Bayi Prematur: Bisakah Aku Hidup?

SIH BELQIS AL HANIF KHAMBALI PUTRI
Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta
Konten dari Pengguna
26 Mei 2022 17:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari SIH BELQIS AL HANIF KHAMBALI PUTRI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi bayi kecil (Sumber: pexels.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bayi kecil (Sumber: pexels.com)
ADVERTISEMENT
Berapa bulankah Ibumu mengandung dirimu? Tentu kamu tidak mengetahuinya jika orang tuamu atau keluargamu tidak bercerita.
ADVERTISEMENT
Bayi pada umumnya memang dikandung dalam rahim wanita selama sekitar sembilan bulan. Tapi, apa semua bayi lahir di usia kandungan normal?
Inilah kisahmu, bayi prematur yang bertarung nyawa. Kamu lahir sebelum saatnya. Berat badanmu hanya 1,7 ons atau setara botol Aqua ukuran 600 ml.
Orang tuamu menatap wajahmu saat pertama kali kamu hadir di dunia. Air matanya tidak henti memandangi anak laki-lakinya yang harus menderita. Tidak lama saat kamu didekapnya, suster memisahkanmu dari mereka.
Kamu yang lahir di usia kandungan enam bulan lebih lima hari akhirnya dibawa oleh suster ke ruang inkubator. Ketiga kakakmu hanya dapat berdiam melihatmu dari balik kaca. Mereka dapat melihat jantungmu berdetak dengan mata telanjang, sambil berdoa agar kamu bisa merasakan kehidupan yang ada.
ADVERTISEMENT
Ibumu terus merasa bersalah karena tidak dapat melahirkanmu di usia kehamilan normal. Sedangkan Ayahmu, terus berusaha memberi energi kepada keluarganya, walau hatinya juga terkikis melihatmu bernafas namun lemah tanpa daya.
Setelah Ibumu sehat, keluargamu pun pulang ke rumah. Mereka pulang tanpa anggota baru yang sebenarnya ada. Kamu tidak dapat keluar dari rumah sakit di mana kamu dilahirkan. Dirimu tetap berada dalam inkubator dengan perawatan yang intensif.
Lampu kuning di inkubator harus selalu hidup agar badanmu tetap hangat. Kamu dimandikan oleh suster menggunakan alkohol untuk menjaga sensitifitas kulit tipismu. Kamu bayi yang terlahir menyedihkan. Orang tuamu di rumah hanya dapat mendoakan putra bungsunya.
Kekhawatiran keluargamu membuat mereka menunda pembuatan akta kelahiranmu, karena dirasa kondisimu yang tidak memungkinkan untuk hidup. Ayahmu bahkan memberikan nama spesial yang berupa harapan serta doa untukmu
ADVERTISEMENT
“Dulu namaku bukan Taufik Firmansyah. Sebelum akta kelahiran dibuat, Ayah memberiku nama Bagaskoro Rahino yang dalam bahasa Jawa berarti sinar matahari laki-laki. Namaku seperti doa agar aku dapat melihat sinar matahari di keesokan hari,” ucapmu sambil tersenyum.
Enam bulan lamanya kamu berada di tempat yang sama tanpa pergeseran. Akhirnya, kamu bisa melewati masa kritismu. Orang tuamu dengan bahagia menjemputmu ke rumah sakit. Namun ternyata kamu masih cukup lemah untuk dinyatakan hidup. Akhirnya, mereka tetap menunda pembuatan akta kelahiranmu hingga usiamu satu tahun.
Badanmu yang sangat kecil membuat ketiga kakakmu sangat berhati-hati dalam menjagamu. Kamu juga ringkih tidak sehat seperti anak-anak yang lahir normal.
“Aku waktu kecil sakit-sakitan dan bertubuh sangat kecil. Beda sama anak-anak yang lahir normal. Sampai aku tidak boleh sering main, tidak boleh ikut olahraga sepak bola yang merupakan hobiku, tidak boleh kelelahan intinya,” lanjutmu beraut wajah menahan tangis.
ADVERTISEMENT
Tubuhmu mulai normal saat dirimu masuk SMP. Di saat bersamaan, fisikmu juga mulai stabil seperti pada umumnya. Akhirnya kamu dapat menjadi laki-laki sewajarnya.
(Oleh: Sih Belqis Al Hanif