Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.5
21 Ramadhan 1446 HJumat, 21 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Manuskrip Kuno Ilm al-Nahw dan Pelajaran di Dalamnya
19 Desember 2021 22:53 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Abdul Jabbar Siddiq Syah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Beberapa waktu lalu, tepatnya awal desember 2021 saya membaca manuskrip digital tentang gramatika bahasa arab di website dreamsea, manuskrip ini berjudul Ilm al-Nahw. Dalam deskripsinya dijelaskan bahwa manuskrip ini didapatkan dari koleksi pribadi Mukhsin, salah satu masyarakat Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.
ADVERTISEMENT
Manuskrip itu sendiri ialah segala macam dokumen tulisan tangan manusia secara langsung. Khususnya manuskrip Ilm al-Nahw yang saya baca ini diperkirakan ditulis antara tahun 1925-1935, dan sudah didigitalisasikan. Digitalisasi ini ditujukan untuk melestarikan sejarah suatu bangsa, yang dimaksud dalam tulisan ini ialah manuskrip kuno.
Saya pula pernah mendengar bahwa manuskrip adalah lambang dari tingginya peradaban sebuah masyarakat pada waktu itu, begitulah yang dikatakan oleh Prof. Jamhari Makruf selaku dewan penasehat dreamsea. Dan dengan adanya budaya tulis manuskrip di Indonesia menandakan bahwa peradaban Indonesia sudah maju dari zaman dulu.
Adapun isi dari manuskrip Ilm al-Nahw ini menjelaskan tentang gramatika bahasa arab dan juga ditulis dengan bahasa arab, begitulah yang saya pahami ketika menelaah lebih jauh setiap halaman. Untuk bahasa arab pun saat ini banyak dipelajari di Indonesia, salah satunya dengan hadirnya lembaga pesantren.
ADVERTISEMENT
Kemudian dalam kancah internasional, bahasa arab sudah digunakan oleh 27 negara di Timur Tengah serta Afrika Utama, dan telah menjadi salah satu dari enam bahasa internasional setelah Majelis Umum PBB menetapkan bahasa arab sebagai bahasa resmi pada 18 Desember 1973. Akhirnya, saya simpulkan bahwa manuskrip Ilm al-Nahw ini masih relevan untuk kita pelajari saat ini di samping kitab ataupun buku lainnya untuk memudahkan memahami bahasa arab.
Metode Penulisan yang digunakan
Setelah saya melihat sampai selesai, dapat diketahui Manuskrip Ilm al-Nahw ini berjumlah 34 halaman diawali dengan membahas definisi kalam menurut ahli gramatika bahasa arab dan berakhir pada bab tentang maful ma’ah, dan ini dijelaskan juga pada deskripsi naskahnya.
Kemudian, metode yang digunakan dalam manuskrip ini berupa tanya jawab dan kebanyakan jawabannya berbentuk paparan penjelasan dan ada beberapa jawaban yang menggunakan sya’ir. Metode tanya jawab juga pernah saya temukan pada tulisan lain seperti dalam kitab Hidayatul Mustafid.
ADVERTISEMENT
Ketika saya melihat gaya tulisan manuskrip Ilm al-Nahw ini, saya langsung mengetahui khat yang digunakan adalah khat riq’ah karena saya pernah belajar kaligrafi 5 tahun yang lalu. Khat riq’ah pun merupakan jenis kaligrafi arab yang memiliki bentuk sederhana, bentuk hurufnya cenderung lurus dalam kemiringan konstan (busholah) serta tidak banyak lengkungan.
Dalam sejarahnya, khat riq’ah hadir pada zaman Turki Usmani dan ditujukan sebagai pembeda tulisan dalam al-Quran dan dalam kehidupan sehari-hari. Al-Quran ditulis dengan khat naskhi, dan untuk memuliakan al-Quran tulisan dalam kegiatan sehari-hari dengan khat riq'ah.
Akhirnya, dari manuskrip Ilm al-Nahw ini selain saya belajar mengenai gramatika bahasa arab, saya juga mengetahui bahwa didalamnya terdapat budaya tulis kaligrafi. Manuskrip Ilm al-Nahw ini juga menjadi bukti perkembangan kaligrafi di Indonesia, dan saat ini kaligrafi mengalami kemajuan, terlebih dengan adanya Lembaga Kaligrafi Al-Quran (LEMKA).
ADVERTISEMENT
Korelasi dengan Kitab Nahwu Jurumiyah
Ketika saya membaca setiap jawaban dalam manuskrip Ilm al-Nahw ini, maka saya temukan pengertian yang tidak berbeda jauh bahkan sama dengan kitab nahwu zaman dulu seperti yang ada dalam kitab jurumiyah. Kitab jurumiah adalah karya Abu Abdillah Muhammad bin Muhammad bin Dawud As-Shanhaji atau lebih sering kita kenal Ibnu Ajurrum seorang ahli bahasa arab dari Maroko, yang wafat pada tahun 723 H /1324 M.
Kitab jurumiyah pun sekarang menjadi kitab paling populer dan banyak dikaji di pesantren-pesantren khususnya untuk tingkat dasar, sebagaimana pernah saya alami saat mesantren.
Atas dasar itu pula, maka gramatika bahasa yang dijelaskan dalam manuskrip Ilm al-Nahw ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Tidak salah jika saya katakan bahwa referensi manuskrip ini salah satunya berasal dari jurumiyah dengan adanya kesamaan yang saya temukan.
ADVERTISEMENT
Disebutkan juga dalam deskripsi bahwa terdapat catatan kecil yang bertuliskan ila huna mukhtar 5/3/25 serta dibubuhi tanda tangan. Menurut pemilik manuskrip sebagian besar manuskrip Ilm al-Nahw ditulis ketika kakeknya berada di Mekah sekitar tahun 1920-1930 M. Dengan adanya catatan ini, kita bisa tau bahwa manuskrip ini memiliki korelasi yang kuat dan tidak diragukan lagi kebenarannya serta masih relevan untuk kita pelajari hari ini.