Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Kesehatan Mental di Era Digital: Peran BK dalam Menghadapi Dampak Belanja Online
2 November 2024 15:00 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari sieva elya wijaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kesehatan mental adalah kondisi emosional dan psikologis seseorang yang mempengaruhi cara seseorang berpikir, merasa, dan berperilaku. Di era digital berbagai kemajuan teknologi dan internet telah membawa perubahan besar dalam segala aspek kehidupan di masa milenial ini salah satunya adalah memengaruhi cara kita dalam aktivitas berbelanja online, membuat proses jual-beli menjadi lebih mudah dan cepat. Belanja online adalah proses membeli barang atau jasa melalui internet yang menawarkan kenyamanan. Belanja online menjadi semakin populer karena kemudahan dan aksesibilitasnya. Tetapi, fenomena ini juga memunculkan masalah baru, seperti peningkatan frekuensi belanja kompulsif. Hal ini juga menimbulkan pertanyaan yang lebih dalam: apakah kecanduan belanja online seharusnya diakui sebagai gangguan mental yang perlu ditangani secara serius?
ADVERTISEMENT
Dengan semakin banyaknya orang yang terjebak dalam siklus belanja kompulsif dan impulsif dalam konteks ini bimbingan konseling memainkan peran yang sangat krusial untuk membantu individu dalam menghadapi tantangan tersebut. Konselor dapat membantu individu untuk memahami pola perilaku belanja mereka, mengenali tanda-tanda kecanduan, mencari cara untuk mengatasi dorongan belanja yang tidak sehat, dan menggali lebih dalam dampak psikologis dari fenomena ini serta mencari solusi yang efektif.
Tanda-tanda kecanduan belanja online bisa dikenali melalui beberapa tanda yang jelas dalam berbagai perilaku sehari-hari. Pertama, seseorang mungkin merasa tidak bisa mengontrol dorongan untuk berbelanja bahkan ketika mereka tahu bahwa mereka tidak membutuhkan barang tersebut hanya sekedar memenuhi keinginannya. Mereka sering kali melakukan pembelian impulsif dan merasa senang saat membeli, tetapi kemudian merasa bersalah atau menyesal setelahnya. Kedua, mereka sering menghabiskan waktu berjam-jam menjelajahi situs belanja bahkan mengabaikan tanggung jawab lainnya. Kecanduan ini dapat membuat seseorang menghabiskan lebih banyak waktu di situs belanja, mengabaikan aktivitas lain yang seharusnya mereka lakukan, seperti bekerja, belajar, atau bersosialisasi dengan teman dan keluarga. Ketiga, perasaan bahagia setelah berbelanja bisa cepat hilang dan kembali merasa kosong atau stres sehingga berusaha untuk berbelanja lagi sebagai pelarian. Tanda keempat adalah sering menyembunyikan pembelian dari orang lain atau merasa malu atas jumlah uang yang dikeluarkan. Semua ini menunjukkan bahwa perilaku belanja telah menjadi tidak sehat dan perlu mendapatkan perhatian lebih.
ADVERTISEMENT
Para ahli sepakat bahwa kecanduan belanja online dapat dianggap sebagai gangguan mental yang serius dan pentingnya bimbingan konseling untuk mengatasi masalah ini semakin diakui. Bimbingan konseling memiliki peran yang sangat krusial dalam mendukung kesehatan mental individu, terutama di tengah meningkatnya kecanduan belanja online. Menurut Faber dan O'Guinn (1992), perilaku belanja kompulsif sering kali berakar dan berkaitan pada masalah emosional yang lebih dalam, seperti kecemasan serta depresi. Selain itu penelitian lain yang dilakukan oleh American Psychological Association (APA) juga mengatakan hal yang sama. Dalam konteks ini, bimbingan konseling berfungsi sebagai intervensi proaktif yang tidak hanya membantu individu mengidentifikasi perilaku atau pola belanja mereka, tetapi juga memberikan strategi untuk mengelola emosi negatif yang mendorong perilaku tersebut dengan cara yang lebih sehat serta menyediakan alat untuk memahaminya.
ADVERTISEMENT
Artinya bimbingan konseling tidak hanya berfungsi untuk membantu individu mengidentifikasi pola belanja mereka, tetapi juga menyediakan alat untuk memahami dan mengatasi emosi yang mendorong perilaku tersebut. Dengan pendekatan yang terarah konselor dapat membantu individu mengembangkan strategi coping yang efektif dan lebih sehat sehingga mengurangi ketergantungan pada belanja sebagai mekanisme pelarian. Hal ini sejalan dengan pandangan Kuss dan Griffiths (2012) yang menyatakan bahwa intervensi yang tepat dapat mencegah dampak negatif lebih lanjut pada kesehatan mental serta kesejahteraan finansial individu.
Selain itu bimbingan konseling dapat memberikan edukasi tentang dampak psikologis dari belanja online. Misalnya, melalui sesi konseling individu dapat belajar teknik mindfulness dan relaksasi yang dapat digunakan sebagai alternatif untuk mengatasi stres. Dengan pendekatan ini konselor tidak hanya membantu individu mengurangi perilaku belanja kompulsif tetapi juga meningkatkan kesejahteraan mental secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT
Sebagai tambahan, penelitian oleh Dr. Jennifer L. Hartstein menunjukkan bahwa dukungan emosional yang diberikan oleh konselor sangat penting dalam membangun ketahanan mental. Ketika individu merasa didengar, diperhatikan, dan dipahami mereka lebih cenderung untuk terbuka tentang tantangan yang mereka hadapi serta mencari solusi yang konstruktif. Dengan demikian, bimbingan konseling tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk mengatasi masalah saat ini tetapi juga sebagai investasi jangka panjang dalam kesehatan mental individu.
Maka dapat disimpukan bahwa kecanduan belanja online yang semakin umum di era digital tidak dapat diabaikan sebagai masalah kesehatan mental yang serius. Bimbingan konseling berperan krusial dalam membantu individu memahami dan mengatasi perilaku belanja kompulsif dengan memberikan strategi untuk mengelola emosi serta membangun pola pikir yang lebih sehat. Melalui dukungan dan edukasi konselor dapat membantu individu tidak hanya mengurangi ketergantungan pada belanja sebagai pelarian, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan mental secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu untuk mengatasi masalah kecanduan belanja online penting bagi individu untuk mencari bantuan profesional jika mereka merasa terjebak dalam pola belanja yang tidak sehat. Masyarakat juga perlu lebih sadar akan dampak psikologis dari belanja online dan berinvestasi dalam edukasi serta dukungan bagi mereka yang menghadapi tantangan ini. Bimbingan konseling harus dipromosikan sebagai sumber daya penting dalam komunitas untuk membantu orang-orang mengembangkan keterampilan coping yang efektif. Dengan bersama-sama menyadari dan menangani masalah ini kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih mendukung bagi kesehatan mental di era digital.
Disusun oleh: Sieva Elya Wijaya dan Prof. Dr. Andayani, M. Pd.