Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Menyongsong Zaman Baru Pasca Corona
8 April 2020 13:07 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari Sigit Pramono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Paul Romer pemenang Nobel ilmu ekonomi tahun 2018, telah mengingatkan pemerintah dan bangsa AS, bahwa jika mereka tidak mengubah strateginya dalam menangani krisis karena wabah virus Corona, mereka mungkin akan selamat, tetapi perekonomian mereka akan mati.
ADVERTISEMENT
Apakah peringatan yang disampaikan oleh Romer berlaku untuk Indonesia? Menurut saya sangat relevan untuk Indonesia.
Bagaimanapun Romer ekonom pemenang Nobel. Pendapatnya sangat perlu diperhatikan.
Secara logika menurut saya dia benar. Kalau kita mengatasi pandemi ini dengan strategi apa pun apakah itu dinamakan lockdown, PSBB ( Pembatasan Sosial Berskala Besar), atau Imbauan Jaga Jarak dan Tinggal di Rumah, yang menyebabkan sebagian besar orang selama jangka waktu lama tidak menghasilkan barang dan jasa apa pun, mungkin kita akan selamat. Tetapi ekonomi kita akan mati.
Romer menyarankan agar kita harus memilih strategi testing massal dan reguler, dengan tetap menciptakan kondisi agar sebagian besar orang, khususnya yang sehat, tetap bisa bekerja menghasilkan barang dan jasa.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Indonesia sudah memilih untuk tidak melakukan lockdown, melainkan test massal seperti Korsel. Jadi sebenarnya keputusanpPemerintah dalam memilih strategi penanganan pandemi, tanpa dimaksudkan untuk menuruti saran Romer, sudah sesuai dengan saran Romer. Tinggal dieksekusi dengan sebaik-baiknya.
Dengan melakukan test secara massal dan reguler, dapat diketahui orang yang sudah tertular infeksi dan yang belum tertular. Orang yang diketahui sakit segera dirawat di rumah sakit, orang yang sehat bekerja kembali menghasilkan barang dan jasa. Dengan demikian perekonomian bergerak. Bukan berhenti.
Tantangan jangka pendek ini adalah bagaimana menjamin agar angkatan kerja yang sehat dapat bekerja dengan aman di tengah berjangkitnya wabah atau pasca wabah.
Ini sesuatu yang baru bagi semua orang di dunia ini. Ini sebuah jaman yang baru. Jadi semua baik pihak pemerintah, pengusaha, dan organisasi pekerja, harus bersama-sama membuat standar keamanan dan keselamatan kerja yang baru.
ADVERTISEMENT
Menyusun standar lingkungan dan tempat kerja yang baru. Semuanya harus disusun ulang dan mengikuti standar baru. Protokol pencegahan penularan penyakit harus disusun secara ketat dan dalam penerapannya harus diikuti secara sangat disiplin oleh semua karyawan.
Pemerintah sudah mengumumkan paket kebijakan ekonomi menanggulangi krisis ekonomi akibat pandemi COVID-19. Pemerintah menyiapkan dana Rp 405,1 triliun untuk penanganan krisis akibat pandemi.
Dari dana sebesar itu Rp 75 triliun untuk bidang kesehatan termasuk pengadaan alat kesehatan. Rp 110 trilyun untuk perlindungan sosial, dan Rp 220,1 triliun untuk penyelamatan ekonomi. Dari dana yang disiapkan untuk menyelamatkan perekonomian itu, Rp 150 triliun untuk program pemulihan ekonomi nasional, dan Rp 70,1 triliun untuk insentif perpajakan dan stimulus kredit usaha rakyat.
ADVERTISEMENT
Perlu diperhatikan bahwa keberhasilan penyelamatan perekonomian sangat tergantung keberhasilan dari penanganan pandemi COVID-19 itu sendiri.
Kebijakan penanganan pandemi sekarang ini difokuskan kepada upaya agar masyarakat jaga jarak (social distancing/ physical distancing) , PSBB dan tinggal di rumah. Di sinilah letak permasalahannya. Karena ini artinya sebagian besar angkatan kerja, termasuk yang sehat akan tinggal di rumah. Belum lagi jika ditambah yang terkena PHK. Jadi bisa disimpulkan sebagian besar angkatan kerja mereka tidak bekerja, mereka tidak menghasilkan barang dan jasa.
Di lain pihak strategi penyelamatan perekonomian adalah dengan meningkatkan daya beli, menambah dana ke masyarakat agar terjadi peningkatan pengeluaran. Kebijakan ini bisa kontradiktif, karena jika sebagian besar orang tinggal di rumah, siapa yang akan memproduksi barang dan jasa? Kalau orang tidak bekerja bagaimana bisa menghasilkan pendapatan?
ADVERTISEMENT
Jadi keberhasilan penyelamatan perekonomian dapat dijamin jika orang bisa kembali bekerja menghasilkan barang dan jasa, memperoleh pendapatan. Tidak ada manfaatnya Pemerintah mengguyurkan uang ratusan triliun rupiah ke sistem perekonomian jika sebagian besar orang tetap tinggal di rumah.
Indonesia harus berani paling depan dalam mengubah strategi penanganan pandemi COVID-19 ini.
Strategi yang pertama, kita harus lebih intensif menjaring dan mengidentifikasi orang yang terinfeksi COVID-19 dengan cara pengetesan cepat secara massal dan reguler. Manfaatkan sebagian dana untuk pengadaan alat tes PCR ( Polymerase Chain Reaction), pengadaan masker, APD, ventilator. Arahkan lebih banyak perusahaan industri farmasi menghasilkan PCR, pemilik pabrik memodifikasi diri menjadi penghasil ventilator.
Arahkan pengusaha UMKM menghasilkan masker dan APD yang teknologi nya sederhana. Jangan semuanya diserahkan kepada pengusaha besar. Yang kedua, kita harus mendorong orang yang sehat tidak tinggal di rumah melainkan kembali bekerja di tempat kerjanya namun dengan perlindungan fisik yang maksimal.
ADVERTISEMENT
Sekali lagi ini zaman baru.
Kita harus biasakan orang bekerja di kantor, di pabrik, di toko atau ibu-ibu belanja di toko, mal atau pasar tradisional memakai masker atau APD yang lain. Menggunakan masker dalam kehidupan sehari-hari akan menjadi bagian dari orang berbusana ( fashion) seperti jilbab, selendang kecil dan lain-lain.
Kita harus mulai biasakan mengatur orang naik pesawat, naik kendaraan umum, menonton bioskop, menonton konser jazz gunung, makan dan minum di restoran dan cafe, dengan duduk berjauhan. Dan tetap mengenakan masker.
Perancang Anne Avantie dan pembatik Dudung Pekalongan sebaiknya memanfaatkan peluang ini, dan mulai merancang dan memproduksi masker berdesain batik untuk pasar domestik dan internasional. Karena sebentar lagi rumah mode Christian Dior akan mengusulkan masker batik dalam desain adi busananya.
ADVERTISEMENT
Sekali lagi ini sebuah jaman baru. Kita harus bersama-sama mengubah dunia ini agar manusia tidak punah.
PBB harus berani membuat deklarasi pengurangan senjata global. Sudah saatnya bangsa-bangsa di dunia "melebur" persenjataan nya menjadi alat kesehatan yang lebih berguna untuk umat manusia.
Apalagi virus corona ini juga seperti manusia, dia akan bertahan, bermutasi dan muncul kembali lebih kuat. Sejarah telah membuktikan. Bukan bermaksud menakut-nakuti, adalah sebuah keniscayaan jika pandemi karena virus corona ini akan berulang di masa depan.
Sekarang ini terbukti tumpukan senjata penumpas manusia tidak ada gunanya melawan virus.
Negara adidaya seperti Amerika saja baru sadar bahwa rakyatnya ternyata lebih membutuhkan ventilator dan bukan arsenal nuklir atau tank-tank. Mereka kini harus berperang melawan musuh dan ternyata tidak bisa dihadapi dengan tank, pesawat nir awak ( drone ) dan senjata nuklir. Musuh amat sangat kecil dan hanya perlu dilawan dengan masker, APD dan ventilator. Ironisnya negara adidaya itu tidak cukup persediaan alat-alat kesehatan yang sederhana itu.
ADVERTISEMENT
Ini sebuah zaman baru. Sudah saatnya presiden lebih percaya ilmu pengetahuan dan ahli kesehatan masyarakat, para epidemiolog daripada kepada ilmu klenik, "pseudoscience" dan terkun. Jika suatu urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, tunggulah kehancuran itu. ( Hadist Rasulullah-HR Buchari).
Ini zaman baru. Pesantren, para kiai dan santri harus berani memulai tradisi baru santri tidak salaman dan tidak mencium tangan kiai. Tidak ada lagi tradisi lama "ngalap berkah" memakan atau meminum sisa pak Kiai.
MUI harus siap mengeluarkan fatwa bahwa orang yang shalat berjamaah yang utama bukan jika bahu dan kaki bersentuhan. Yang utama justru jika jemaah sholat di masjid menjaga jarak dan tidak salaman setelah sholat selesai.
Ini sebuah zaman baru.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Arab Saudi sebentar lagi mungkin akan membangun lantai khusus yang dilengkapi ban berjalan mengelilingi Ka'bah agar jemaah bisa tawaf tanpa saling bersentuhan, apalagi berdesakan. Tempat melempar jumrah tampaknya juga akan dilengkapi dengan fasilitas ban berjalan, agar orang tidak bersentuhan. Yang sudah pasti menyentuh dan mencium Hajar Aswad kemungkinan besar akan dilarang.
Ini zaman baru. Paus barangkali akan mengatur jemaah yang mengikuti misa di Basilika Santo Petrus harus menjaga jarak satu sama lain. Selamanya. Bukan hanya ketika misa Palma seperti yang baru berlangsung.
Umat Hindu juga barangkali akan dibatasi jika akan mandi di sungai Gangga.
Ini zaman baru bung. Siapkah anda menyongsong zaman baru? Tetap waspada terhadap corona. Anda yang sehat harus berani bekerja dan beraktivitas di luar rumah dengan melindungi diri secara maksimal. Tetap jaga jarak. Selamatkan diri kita, selamatkan ekonomi kita.
ADVERTISEMENT
Sigit Pramono
Ketua Perbanas 2006-2016