Konten dari Pengguna

Spinner Whell dalam Meningkatkan Kinerja dan Keaktifan Siswa

Sifa Tiara Yuliani
Mahasiswa di Universitas Pamulang dan pengusaha
25 November 2024 14:58 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sifa Tiara Yuliani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dokumentasi Editor Penulis Ilustrasi spinner wheel
zoom-in-whitePerbesar
Dokumentasi Editor Penulis Ilustrasi spinner wheel
ADVERTISEMENT
A. Latar Belakang Metode pembelajaran kooperatif pertama kali dikembangkan pada tahun 1970-an oleh Dr. Eliot Aronson, seorang psikolog asal Amerika Serikat. Konsep utama dari metode ini adalah kerja sama antar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sama. Salah satu teknik yang terkenal adalah metode Jigsaw, yang mengharuskan siswa untuk mempelajari bagian-bagian materi tertentu dan kemudian saling mengajarkan temannya. Setiap siswa bertanggung jawab atas bagian yang mereka pelajari, dan keseluruhan pemahaman hanya tercapai jika semua bagian dijelaskan kepada kelompok. Dengan perkembangan teknologi dan alat-alat pendukung pembelajaran, metode Jigsaw mulai dimodifikasi dan disesuaikan dengan perkembangan zaman. Salah satu inovasi yang baru-baru ini diperkenalkan adalah penggunaan spinner wheel. Spinner wheel, yang awalnya populer dalam permainan atau sebagai alat pengambilan keputusan acak, kini digunakan dalam kelas untuk meningkatkan interaktivitas dan dinamika pembelajaran. Dengan menggunakan spinner wheel, pembagian tugas atau penentuan anggota kelompok menjadi lebih acak dan menyenangkan, memberikan pengalaman pembelajaran yang lebih interaktif dan menarik bagi siswa. B. Analisa Penerapan metode kooperatif Jigsaw berbasis spinner wheel membawa manfaat yang signifikan dalam meningkatkan kinerja daya juang dan keaktifan siswa. Dalam konteks pembelajaran, kinerja daya juang merujuk pada seberapa besar usaha yang dilakukan oleh siswa untuk berhasil dalam pembelajaran, sementara keaktifan berkaitan dengan keterlibatan siswa dalam setiap aktivitas di kelas. Dengan mengintegrasikan spinner wheel ke dalam metode Jigsaw, dinamika kelas menjadi lebih hidup dan mengurangi kebosanan yang sering muncul pada metode pembelajaran tradisional. Spinner wheel dapat digunakan untuk menentukan pembagian tugas secara acak, memilih siapa yang akan mempresentasikan materi, atau menentukan kelompok untuk diskusi. Proses ini menciptakan elemen kejutan yang memotivasi siswa untuk berusaha lebih keras agar berhasil dalam tugas mereka. Dari sudut pandang psikologi pendidikan, metode ini dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap kelompoknya. Karena setiap siswa memiliki bagian yang berbeda untuk dipelajari dan harus mengajarkan teman-temannya, mereka menjadi lebih aktif dan memiliki rasa percaya diri yang lebih tinggi. C. Kelebihan dan Kekurangan Kelebihan: Meningkatkan Keaktifan Siswa: Penggunaan spinner wheel dalam pembelajaran membuat siswa lebih terlibat, karena ada elemen kejutan dan ketidakpastian mengenai siapa yang akan terpilih untuk berbicara atau mempresentasikan materi. Ini mengurangi kecemasan dan meningkatkan keberanian siswa untuk berpartisipasi. Meningkatkan Kerja Sama dan Keterlibatan: Metode Jigsaw berbasis spinner wheel mendorong siswa untuk bekerja sama dengan anggota kelompok yang beragam. Setiap siswa harus mempelajari bagian materi yang berbeda dan berbagi pengetahuan mereka dengan teman-temannya. Meningkatkan Daya Juang Siswa: Dengan adanya pembagian tugas yang adil dan menarik melalui spinner wheel, siswa merasa lebih termotivasi untuk bekerja keras dalam mempelajari materi, karena mereka tahu bahwa keberhasilan kelompok bergantung pada kontribusi masing-masing anggota. Mengurangi Kecemasan: Spinner wheel memberi kesempatan bagi semua siswa untuk berpartisipasi secara acak tanpa perasaan takut atau terbebani oleh pemilihan yang dilakukan oleh teman-teman mereka. Kekurangan: Keterbatasan Waktu: Penggunaan spinner wheel dapat memakan waktu, terutama jika ada banyak kelompok dan tugas yang harus dilakukan. Guru perlu mengatur waktu dengan baik agar metode ini tetap efisien. Ketergantungan pada Teknologi: Jika menggunakan spinner wheel berbasis aplikasi digital, adanya ketergantungan pada perangkat teknologi bisa menjadi kendala di kelas yang memiliki akses terbatas terhadap perangkat tersebut. Tantangan dalam Pengelolaan Kelas: Beberapa siswa yang lebih pendiam atau kurang percaya diri mungkin merasa tertekan dengan proses acak dalam spinner wheel, terutama ketika mereka dipilih untuk berbicara atau mempresentasikan materi. D. Kesimpulan Metode kooperatif Jigsaw berbasis spinner wheel merupakan inovasi yang dapat meningkatkan keaktifan dan daya juang siswa dalam pembelajaran. Dengan menggabungkan elemen kooperatif yang sudah terbukti efektif dalam meningkatkan kerjasama antar siswa, serta spinner wheel yang membawa unsur kejutan dan kesenangan, pembelajaran menjadi lebih menarik dan memotivasi siswa untuk berusaha lebih keras. Meskipun metode ini memiliki beberapa tantangan, seperti pengelolaan waktu dan ketergantungan pada teknologi, keuntungannya jauh lebih besar dalam membangun keaktifan dan keterlibatan siswa. E. Solusi Untuk mengoptimalkan penggunaan metode kooperatif Jigsaw berbasis spinner wheel, berikut adalah beberapa solusi yang dapat diterapkan: Pengaturan Waktu yang Efisien: Guru dapat merencanakan alur pembelajaran dengan cermat untuk memastikan bahwa setiap tahap kegiatan menggunakan spinner wheel dapat dilakukan dalam waktu yang optimal. Integrasi dengan Teknologi yang Tepat: Jika menggunakan spinner wheel berbasis aplikasi digital, pastikan semua siswa memiliki akses yang memadai ke perangkat yang diperlukan, atau gunakan spinner wheel manual jika perangkat terbatas. Menciptakan Lingkungan yang Mendukung: Untuk siswa yang lebih pendiam, berikan kesempatan untuk berlatih sebelum dipilih secara acak melalui spinner wheel, atau sesuaikan jenis tugas untuk membangun kepercayaan diri mereka. Pelatihan untuk Guru: Guru perlu mendapatkan pelatihan dalam mengelola kelas menggunakan metode ini, sehingga mereka bisa mengatasi tantangan yang muncul selama pembelajaran, terutama dalam hal pengelolaan waktu dan dinamika kelompok.
ADVERTISEMENT