Literasi Keuangan: Bekal Ilmu Agar Generasi Penerus Jauh dari Judi Online

Silva NF Lestari
Alumnae of Major Developmental Economic, Economic Faculty, Universitas Terbuka. An Economics Enthusiast Mom
Konten dari Pengguna
7 November 2023 9:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Silva NF Lestari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Maraknya masyarakat Indonesia yang terjerumus judi online disinyalir salah satunya karena minimnya pengetahuan tentang literasi keuangan. Literasi keuangan berperan membentuk bagaimana seseorang berperilaku terhadap uang.

Ilustrasi kesadaran akan literasi keuangan. Sumber: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kesadaran akan literasi keuangan. Sumber: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setelah ditantang oleh pandemi COVID-19, aspek sosial-ekonomi masyarakat Indonesia khususnya kalangan dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah, kembali dihadapkan dengan ancaman maraknya praktek judi online. Melansir data yang diliris oleh Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), perputaran uang pada transaksi judi online di Indonesia mencapai lebih dari 190 triliun rupiah (CNN Indonesia, 2023). Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara nomor satu di dunia dalam hal volume transaksi judi online.
ADVERTISEMENT
Sebagai warga negara Indonesia, kita perlu memberi perhatian lebih dengan fenomena judi online ini. Banyak dari pemain judi online adalah masyarakat dengan penghasilan rendah yang tentunya akan sulit bagi mereka untuk memiliki tabungan. Selain merupakan praktek yang ilegal, judi online mendatangkan berbagai dampak negatif seperti tidak terpenuhinya kebutuhan dasar rumah tangga hingga meningkatnya tingkat kriminalitas di masyarakat. Terlebih apabila para pemain mulai mengkombinasikan kegiatan ini dengan praktek pinjaman online yang semakin meningkatkan kerentanan pada kondisi finansial mereka. Banyak dari online gambler dengan penghasilan rendah di Indonesia tertarik melakukan permainan ini diakibatkan adanya sensasi memperoleh kemenangan dalam bentuk uang secara instan dan mudah. Mereka berharap dapat menggandakan uang dengan cara mempertaruhkannya. Padahal, banyak pihak berpendapat praktek judi online tidak lebih dari penipuan karena algoritma permainan dapat diatur sedemikian rupa sehingga para pemain enggan untuk berhenti meskipun telah mengalami banyak kekalahan.
ADVERTISEMENT
Ada berbagai alasan mendasar mengapa masyarakat dengan penghasilan menengah ke bawah sangat rentan dengan bentuk persuasif yang menjanjikan uang dengan cepat dan mudah semisalnya judi online, pinjaman online, bahkan investasi bodong. Selain untuk pemenuhan kebutuhan itu sendiri, faktor yang mengkatalis kerentanan ini adalah karena minimnya tingkat literasi keuangan pada masyarakat Indonesia. Literasi keuangan (financial literacy) dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk memahami dan mengaplikasikan bermacam keterampilan keuangan semisal menyusun anggaran pengeluaran rumah tangga, melakukan manajemen terhadap arus kas rumah tangga, dan memilih produk layanan jasa keuangan. Meskipun sejak tahun 2013 sampai dengan tahun 2022 indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia kian bertumbuh, namun secara nasional tingkat indeks ini belum sepenuhnya mencakup separuh masyarakat Indonesia. Berdasarkan data Survey Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan pada tahun 2022, indeks literasi keuangan di Indonesia mencapai 49,68% (Otoritas Jasa Keuangan, 2022). Sayangnya pada survey ini tidak dielaborasi lebih dalam bagaimana tingkat literasi masyarakat Indonesia jika dikategorikan berdasarkan pada tingkat penghasilan dan/ atau tingkat kemiskinan. Namun apabila secara kasar dan sederhana kita mengasosiasikan tingkat pendidikan dengan tingkat penghasilan, maka data pada survey tersebut secara gamblang menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi tingkat literasi keuangannya. Sebesar 62,42% lulusan perguruan tinggi di Indonesia telah memahami tentang keterampilan keuangan, berbanding terbalik dengan lulusan sekolah dasar yang memiliki indeks literasi keuangan sebesar 38,78%.
ADVERTISEMENT
Literasi keuangan akan mempengaruhi perilaku individu dalam memperlakukan uang yang dia peroleh. Adanya bekal literasi keuangan yang memadai akan memberikan dasar bagi individu untuk mengambil keputusan yang lebih baik tentang keuangan, misalnya keputusan untuk menabung atau berbelanja, memilih kredit, berinvestasi, dan berlangganan asuransi (Suyanto et al., 2021). Tingkat literasi keuangan yang tinggi juga merupakan kunci bagi suatu negara untuk mengentaskan kemiskinan dan memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya (Wahyudi Askar et al., 2020). Sebagai contoh, dengan literasi keuangan yang baik seorang kepala rumah tangga akan berpikir berjuta kali untuk mendepositokan uangnya di situs judi online dan akan lebih memprioritaskan untuk berbelanja telur untuk kebutuhan protein rumah tangganya. Pada kasus lain, ketika seorang individu memiliki dasar pengetahuan keuangan yang memadai, ketika membutuhkan pinjaman dana dia akan menghindari pinjaman online dan akan lebih memilih pinjaman yang dinilai lebih aman dengan tingkat bunga yang lebih masuk akal.
Ilustrasi pembelajaran anak usia dini. Sumber: Shutterstock
Di tengah semakin kompleksnya kebutuhan ekonomi masyarakat Indonesia disertai dengan semakin bervariasinya ancaman yang berdampak kepada kesehatan finansial, ada baiknya literasi keuangan dapat diajarkan dalam bentuk pelajaran tersendiri di sekolah formal bahkan dari jenjang yang paling rendah sekalipun. Kurikulum sekolah di Indonesia sebaiknya dapat dirancang untuk lebih praktikal sehingga kedepannya siswa lebih termotivasi untuk belajar karena memahami tujuan dari proses pembelajaran itu sendiri. Misalnya untuk jenjang taman kanak-kanak dan sekolah dasar tingkat awal, sekolah dapat memberikan pengetahuan mengenai apa itu uang dan apa saja alat pembayaran. Siswa juga dapat diperkenalkan dengan konsep penghasilan, pengeluaran atau berbelanja, dan konsep menabung. Proses pembelajaran dapat disajikan dengan cara menarik misalnya melalui cerita atau bermain peran. Bagi siswa dengan jenjang yang lebih tinggi, sekolah dapat menambah kapasitas ilmu yang diberikan semisal melakukan perencanaan keuangan personal, ilmu tentang berinvestasi, pengenalan tentang asuransi, bahkan pengenalan dan tata cara dalam menghitung pajak penghasilan.
ADVERTISEMENT
Inti dari penerapan literasi keuangan, dan juga inti dari ilmu ekonomi, adalah membuat keputusan. Kemampuan individu dalam melakukan pengambilan keputusan yang rasional dan berdasar perlu diasah sejak dini. Seorang anak dapat didorong untuk membuat keputusan berbelanja atau memilih barang dengan mempertimbangkan harga dan kualitas. Pelajaran sederhana tentang membuat skala prioritas dalam menabung juga sedikit banyak akan mengasah kemampuan anak dalam mengambil keputusan dalam penggunaan uangnya.
Sudah banyak sekolah dan orang tua mengajarkan bagaimana cara memperoleh uang jajan tambahan dengan mengimplementasikan dasar-dasar kewirausahaan. Tentu saja hal tersebut sangat bermanfaat, namun demikian terkadang perihal manajemen arus kas personal sering terlupakan untuk diajarkan kepada anak-anak. Minimnya pengetahuan terkait perencanaan dan manajemen arus kas sering kali mengantarkan seseorang pada kondisi “besar pasak daripada tiang”. Sudah menjadi kecenderungan ketika seseorang memegang atau mendapatkan uang berlebih, dia akan berbelanja lebih banyak daripada sebelumnya. Tanpa pengaturan arus kas yang cermat, keinginan berbelanja tersebut mendorong seseorang untuk berutang tanpa pertimbangan yang lebih komprehensif. Perencanaan dan manajemen arus kas juga memberikan ruang bagi individu untuk menekan gaya hidup hedonisme karena dengan pengetahuan tersebut dia akan memiliki kesadaran mengenai kapasitas finansialnya.
ADVERTISEMENT
Literasi keuangan bukan hanya pelajaran yang selesai dalam satu semester atau satu tahun ajaran. Perlu bertahun-tahun untuk membuahkan suatu pengetahuan bernama literasi keuangan menjadi perilaku dan gaya hidup di masyarakat. Jika kita memulai pendidikan literasi keuangan lebih dini bagi anak-anak kita, bukan tidak mungkin suatu saat mereka akan menjadi masyarakat yang lebih sejahtera dan resilience secara ekonomi.
Referensi
CNN Indonesia. (2023). Melihat Perputaran Uang di Bisnis Judi Online yang Tembus Rp190 T. https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20231005142930-78-1007544/melihat-perputaran-uang-di-bisnis-judi-online-yang-tembus-rp190-t
Otoritas Jasa Keuangan. (2022). Hasil Survey Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan Tahun 2022. https://ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/info-terkini/Pages/Infografis-Survei-Nasional-Literasi-dan-Inklusi-Keuangan-Tahun-2022.aspx
Suyanto, Setiawan, D., Rahwati, & Winarna, J. (2021). Effects of Indonesian Students’ Financial Literacy on Financial Behavior. Advances in Economics and Management Research, 19, 553–558. https://www.atlantis-press.com/article/125957829.pdf
ADVERTISEMENT
Wahyudi Askar, M., Ouattara, B., & Zhang, Y.-F. (2020). ADBI Working Paper Series Financial Literacy and Poverty Reduction: The Case of Indonesia Asian Development Bank Institute. https://www.adb.org/publications/financial-literacy-poverty-reduction-case-