Konten dari Pengguna

Siapasih Imam Junaid Al-Baghdadi itu?

Sholihah Fatimatuz Zahro
kesibukan saat in adalah kuliah di universitas Maulana Malik Ibrahim Malang
23 Maret 2021 16:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sholihah Fatimatuz Zahro tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Imam Junaid al-Baghdadi
zoom-in-whitePerbesar
Imam Junaid al-Baghdadi
ADVERTISEMENT
Oleh :Sholihah Fatimatuz Zahro
mari kita mengenal lebih dekat lagi tokoh sufi ini. Nama lengkapnya adalah Abu al-Qasim al-Junayd bin Muhammad al-Khazzaz al-Qawarairi al-Suhh al-Nahawandi. Al-Qawariri adalah nisbat yang diberikan oleh Imam Hujwiri,bin Subki, dan Ibnu Kastir. Sedangkan nisbat Al-Baghdadi itu dinisbatkan karena tempat tinggal beliau ini di Baghdad. Untuk nisbat Nihrawandi ini adalah nisbat yang jarang muncul karena nisbat ini diambil dari nenek moyang imam junaid yang berasal dari daerah nihawan yang terletak di Jabal,Persia. Beliau ini lahir di Baghdad para sejarawan masih belum bisa menyatakan pasti kapan tahun beliau lahir sampai sekarang ini. Tapi ada juga yang berpendapat bahwa beliau ini lahir sekitar tahun 210 H. Ayah imam Junaid ini adalah seorang saudagar sehingga dijuluki dengan al-Qawariri sinonim dari “ Tajirah” yaitu pedagang barang barang pecah belah seperti kaca, keramik, plastik dan lain lain. Diwaktu kecil dulu imam juaid sering sekali ikut ayahnya untuk berdagang sambil belajar. Pandangan ini dikemukakan oleh Imam Hujwiri dan Imam Dzahabi. Ada juga beberapa pendapat yang mengungkapkan bahwa pada masa remaja dulu Imam Junaid pernah bekerja membuat sutra dan penjual sutra. Karena pekerjaan ini pula Imam Junaid diberi gelar AL-KHAZAZ.
ADVERTISEMENT
Imam Junaid belajar langsung dengan pamannya yang bernama Sari as-Saqati. Nama lengkapnya adalah Abu Hasan Sari ibn al-Mughalis al-Saqati. Paman ini juga bekerja sebagai pedagang rempah rempah. Paman Imam junaid ini dikenal dengan ibadahnya yang tekun dan kewara’ annya. Sari as-Ssaqati ni adalah murid dari Ma’ruf al-Kharki. As-Saqati ini juga salah seorang sufi yang terkenal di Kota Baghdad. Nama as-Saqati in adalah gelar yang diberikan kepada paman Imam Junaid in karena beliau ini sangat jarang keluar rumah beliau selalu menetap dirumah keluar rumah hanya ketika sholat berjamaaah saja dan sholat jumat. Maka dari itu, beliau diberi gelar as-Saqati.
Ketika belajar dengan pamannya selalu ada cerita yang menarik dari hubungan antara paman dan Imam Junaid ini. Karena menurut as-Saqati junaid ini memiliki ruang khusus didalam hatinya. Hal ini dibuktikan dengan peristiwa ketika ayah Junaid ingin bersedekah kepada as-Saqati dengan mengumpulkan uang lima dirham namun as-Saqati tidak menerimanya. Berbeda hal ketika yang memberikannya itu Imam junaid maka as-Saqati menerimanya. Bukan masalah membedabedakan ayah junaid dan Junaid. Namun, Junaid berkata yang kemudian as-Saqati sangat senang dengan perkatannya beserta pemkirannya itu sehingga sedekahnyapun tadi diterima oleh as-Saqati.
ADVERTISEMENT
Dalam proses belajar ini sari as-Saqati in mengambil metode belajar yang berbeda. Metode yang dipakai sari as-Saqati ini adalah metode tanya jawab yang lazim dijumpai di sistem klasikal. Persis ketika orang orang Persia berdiskusi.
Setelah mencapai usia 20 tahun , Junaid mulai belajar hadist dan fiqih kepada Abu Tsawr. Kecerdasan dan analisa dari Junaid ini sangat membuat Abu Tsawr dan rekan rekannya kagum dengan pemikiran pemikiran yang dikemukakan oleh Junaid. Dibawah naungan Abu Tsawr Junaid tumbuh menjadi sosok pribadi yang cerdas, sampai sampai dikatakan bahwa jika Junaid tidak menekuni ilmu tasawuf maka dia akan menjadi seorang ahli hukum yang sangat terkemuka, karena bagi Junaid ilmu tentang fiqih adalah dasar dan pondasai dalam mendalami ilmu tasawuf. Menurut Ustman al-Makki juga seperti itu. Bahwa ilmu fiqih harus terlebh dahulu dikuasai kepada seseorang yang ingin mendalami tasawuf.
ADVERTISEMENT
Setelah belajar fiqh Junaid beralih mempeajari tasawuf walaupun sebenarnya Junaid sudah mengenal tasawuf pada umur 7 tahun dibawah naungan Sari as-Saqati. Tidak bisa dielakkan bahwa paman Junaid ini benar benar sangat berpengaruh terhadap pemikiran Imam Junaid Al-Baghdadi ini. Selain itu juga pengungkapan tasawuf junaid ini juga nampak karena didikan dari Sari as-Saqati.
Perjalanan pendidikan Junaid juga diwarnai oleh ajaran Abu Abd Allah al-Harist ibn Asad al-Muhasibi. Beliau ini adalah sufi keturunan Arab yang lahir di Kota Basrah pada tahun 165. Julukan al-Muhasibi ini dikarenakan dari pemikirannya yang selalu berujung pada intropeksi diri, yaitu menghitung dan memeriksa hati nurani terus menerus. Pola pembelajaran yang dilakukan oleh al-Muhasibi berbeda dengan yang dilakukan oleh sari. Jika didikan Sari as-Saqati lebih kedalam kerohaniannya dan berkhalwatnya jika al-Muhasibi malah sebaliknya. Junaid seringkali diajak keluar meninggalkan rumahnya demi melihat apa yang terjadi dengan lingkungannya kemudian diambil pelajaran dari apa yang telah dilihatnya.
ADVERTISEMENT
Pelajaran yang juga berpengaruh pada kehidupan Junaid adalah pola hidupnya yang meskipun wara' namun tetap tidak menjahui dari keduaniaan dan tidak pula hidup pada kehidupan yang bermewah mewahan. Jadi, seimbang antara spiritualnya dan keduniaannya. Dari kehidupan yang seimbang keduannya seperti ini maka muncul seorang sufi yang fleksiebel dengan pola berpikir yang luas dan tidak sempit.
Pemikiran tasawuf Imam junaid Al-Baghdadi
Sebagai seorang sufi yang sangat terkenal. Imam Junaid al-Baghdadi tidak perah menulis kitab khusus dbidangnya. Namun beliau menulis pengalaman spiritualnya dan pemikiran tasawufnya dalam bentuk risalah yang kemudian dibagikan kepada teman temannya dan para sahabatnya. Karena luasnya ilmu dan pengamalan spriritualnya maka Imam Junaid dijadikan sumber rujukan ilmu tasawuf oleh sufi sufi besar. Berikut ini adalah pemikiran tasawuf yang dikemukakan oleh Imam Junaid al-Baghdadi :
ADVERTISEMENT
1. Ada teori mitsaq
Imam Junaid mengemukakan pendapatnya bahwa penciptaan manusia sebelum terbentuknya jiwa dan raga. Seorang hamba mengalami kebersamaan dengan tuhan. Imam junaid mengemukakan pendapatnya karena berdasarkan irman ALLAH SWT Q.S AL-A’raf : 172. Pada intinya teori mistaq ini adalah kondisi dimana seoran hamba mempunyai rasa menyatu dengan tuhannya sama saaat seperti sebelum dia terbentuk raganya ketika diciptakan. Perihal ini adalah menjadi bentuk pencapaian seorang hamba kepada tauhid sejati.
2. Fana
Secara bahasa arti fana adalah rusak atau musnah atau tidak abadi. Sedangkan fana menurut istilah adalah lenyapnya sifat sifat tercela. Banyak sekali para tokoh sufi untuk mendefinisikan arti dari fana ini seperti tokoh sufi yang sering kita ketahui. Seperti Yazid al-Bustami mendefinisikan bahwa fana adalah hilangnya sesuatu selain allah dari dirinya.
ADVERTISEMENT
Menurut Imam Junaid Al-Baghdadi fana ini terbagi menjadi 3 tingkatan yakni fana dari siat, etika,dan tabiat. Tahapan yang pertama, ana berhubungan dengan tujuan hidup manusia. Maksudnya adalah untuk menjadi manusia yang berkualitas maka dibutuhkan pula tujuan hdup yang baik. Dan untuk menjadi seperti itu maka dibutuhkan usaha yang baik secara konsisten. Karena menjadi manusia yang berkualitas butuh tahapan dan proses yang berkelanjutan yang istiqomah. Tahapan yang kedua yakni menjauhkan dri dari kenkmatan dunia dan selslu ingin merasa dekat dengan ALLAH SWT. Dan ketika beribadah pun harus menghilangkan rasa ingin dilihat orang lain . jadi ketika beribadah harus murni niatnya lillahi taala tanpa ada natan untuk selain-Nya. Tahapan ini merupakan tahapan fana tingkat mental.
ADVERTISEMENT
3. Tauhid
Imam junaid memiliki pemahaman tauhid yang bisa dikategorikan sulit dan mudah. Kategori mudah adalah ketika dapat dipahami oleh orang yang awam karena pendapatnya yang begitu mudah dipahami dan diterima oeh masyarakat awam. Dan yang kategori sulit adalah tidak dapat dipahami oleh tokoh sufi terkemuka sekaipun.
Imam Junaid jika sudah berbicara tentang tauhid maka akan ikus kepaada satu point yang menurutnya sangat penting bahwa ALLAH adalah aktor yang sesungguhnya. Menurutnya tauhid adalah kesadaran dan pengakuan bahwa ALLAH lah maha tunggal daam ke azaliannya tidak ada yang bersama-Nya dan tdak ada satu pun yang sama dengan perbuatan ALLAH. Bagi kaum para sufi seorang muwahid atau orang yang iman kepada keesaan allah yang sejati adalah bukan yang hanya mengucapkan kalimat syahadat saja namun juga harus dibuktikan dengan tindakan. Adapun tingkatan tauhid menurut Imam Junaid adalah yang pertama orang yang menguasai lmu tu tergantung kepada penegasan dalam mengesakan allah. Yang kedua kebaikan yang datang dari diri kita masih karena takut kepada allah bukan murni berbuat baik lillahitaala. Maksudnya hanya orang orang piihan yang bisa masuk kedalam tauhid tahap kedua ini atau bisa disebut dengan ma’riat. Yang ketiga adalah tahapa tauhid ma’rifat.
ADVERTISEMENT