Konten dari Pengguna

Dia Adalah Anugerah Terindah

Silvia Wulandari
Journalism Student of Polytechnic State Jakarta
26 Mei 2022 14:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Silvia Wulandari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ilustrasi balita sedang tersenyum. Sumber foto: Pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi balita sedang tersenyum. Sumber foto: Pexels.com
Tidak pernah terbayangkan sebelumnya olehku bahwa akan memiliki adik lagi setelah kurang lebih 14 tahun hanya berdua dengan adik pertamaku. Ketika mengetahui ibuku hamil setelah hampir 10 tahun lalu adikku lahir, aku sangat terkejut. Pasalnya aku tidak dapat membayangkan seperti apa rasanya jika memiliki adik lagi yang selisih umurnya jauh dariku.
ADVERTISEMENT
Awalnya aku merasa tidak terima ketika itu terjadi, aku takut ibuku akan lebih menyayangi anak yang di dalam kandungannya itu. Aku tidak ingin kasih sayang orang tuaku terbagi lagi, cukup dengan adikku yang pertama saja.
Seperti remaja pada umumnya, di umur 14 tahun itu aku hanya memikirkan diriku sendiri, aku tidak memikirkan bagaimana bahagianya kedua orang tuaku ketika mereka tahu akan ada manusia lain yang dititipkan kepada mereka. Akan ada tawa lain yang mengisi rumah sepi ini nantinya.
Aku masih merasa tidak nyaman dengan statusku yang akan berubah menjadi kakak dengan dua orang adik. Namun, itu semua tidak lagi sama ketika adikku tersebut lahir. Ketika aku pulang dari sekolah aku diberitahu oleh adik pertamaku bahwa ibu sedang berada di puskesmas dekat rumah.
ADVERTISEMENT
Aku langsung bergegas ke sana untuk melihat ibu, ternyata bukan hanya ibu yang aku temui, tapi juga satu manusia kecil nan mungil juga ku jumpai di sana. Itu adalah adikku, dia adalah manusia yang dititipkan Tuhan kepada keluarga kami. Ketika melihatnya aku langsung jatuh hati dan merasa sangat sayang kepada adikku. Aku tidak ingin meninggalkan puskesmas itu ketika disuruh pulang.
Aku sangat bahagia melihat pertumbuhan adikku yang sehat, kami banyak melalui waktu bersama. Ternyata rasa takut akan terbaginya kasih sayang itu hanya pikiran burukku saja. Nyatanya aku semakin merasa bahagia dan disayangi oleh orangtuaku. Dia adalah pelengkap keluarga kecil kami yang sederhana. Aku selalu berterima kasih kepada Tuhan karena di hadirkannya dia di sisi kami.
ADVERTISEMENT
(Silvia Wulandari/Politeknik Negeri Jakarta)