Konten dari Pengguna

Rene Descartes: Bapak Filsafat Modern dan Pemikirannya

Muhammad Sidiq Alfatoni
Constitutional Law Students UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
26 Februari 2023 5:22 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Sidiq Alfatoni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Rene Descartes yang dikenal sebagai Bapak Filsafat Modern. Sumber gambar: https://www.shutterstock.com/id/image-vector/vector-illustrated-portrait-descartes-250743148
zoom-in-whitePerbesar
Rene Descartes yang dikenal sebagai Bapak Filsafat Modern. Sumber gambar: https://www.shutterstock.com/id/image-vector/vector-illustrated-portrait-descartes-250743148
ADVERTISEMENT
Nama Rene Descartes sudah tidak asing lagi bagi para pecinta filsafat. Ide dan teori yang begitu fenomenal hingga saat ini banyak dipelajari dan dibaca. Dalam dunia filsafat, Rene Descartes adalah eksponen penting teori rasional dan memiliki pengaruh penting dalam perkembangan filsafat barat.
ADVERTISEMENT
Rene Descartes lahir pada tanggal 31 Maret 1956 di Touraine, sebuah provinsi di Prancis. Ayahnya adalah seorang konselor di Brittany. Descartes menempuh pendidikan tinggi di sebuah perguruan tinggi bernama La Fleche ia mempelajari logika, filsafat, dan matematika hingga tahun 1612.
Pada tahun 1613 dia meninggalkan Paris. Kehidupan Descartes di Paris terasa membosankan dan memutuskan untuk mengasingkan diri pada daerah terpencil yang disebut Faubourg.
Menurut Rene Descartes, yang dibutuhkan bukanlah kelebihan atau keterbatasan nalar, melainkan penggunaan nalar yang berdasarkan kebutuhan.
Ilustrasi anak berpikir. Foto: Shutter Stock
Karena kenyataan menunjukkan bahwa orang yang bernalar tinggi dapat melakukan hal-hal yang menakjubkan, tetapi mereka juga dapat melakukan hal-hal yang paling mengerikan. Descartes sendiri, seorang filsuf terkenal, dengan rendah hati mengakui bahwa kemampuan intelektualnya tidak lebih tinggi dari kebanyakan orang.
ADVERTISEMENT
Sebagai seorang filsuf, Descartes menyukai matematika. Menurutnya, matematika memberikan kepastian yang mudah digunakan untuk dasar berpikir. Namun di sisi lain, Descartes mengaku tidak melihat kegunaan konkret dalam matematika.
Descartes juga mengagumi teologi, karena baginya teologi berkaitan dengan metafisika. Kebenaran wahyu tidak dapat dipahami melalui logika manusia, daya nalar manusia sangat terbatas, satu-satunya jalan adalah melalui wahyu itu sendiri.
Sejauh menyangkut filsafat, pengakuan Descartes tampaknya sangat kontroversial. Descartes yang diakui sebagai filsuf, ragu-ragu mengomentari filsafat. Dia juga mengaku tidak tahu banyak tentang ajaran sesat.
Ajaran sesat yang dimaksud antara lain: Alkimia, astrologi, sihir, dan lain-lain. Adat memang tidak lepas dari pengamatan Descartes, namun menurutnya adat tidak memberikan kepastian.

Pemikiran Descartes

"pemikiran terbesar mampu melakukan kejahatan terbesar sama seperti melakukan kebaikan terbesar." (Rene Descartes) Sumber gambar: https://www.shutterstock.com/id/image-photo/dictionary-series-philosophy-86840011
Metode Descartes hanyalah sebuah proses berpikir, yang dengannya seseorang seharusnya tidak mengalami kesulitan dalam menentukan dari mana harus memulai. Dengan mengikuti metode ini, orang belajar bahwa mereka harus mulai dengan hal yang paling sederhana dan termudah untuk dilakukan. Adapun logika, ada empat prinsip utama:
ADVERTISEMENT
Descartes melihat berbagai aktivitas yang dapat dilakukan orang pada gilirannya dan memilih aktivitas yang paling timbal balik. Perkataan Descartes yang paling terkenal adalah: Cogito ergo sum (saya berpikir, maka saya ada). Kata-kata bersayap ini memicu tuduhan bahwa René Descartes adalah seorang ateis.
Orang-orang menafsirkan moto Descartes seolah-olah lahir dari pikirannya. Prasangka ini sangat menyesatkan, karena Cogito ergo sum merupakan implikasi dari aktivitas pikiran itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Dikatakan dengan tegas, setelah menyadari bahwa sementara saya berpikir semuanya tidak benar, saya sebagai yang memikirkannya haruslah merupakan sesuatu. saya memperhatikan bahwa kebenaran ini: saya berpikir, jadi saya ada (Cogito ergo sum). sehingga semua anggapan yang paling berlebihan pun tidak mampu menggoyahkannya.
"Aku Berpikir, Maka Aku Ada" (Rene Descartes) Sumber Gambar: https://www.shutterstock.com/id/image-photo/cogito-ergo-sum-latin-philosophical-proposition-471150863
Penjelasan lain terkait masalah ini dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut. Dalam ekspresi menurut saya, subjek dan atribut saling terkait.
Melalui pikiran, yang merupakan objek langsung, saya menemukan diri saya yang berpikir, berawal dari pengalaman pribadi, Descartes membentuk jiwa manusia. Oleh karena itu, Cogito adalah pernyataan dari pemikir yang tidak dapat ditundukkan, tidak ada pemikiran jika tidak ada pemikir.
Dikatakan dengan tegas, setelah menyadari bahwa sementara saya berpikir semuanya tidak benar, saya sebagai yang memikirkannya haruslah merupakan sesuatu.
ADVERTISEMENT
Saya memperhatikan bahwa kebenaran ini, saya berpikir jadi saya ada (Cogito ergo sum). Sehingga semua anggapan yang paling berlebihan pun tidak mampu menggoyahkannya.
Kemudian menyangkut kaidah moral disebutkan beberapa prinsip yang harus digunakan di antaranya:
Selanjutnya Descartes berpendapat semakin kita maju dalam ilmu pengetahuan, semakin diperlukan eksperimen atau percobaan. Jean-Louis Chevreau menulis dalam sebuah lampiran buku, Descartes pernah menyatakan:"Tidak ada jalan lain yang terbuka bagi manusia untuk mengetahui kebenaran, kecuali intuisi yang gamblang dan deduksi yang niscaya".
ADVERTISEMENT
Intuisi bukan kepercayaan atau kesaksian yang berubah-ubah dari indera atau penilaian yang menyatakan dari imajinasi, pengaruh yang buruk, melainkan pembentukan suatu pemikiran yang sehat dan cermat, sedangkan deduksi hanyalah kelanjutan dari intuisi, artinya "melihat" bahwa satu pernyataan adalah akibat pernyataan yang lain.