Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Sebuah Essay tentang Hujan, Perspektif Kaum Rebahan dan Introvert
2 Februari 2025 10:26 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Ramlan Majid tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Suara hujan dengan gemericiknya terkadang membawa suasana yang sedikit berbeda dalam rutinitas harian kita. Pada kondisi tertentu, hujan dengan intensitas sedang, tidak terlalu deras tapi juga tidak gerimis, dapat menciptakan suasana yang haru bagi seseorang hingga memenuhi pikirannya dengan inspirasi dan ide baru.
ADVERTISEMENT
Ada yang dapat menikmati suasana seperti itu dengan sedikit berpikir dan pada situasi lainnya, ada orang-orang yang terbiasa dengan suasana yang tenang akan menikmati waktu luangnya dengan hati dan pikiran yang penuh gairah, gagasan-gagasan segar yang ada dalam pikirannya dapat mengalir deras.
Namun, di sisi lain, hujan yang terus-menerus, tanpa henti sampai batas tertentu, dapat menjadi penghalang untuk bertindak. Jalanan basah, tanah yang becek, dan aspal yang licin dengan genangan yang sesekali memercikkan airnya bersamaan dengan lebih banyak mobil yang tersendat, berpadu menciptakan kemacetan tidak hanya lalu lintas namun juga aktifitas banyak orang.
Terlebih jika hujannya cukup deras atau di luar batas yang normal. Suasana seperti itu seringkali memengaruhi mood bagi orang-orang yang suka di lapangan, berinteraksi dengan orang-orang sekitar, dan seringkali membawa kemurungan bagi para pedagang yang mengandalkan ruang terbuka untuk sekedar bertahan hidup.
ADVERTISEMENT
Cuaca memang tidak mengenal siapapun. Suhu dingin di musim hujan cenderung membuat sebagian orang merasa lebih malas atau kurang bersemangat untuk bergerak. Tetapi di sisi lain membuat hati dan pikiran sebagian yang lain menari dengan dirinya sendiri dalam ketenangan dan kesendirian.
Hujan memang sudah diciptakan untuk memberikan nuansa yang berbeda dan berubah-ubah. Dan dibalik fenomenanya, hujan telah memberikan hikmah tersendiri bagi setiap orang. Siapapun dia.
Pesona Hujan
Di mata kaum rebahan dan introvert, hujan memiliki pesona tersendiri yang membuat mereka merasa lebih damai. Fenomena meteorologi ini, adalah eksistensi alamiah yang sangat ampuh untuk menemukan ketenangan dan kesempatan yang sangat dihargai bagi kedua kaum ini. Mereka akan menikmati waktu mereka secara lebih bebas.
ADVERTISEMENT
Kaum rebahan, yang menikmati hidup dengan ritme lebih santai, melihat hujan sebagai alasan sempurna untuk tetap berdiam di kamar-kamar atau sudut ruang mereka. Suara rintik hujan yang menenangkan adalah instrumental alami yang merangsang suasana relaksasi.
Hujan sering kali mengundang mereka untuk menikmati empuknya tempat tidur dengan selimut hangat. Sehangat teh atau kopi yang melengkapi kedamaian mereka.
Hembusan angin dan cuaca yang dingin seolah mengizinkan mereka untuk bergelut dengan rasa malas tanpa rasa bersalah. Dalam pandangan rebahan, hujan adalah saat di mana waktu seakan melambat, berlalu begitu saja, dan memberikan kesempatan untuk memanjakan diri dengan keberuntungan yang tidak tergesa-gesa.
Di sudut lainnya, bagi kaum introvert, hujan adalah kesempatan emas buat menghabiskan waktunya dalam ruangan-ruangan yang hening. Hujan adalah teman sejati yang memahami keinginan mereka untuk menyepi dan menikmati kesendirian.
ADVERTISEMENT
Suara hujan yang menghantam genting dan jendela seakan menciptakan pembatas lembut dari dunia luar yang sering kali dianggap bising dan terlalu ramai. Hujan memberikan mereka ruang untuk berkontemplasi, berpikir, berkarya, dan fokus recharghing energi diri. Buku yang tertunda akhirnya dapat dibaca, setumpuk tugas jurnal yang menanti tambahan coretan akhirnya dapat dilanjutkan, atau bahkan hobi favorit seperti melukis dan menulis dapat dihidupkan kembali di bawah suara derai hujan di atap-atap rumahnya. Kaum introvert menemukan kebebasan untuk menjadi diri mereka sendiri tanpa interupsi dan hiruk pikuk orang luar.
Begitulah, interaksi antara hujan dan jiwa melenakan para perenung menciptakan saat-saat refleksi yang mendalam. Hujan dapat mengajak kita meredefinisi kehidupan, memimpikan yang belum tercapai, serta mempertanyakan harapan-harapan yang tersimpan di sudut hati. Bagi beberapa orang, suasana melankolis ini kadang menggugah emosi dan inspirasi, membuat mereka lebih peka terhadap suara batin dan intuisi.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, hujan bagi kaum rebahan dan introvert lebih dari sekadar fenomena cuaca. Hujan adalah simbol dari kesederhanaan, momen kedamaian, dan kesempatan untuk menghargai diri sendiri dalam keheningan yang penuh makna. Di dalam derasnya hujan, mereka menemukan sebuah cermin diri yang jujur, tempat di mana mereka bisa merasa utuh dan bebas menjadi diri seutuhnya.
Maha Suci Allah dengan segala ciptaan-Nya.....................