dan penelitian berjudul “Fenomena Fanwar Remaja Perempuan Penggemar K-Pop di Media Sosial Terindikasi Akibat Perilaku Fanatik” oleh Nurfaidah Ardis, Asniar Khumas, dan Muh. Nur Hidayat Nurdin pada tahun 2021.
Kedua penelitian ini menunjukkan adanya hubungan dan kontribusi yang signifikan dari perilaku fanatik atau fanatisme dengan perilaku agresi verbal di media sosial.
ADVERTISEMENT
Sehingga, apabila merujuk pada kasus Safa Space kembali dapat disimpulkan bahwa perilaku fanatik penggemar dapat menjadi penyebab munculnya agresi verbal pada individu.

Mencegah Perilaku Agresi Verbal dengan Self-Control

Salah satu cara yang dapat mencegah perilaku agresi verbal adalah dengan memiliki self-control atau kontrol diri yang kuat.
Kontrol diri adalah sebuah kemampuan individu untuk menyesuaikan tingkah lakunya dengan apa yang dianggap diterima secara sosial oleh masyarakat (Papalia, Olds, & Feldman, 2004).
Kontrol diri ini dimiliki setiap orang untuk mengatur dan mengarahkan perilakunya sendiri (Nikmah, Matulessy, & Rini, 2020).
Kontrol diri dapat membantu seseorang mengabaikan dorongan agresi verbal yang datang, serta dapat menolong diri seseorang untuk merespon atau menunjukkan perilaku yang sesuai dengan standar sosial (Hastuti, 2018).
ADVERTISEMENT
DeWall, Finkel, & Denson (2011) menyatakan apabila kontrol diri seseorang melemah, maka agresi verbal dapat meningkat; begitu pun sebaliknya apabila kontrol diri seseorang kuat, maka agresi verbal dapat menurun.

Sumber Referensi :

Annisa, Salsabila. 2021. “Twitter Spaces: Manfaat dan Cara Menggunakannya untuk Bisnis Anda” https://www.niagahoster.co.id/blog/twitter-spaces-adalah/. Diakses pada 7 Juni 2022.
ADVERTISEMENT
Andini, Latifah Nur. 2022. “Apa Itu Safa Space? Siapa Safa yang Trending Twitter? Berawal dari Perseteruan Antar Fans Kpop NCT Dream” https://portalpurwokerto.pikiran-rakyat.com/k-pop/pr-1154521797/apa-itu-safa-space-siapa-safa-yang-trending-twitter-berawal-dari-perseteruan-antar-fans-kpop-nct-dream?page=3. Diakses pada 7 Juni 2022.
Ardis, N., Khumas, A., Nurdin, M. N. H. (2021). FENOMENA FANWAR REMAJA PEREMPUAN PENGGEMAR K-POP DI MEDIA SOSIAL TERINDIKASI AKIBAT PERILAKU NEGATIF. Motiva: Jurnal Psikologi, 4(1), 42—49.
Artis, Berita. 2022. “Trending Topik di Twitter, Ini Kronologi Perseteruan Safa Space” https://kumparan.com/berita-artis/trending-topik-di-twitter-ini-kronologi-perseteruan-safa-space-1y6rrpG1OJT/full. Diakses pada 7 Juni 2022.
DeWall, C. N., Finkel, E. J., Denson, T. F. (2011). Self-control inhibits aggression. Social and Personality Psychology Compass, 5(7), 458-472. DOI: 10.1111/ j.1751-9004.2011.00363.x
Eliani, J., Yuniardi, M. S., & Masturah, A. N. (2018). Fanatisme dan Perilaku Agresi Verbal di Media Sosial pada Penggemar K-Pop. Psikohumaniora: Jurnal Penelitian Psikologi, 3(1), 59—72.
ADVERTISEMENT
Hastuti, L. W. (2018). Kontrol Diri dan Agresi: Tinjauan Meta-Analisis. Buletin Psikologi, 26(1), 42—53. DOI: 10.22146/buletinpsikologi.32805
Nikmah, K., Matulessy, A., Rini, R. A. P. (2020). Hubungan antara kesesakan (crowding) dan kontrol diri dengan kecenderungan agresi verbal di perkampungan padat penduduk di Surabaya. Jurnal Fenomena, 29(1), 9—18. DOI: 10.30996/fn.v29i1.3379
Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2004). Human Development (9th ed.). USA: McGraw Hill.
Pradipta, A. (2016). Fenomena Perilaku Haters di Media Sosial. (Skripsi diterbitkan). Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Universitas Diponegoro. Diakses dari https://media.neliti.com/media/publications/1 83327-ID-none.pdf.
Romadhona, I. D. (2021). KONFORMITAS DAN PERILAKU AGRESI VERBAL REMAJA PENGGEMAR K-POP. (Skripsi diterbitkan). Fakultas Psikologi: Universitas Muhammadiyyah Malang. Diakses dari https://eprints.umm.ac.id/81884/.
ADVERTISEMENT
Zulfaa, I. A. (2020). FANATISME DAN AGRESI VERBAL DI MEDIA SOSIAL TWITTER PADA PENGGEMAR K-POP. (Skripsi diterbitkan). Fakultas Psikologi: Universitas Tarumanagara. Diakses dari http://repository.untar.ac.id/15227/.