Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pelayanan dan Pariwisata Kita
26 Juli 2017 6:57 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
Tulisan dari Shopian Hadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setiap ada postingan status dan foto baru dengan latar tempat wisata, rekreasi, taman maupun tempat makan di Facebook, BBM, atau WA, orang rumah saya mulai heboh bertanya, “Ini dimana ya, nampaknyo elok", dan sederet komentar lanjutan. Ujung-ujungnya inti komentar, mengajak kapan-kapan bisa ke tempat itu, apalagi lokasi masih berada dalam daerah.
ADVERTISEMENT
Hmmm, ternyata itu juga dialami dan dirasakan hampir semua orang. Rekan kerja, teman, atau saudara kita apalagi yang lebih muda juga dengan komentar demikian. Tidak saja media sosial yang saya sebutkan itu, media sosial seperti Instagram dan lainnya membuat informasi itu lebih cepat menyebar. Sama cepatnya sebagaimana cerita dan rasa keingintahuan. Ini era digital milik generasi milenial.
Tulisan ini ditujukan dan membahas fenomena masyarakat yang membutuhkan tempat rekreasi, wisata, taman dan hiburan. Sejalan dengan halnya masyarakat juga membutuhkan pelayanan infrastruktur hingga informasi. Bagian dari itu, kita juga membahas dan menunjuk ke pemerintah yang memberikan pelayanan di bidang pariwisata. Bila sudah membahas demikian, kita biasa menyindir kerja pemerintah di bidang pariwisata. Ups! Hehehe.
ADVERTISEMENT
Mari kita bahas dan beri masukan dari berbagai sisi.
Seperti yang disebutkan tadi, kebutuhan serta pelayanan wisata penting bagi kesejahteraan dan kenyamanan masyarakat terhubung dengan berbagai pelayanan lain yang diberikan pemerintah salah satu kaitan erat misalnya dibidang insfratruktur dan transportasi. Namun secara nasional, terutama pemerintah daerah perhatian pemerintah di bidang pariwisata itu masih jauh dari baik.
Potensi serta sumber daya pariwisata sudah ada, namun pengelolaanya ala kadar. Pelayanan itu bisa ditambah lagi dengan nilai secara sederhana yaitu, banyaknya ketersedian ruang publik, hingga ketersediaan toilet, tempat duduk dan bangku-bangku taman, penerangan, tampat sampah, taman yang asri dan menarik dilokasi wisata.
ADVERTISEMENT
Peristiwa kecil yang Anda, saya dan mungkin orang lain pernah mengalaminya di lokasi wisata adalah, kita sering kesulitan mencari toilet untuk buang air kecil. Kalau ada, cukup maklum saja dan bayar. Tak hanya itu, seorang rekan wartawan waktu Idul Fitri membuat status plus berita mengenai tarif parkir lokasi wisata di kampung halamannya termahal sedunia. Hehehe. Itu hanya beberapa wajah pelayanan pariwisata kita di antara sekian banyak problem mendasar.
Sejauh ini kita bertanya, bagaimana peran pemerintah daerah dalam mengelola pariwisata. Setidaknya menurut padangan saya, pemerintah kita terjebak dalam upaya mendapatkan keuntungan atau retribusi dari sektor pariwisata daripada membangun jalan dengan menggembirakan hati masyarakat. Atas nama Pendapatan Asli Daerah (PAD) melupakan pelayanan mendasar yang terhubung dengan jejaring pariwisata.
ADVERTISEMENT
Bahasa sederhananya adalah, bangun jalannya dulu, maka akan mengalir keuntungan, pendapatan, dan perkembangan dampak dari pelayanan pariwisata. Gembirakan dan buat nyaman masyarakat dengan ketersedia hiburan dan rekreasi, merupakan salah satu bentuk pelayanan pemerintah kepada rakyatnya.
Kita belum melihat cetak biru pengembangan wisata, apalagi anggaran pembangunan pariwisata yang berpihak dari pemerintah. Sepertinya Dinas Pariwisata sebagai pelengkap dan terjebak pada “kerja dan wisata rutin”. Indikator itu bisa dilihat dari alokasi APBD serta program nyata pengembangan wisata yang bila ada belum menyentuh dan terintegrasi.
Program pengembangan pariwisata bisa belum terarah dan terencana. Misalnya, program tahunan promosi wisata memang baik, tetapi bila dengan memakan biaya lebih besar, tentu lebih baik pada tahap awal membangun infrastruktur wisata dan pemberdayaan lebih penting dan mendesak. Tahapan pencapaian dan pelayanan di bidang pariwisata itu harus terukur dari tahun ke tahun sesuai program terencana.
ADVERTISEMENT
Solusi sekaligus keharusan dalam pengembangan pariwisata kita adalah memberdayakan masyarakat sadar wisata, desa-desa adat dan lokal, serta komunitas-komunitas. Desa wisata bisa menjadi program baik. Pemerintah selama ini seperti hanya berjalan sendiri, lupa atau abai dengan masyarakat. Kolaborasi pemerintah dengan masyarakat seperti solusi jitu dan cepat di tengah keterbatasan sumber daya dengan banyaknya potensi wisata yang ada. Muara dari itu dapat menggerakan ekonomi dan pendapat masyarakat plus pendapatan pemerintah.
Bukan hanya itu saja, problem tempat wisata atau taman yang dikelola pemerintah biasanya memprihatinkan dan miskin inovasi. Jadi, jangan heran bila lokasi wisata atau taman yang dibangun swasta atau komunitas jauh lebih baik dibandingkan dengan dikelola pemerintah.
Saat ini, dengan mengandalkan kreativitas banyak tumbuh taman-taman atau objek wisata yang dikelola swasta atau perorangan yang diserbu masyarakat bila dibandingkan objek pemerintah yang menoton. Dan mirisnya lagi, masyarakat membayar retribusi pariwisata tetapi pemerintah atau pengelola abai dengan kewajiban untuk memenuhi pelayanan dengan ketersediaan toilet, bangku, hingga kenyamanan yang menjadi hak masyarakat.
Jadi sekarang ini, pemerintah atau kepala daerah yang banyak membangun, menata dan mempercantik taman atau cuma trotoar dianggap prestasi yang membanggakan dan menuai pujian. Karena kebijakan tersebut sebagai implementasi pelayanan pemerintah yang berpihak kepada masyarakat dengan menata ruang publik ramah dan nyaman adalah memberikan warna bagi kesan sebagai wujud Sapta Pesona.
ADVERTISEMENT
Akhirnya saya, Anda dan kita tentu pelayanan akan kebutuhan wisata diwujudkan pemerintah dan masyarakat dengan bersama-sama. Perlu mencontoh wisata di luar negeri dan daerah lainnya untuk kebaikan, bukan untuk membandingkan saja tanpa membangun sejak sekarang.
Bila ada tempat wisata yang bersih, unik dan kreatif, nyaman atau hanya sebatas trotoar, halaman kantor pemerintah, taman-taman dan lainnya, akan memperindah ruang-ruang publik kita. Dan bila sudah begitu mari kita “cekrek, cekrek,” foto keindahan wisata kita.
Tetapi, upss, jangan lupa juga foto kondisi memprihatin lokasi wisata kita, trus upload ke media sosial sebagai wujud kepedulian bersama untuk mendorong perbaikan kita bersama. Salam!
*penulis adalah Asisten Ombudsman Republik Indonesia, tugas di Perwakilan Jambi. Tulisan merupakan pandangan pribadi.
ADVERTISEMENT