news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Mendampingi Istri Melahirkan di Austria (Bagian 3)

Shohib Masykur
Sebelum semesta ada kata.
Konten dari Pengguna
27 November 2020 17:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shohib Masykur tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi ibu melahirkan. Foto: Instagram/@birth.imwithu
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibu melahirkan. Foto: Instagram/@birth.imwithu
ADVERTISEMENT
Dr. Kucera datang ketika Vina sudah mulai tenang. Aura profesionalismenya menambah ketenangan saya. Entah berapa ratus bayi telah dikeluarkan olehnya dari rahim ibu mereka. Tangannya yang tirus itu adalah pembawa keajaiban. Hanya dengan melihat pembawaannya, saya merasa yakin semua akan baik-baik saja.
ADVERTISEMENT
Satu jam berikutnya adalah proses kolaborasi antara Vina, Dr. Kucera, Magalie, dan saya. Vina harus mendorong sekuat-kuatnya begitu kontraksi datang. Dr. Kucera dan Magalie bahu membahu mengarahkan dan mengatur posisi untuk memudahkan meluncurnya bayi dari rahim. Saya bertugas membesarkan hati dan menyemangati Vina dari samping.
Seperti dugaan, epidural membawa efek samping yang agak menyulitkan. Karena mati rasa, Vina tidak begitu merasakan datangnya kontraksi. Dia jadi tidak dapat mendorong di saat yang tepat dengan daya dorong yang kuat. Beberapa kali kepala bayi sudah mau keluar namun terhenti lagi karena dorongannya telah habis.
Dr. Kucera dan Magalie berembug. Tampaknya diperlukan bantuan alat untuk membantu sang bayi keluar. Mereka memutuskan menggunakan vakum. Di tengah ketegangan itu, saya jadi ingat film 3 Idiot.
ADVERTISEMENT
Jika Anda pernah menonton film itu, tentunya Anda mengetahui bahwa vakum tidak hanya bisa digunakan untuk membersihkan lantai, tetapi juga mengeluarkan bayi dari rahim. Saya bayangkan kepala bayi saya akan disedot menggunakan vakum seperti di film tersebut.
Tentu saja yang saya bayangkan tidak sepenuhnya tepat. Meski namanya vakum, alat yang digunakan Dr. Kucera tidak menyerupai yang di film. Bentuknya kecil dan ringkas, dengan permukaan melengkung yang aman untuk ditempelkan di kepala bayi yang masih lunak.
Sejujurnya saya tidak rela kepala bayi saya ditarik-tarik menggunakan alat itu. Namun apa boleh buat, keadaan menuntut demikian. Saya tidak punya pilihan lain. Saya ingin secepatnya bayi itu keluar supaya Vina tak lama-lama menderita.
ADVERTISEMENT
Rupanya bayi itu satu pemikiran dengan bapaknya. Entah bagaimana ceritanya, tiba-tiba saja kepalanya nongol hanya dengan sekali dorongan. Vakum yang telah disiapkan batal digunakan. Tampaknya bayi itu ingin menentukan sendiri bagaimana dia harus keluar dari rahim ibunya. Tak sudi dia ditarik-tarik dengan vakum.
Alangkah leganya saya begitu melihat kepala bayi itu telah keluar sepenuhnya. Menyusul kemudian pundak, perut hingga kaki. Bayi itu begitu mungil, lebih kecil dari yang saya proyeksikan. Namun juga begitu cantik, lebih menawan dari yang saya idamkan.
Saya pandangi bayi itu seperti orang linglung. Setengah tidak percaya bahwa itu adalah bayi saya, darah daging saya. Suara tangisannya menyadarkan saya bahwa semua ini nyata.
Saya raih makhluk mungil itu dari tangan Dr. Kucera. Saya baringkan dia di dada ibunya. Saya kumandangkan azan dan ikamah di kedua telinganya. Saya peluk Vina sambil membisikkan rasa syukur tiada tara.
ADVERTISEMENT
Kami namai bayi itu Serali Aretina Yara.
Wina, 27 November 2020