Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Berdoa: Menemukan Kenyamanan dalam Situasi yang Sulit
31 Mei 2021 10:54 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Fishya Elvin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setiap orang memiliki permintaannya masing-masing yang biasa mereka panjatkan ketika berdoa. Bagi yang tengah menghadapi kesulitan, berdoa untuk dimudahkan. Bagi yang tengah gelisah, meminta untuk diberi ketenangan.
ADVERTISEMENT
Ketika membutuhkan uang, maka berdoa untuk diberikan rezeki yang cukup. Ketika tengah berada di dalam pesawat dan hendak lepas landas, maka berdoa untuk diberikan keselamatan selama perjalanan hingga sampai di tujuan.
Saya pernah datang ke salah satu rumah Mahasiswi Jurusan Psikologi Atma Jaya, dan mendengarnya berdoa sebagai salah satu cara untuk mengingat dan mendekatkan diri terhadap Tuhan. Ia selalu berdoa setiap kali ia ingat untuk melakukannya.
Ia juga menganggap bahwa berdoa seperti berkomunikasi dengan ketenangan dan keheningan yang melingkupi.
Bisakah Kita Berdoa Agar Mendapatkan Keajaiban?
Menurut Sosiolog University of Wisconsin-Madison, kebanyakan dari mereka yang memilih untuk berdoa akhirnya menemukan kenyamanan dalam situasi sulit atau emosi yang negatif seperti rasa sakit, trauma, amarah, dan kesedihan.
ADVERTISEMENT
Salah seorang pengguna Twitter bernama Alyssa Shafa, yang sempat membaca utas hubungan doa dan keajaiban tersebut, menceritakan bahwa ia tidak pernah mengalami kejadian yang betul-betul ia anggap sebagai keajaiban. Ibarat Aladdin bertemu dengan jin dan apa pun yang Aladdin inginkan dapat dikabulkan secara instan, ataupun sesuatu yang terjadi setelah Pak Tarno mengucapkan mantranya.
“Keajaiban itu adalah hasil dari ikhtiar kita terhadap sesuatu, target yang ingin kita raih, dan percaya hal itu mampu kita capai. Keajaiban itu ada karena kita percaya Tuhan akan membantu hamba-Nya dengan memberikan apa yang menurutnya terbaik untuk kita.” Ujar Alyssa.
Shane Sharp, sosiolog yang merupakan lulusan dari Jurusan Sosiologi University of Wisconsin-Madison menyatakan berdasar dari penelitiannya, “Ketika berdoa, mereka percaya bahwa Tuhan sedang melihat mereka. Oleh karena persepsi seperti ini dapat dianggap positif, maka hal tersebut meningkatkan rasa kepercayaan diri mereka.”
ADVERTISEMENT
Seseorang yang hendak menghadapi ujian pasti berdoa untuk diberikan kemudahan dalam menjawab soal, dan setelah mengerjakannya ia juga pasti berdoa untuk diberikan hasil yang terbaik.
Sama halnya dengan berdoa selepas ujian—yang jelas-jelas pencurahan ikhtiar atau usaha terbaik sudah dilewati—tetap berpengaruh terhadap sesuatu. Doa tersebut memang bukan berpengaruh pada situasi di mana sistem yang tadinya menyatakan dirinya tidak lulus ujian menjadi lulus ujian—tentu saja—tetapi berpengaruh terhadap psikis dan ketenangan hatinya.
Berdoa juga sangat berguna untuk sebuah distraksi. Dengan mengangkat kedua tangan ataupun sebagaimana posisi biasa ketika berdoa, berkonsentrasi dengan apa yang hendak kita pinta, dapat mengalihkan diri kita dari berbagai macam emosi yang berkecamuk di dalam dada. Hal ini juga tidak jauh berbeda dengan berbicara mengenai masalah kita pada teman dekat ataupun keluarga.
ADVERTISEMENT
Meskipun begitu, Sharp berkata bahwa konsekuensi dari doa ada berbagai macamnya. Ketenangan yang diperoleh dengan berdoa memang dapat membuat mereka beralih dan meyakinkan mereka terhadap suatu situasi, tetapi bukan untuk dilupakan dan mengulangi kesalahan itu kembali.