Konten dari Pengguna

Ceritaku di Desa Tumbur, Maluku Tenggara Barat.

20 Agustus 2017 0:02 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sigit Ezra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ceritaku di Desa Tumbur, Maluku Tenggara Barat.
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Catatan tanggal 16 Agustus 2017 di desa Tumbur, Maluku Tenggara Barat.
ADVERTISEMENT
Tak sempat aku bertanya nama kepada anak perempuan mungil dan bocah yang nongol itu, aku hanya sempat bertanya nama kepada anak yang memakai baju bola chelsea kuning yang sedang nangkring itu, Abon namanya. mereka sepertinya baru saja pulang sekolah. karena beberapa dari komplotan mereka masih mengenakan seragam sekolah.
Desa Tumbur, Maluku Tenggara Barat, adalah kunjungan pertama kami peserta Kumparan Getaway Saumlaki. baru saja tiba disana, sedang berlangsung gladiresik upacara bendera memperingati hari kemerdekaan Indonesia. Orang yang di kenal dengan nama Papa Jhon berdiri tegak berlagak sebagai komandan upacara. diantara suasana gladiresik inilah, aku berpose santai bersama ketiga bocah yang sedang asyik nongkrong sembari menyaksikan gladiresik upacara bendera. difoto oleh rekan sesama peserta Misbah Ullum.
ADVERTISEMENT
Ceritaku di Desa Tumbur, Maluku Tenggara Barat. (1)
zoom-in-whitePerbesar
Inilah papa Jhon sang komandan upacara. papa Jhon adalah pribadi yang sangat ramah, setelah gladiresik upacara bendera usai, dan kami menuju salah satu rumah seorang perrajin patung. Papa Jhon baik hati menjelaskan kepadaku dan beberapa teman peserta Kumparan Getaway bagaimana cara membuat patung khas desa Tumbur. “kasih tembus, kasih tembus ini kayu arang”ucapnya dengan semangat sembari menunjuk ke pola manusia laki laki yang tergambar di kayu arang yang ia pegang. ”jika sudah tembus” lanjutnya, “ukir perlahan membentuk kaki, jika sudah haluskan dengan ampla," jelasnya.
Kemudian papa Jhon memperlihatkanku hasil patung yang sudah berbentuk manusia yang sedang memegang tongkat yang masih kasar.” ini hampir jadi, tapi masih kasar, amplas supaya halus, injak bagian bawah patung ini agar tidak lari, lalu amplas”. aku mulai sedikit mengerti dan mulai mengamplas patung itu dengan perlahan.
Ceritaku di Desa Tumbur, Maluku Tenggara Barat. (2)
zoom-in-whitePerbesar
Inilah fotoku sedang mengamplas patung.
ADVERTISEMENT
Seni memahat patung sudah turun temurun dilalukan oleh mayoritas laki laki di desa Tumbur dari zaman dahulu kala. Bentuk aktifitas manusia adalah ciri khas patung desa Tumbur. Mereka berupaya menceritakan kegiatan leluhur mereka dengan media patung ini, seperti berperang, bercocok tanam, naik perahu, bahkan merenung sekalipun.
16 Agustus 2017, desa Tumbur, Maluku Tenggara Barat, Indonesia.