Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
Cerita dari Daerah: Saat Pemda Punya Inisiatif dan Dana Tak Sekadar Dibelanjakan
12 April 2025 10:00 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Sigid Mulyadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Bahkan sebelum ada arahan resmi, kami sudah lebih dulu merencanakan pertemuan dengan para kepala daerah yang baru dilantik. Niat kami sederhana: silaturahmi, menyampaikan informasi, sekaligus memberi evaluasi dan rekomendasi. Harapannya, langkah ini bisa memperkuat komitmen kepala daerah dalam mengoptimalkan dana transfer dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
Hari itu, kami diterima dengan baik. Beberapa slide presentasi sudah kami siapkan. Saya menjelaskan isinya.
Saya sampaikan, sebagai pemimpin daerah yang baru, tentu mereka memiliki program unggulan. Dan semua program itu, ujung-ujungnya akan dibiayai dari anggaran daerah—yang bersumber dari pendapatan asli daerah (PAD) maupun dana transfer dari pusat. Saya pernah menghitung, porsi dana transfer di daerah ini lebih dari 80%. Artinya, ketergantungan pada pusat sangat tinggi.
ADVERTISEMENT
Karena itu, saya mendorong agar dana transfer yang memang sudah menjadi hak daerah bisa diserap dengan optimal. Tak hanya menyentuh angka maksimal di akhir tahun, tapi juga dipercepat penyalurannya. Seperti kata pepatah lama: ikan sepat, ikan gabus, lebih cepat lebih bagus.
Saya juga menyinggung bahwa daerah ini punya alokasi dana bagi hasil yang tergolong tinggi—bahkan lebih besar dibandingkan beberapa daerah lain.
KUR, UMi, dan Inovasi dari Daerah
Dalam kesempatan itu, kami juga menyampaikan kinerja penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Ultra Mikro (UMi). Saat sesi diskusi berlangsung, sebuah ide terlintas di benak saya.
Saya tahu, daerah ini punya simpanan kas yang besar. Maka saya usulkan agar pemda tak hanya mendukung pendataan debitur dan melakukan monitoring ketepatan sasaran, tetapi juga turut sharing pendanaan. Misalnya, bekerja sama dengan PIP (Pusat Investasi Pemerintah) dalam skema pendanaan UMi, atau memberikan tambahan subsidi bunga KUR, agar pelaku usaha mikro mendapat keringanan.
ADVERTISEMENT
Tampaknya ide itu mendapat respons positif. Semoga saja. Karena kalau bisa terealisasi, ini akan jadi inovasi keren—karena belum banyak daerah yang berani melakukan.
Program pemberdayaan UMKM memang menjadi prioritas nasional. Termasuk di dalamnya para petani, apalagi dalam konteks program ketahanan pangan yang dicanangkan untuk mencapai swasembada. Salah satu bentuk dukungannya adalah dengan memperluas akses permodalan.
LKMA: Peluang di Tengah Ketidaktahuan
Selain KUR dan UMi, sebenarnya pemerintah juga mendorong kelompok tani untuk membentuk lembaga keuangan mikro agribisnis (LKMA). Tujuannya jelas: agar petani punya sumber pembiayaan sendiri di dalam kelompoknya.
Yang menarik, LKMA ini bisa mendapat suntikan dana tambahan. Bisa dari penyaluran KUR untuk anggotanya, atau melalui kerja sama dengan PIP untuk penyaluran UMi.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, informasi soal LKMA ini belum banyak diketahui. Setidaknya di daerah ini. Karena itu, saya coba promosikan. Saya kirimkan pedoman umum pengembangan LKMA ke grup WhatsApp sekda. Siapa tahu pemda bisa memfasilitasi pembentukannya. Dan mestinya memang bisa.
Desa Sukamaju dan Kabel-Kabel Masa Kini
Berbicara soal petani, tentu tak bisa dilepaskan dari konteks desa. Dan ini membawa saya pada kenangan masa SD.
Dulu, ada buku pelajaran yang menggambarkan sebuah desa bernama Sukamaju—makmur, tentram, damai. Rumah-rumah tertata rapi, pekarangan hijau, pagar bambu, dan suasana yang bersih dan asri. Gambar-gambarnya begitu membekas di benak saya. Bahkan setiap kali mendengar lagu "Desaku yang kucinta," yang terlintas adalah Desa Sukamaju itu.
Tentu, itu gambaran desa masa lalu. Sekarang sudah banyak yang berubah, terutama secara fisik. Dulu belum ada kabel listrik di mana-mana. Sekarang, kabel PLN untuk pompa air sudah menjulur hingga ke persawahan.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, perubahan memang tak bisa dihindari. Masyarakat semakin modern, akses teknologi semakin luas. Hanya saja, mumpung belum terlalu semrawut, saya pikir sudah saatnya memikirkan penataan kabel agar lebih rapi. Jangan sampai seperti yang terjadi di banyak kota—terlambat menata, akhirnya tak tahu harus mulai dari mana untuk merapikannya.