32 Tahun JNE, Bersama Lebih Dari Bangkit

Freema Hadi W
Petani pada @hdwfarm dan pekerja serabutan pada @simpleseru
Konten dari Pengguna
22 Mei 2023 20:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Freema Hadi W tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ini adalah persepsi dan sudut pandang kami sebagai konsumen JNE. Tentang pengalaman dengan JNE Kediri. Cerita yang pernah kami alami bersama JNE. Sekaligus usulan-usulan kami kepada JNE ke depannya.
ADVERTISEMENT
Kami adalah pelaku usaha yang berada di Kediri, Jawa Timur. Sebutan kerennya, kami ini UMKM. Menjual komoditas pertanian segar dan kering/diawetkan, hasil produksi sendiri.
Bagi kami, JNE kami akui memang benar-benar terdepan posisi dan pelayanannya dalam bisnis logistik/pengiriman.
Sebelum era lokapasar (marketplace) marak, kami sudah akrab dengan pengiriman-pengiriman. Baik untuk kebutuhan pribadi maupun usaha. Baik mengirimkan maupun menerima kiriman. Dan setiap kali hendak mengirimkan paket, refleks di benak kami adalah: JNE.
Kami teringat sekalian lama silam, lebih dari satu dekade rasanya. Kami akrab dengan outlet JNE Kediri di kawasan Panglima Polim, timur stasiun kereta api Kediri. Outletnya tidak mewah kala itu, namun lebih dari cukup, lebih dari sederhana.
Yang kami ingat adalah di outlet tersebut sudah ditata dengan format yang melayani, customer oriented. Ada meja resepsionis, ada kursi tunggu, dan ada ruang bongkar-muat yang terpisah. Penataap yang sederhana namun layak ini saja sudah lumayan menjadi pembeda dengan pelaku bisnis pengiriman saat itu.
ADVERTISEMENT
Mas karyawannya juga ramah. Bahkan rela melaksanakan pekerjan yang di luar tugasnya: menguatkan hati mbak-mbak yang sesenggukan di kursi tunggu resi ponsel yang dia terima palsu, padahal udah transfer duit. Sepertinya si mbak kena tipu. Kala itu, bisnis daring masih peer to peer. Belum marak era lokapasar.
Hingga kemudian era lokapasar meledak. Outlet JNE Kediri pindah ke lokasi yang lebih representatif. Gedungnya megah. Udah kayak bank.
Tapi kami sudah jarang ke gerai utama JNE Kediri, lima kilometer dari lokasi kami. Karena di RW sebelah sudah ada outlet mungil JNE. Mungil, tapi rapi dan bersih. Sekarang kalau men-drop paket, tentu kami pilih ke situ saja.

Sampah Kemasan

Gempitanya bisnis lokapasar dewasa ini, lantas menimbulkan dampak buruk yang mulai dikeluhkan oleh banyak pihak: sampah pembungkus.
ADVERTISEMENT
Demi keamanan barang, penjual (seller) biasa membungkus ulang barang jualannya dengan bubble-wrap yang aduhai tebalnya. Lantas diselotip rapat-rapat.
Saat pandemi kemarin, riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan sampah plastik bertambah di tengah pembatasan sosial. Transaksi belanja daring berbentuk paket naik 62% sementara belanja layanan antar makanan siap saji naik 47%. Berdasarkan dari frekuensi, belanja online selama masa pandemi naik jadi 1-10 kali dari sebelumnya hanya 1-5 kali per bulan. Sampah banyak berupa plastik, bubble wrap dan selotip.
Kami sebagai penjual, kami menghindari penggunaan buble-wrap dan hanya memakai kardus tebal saat memaketkan pesanan. Namun kami juga belum bisa menghindari selotip.
Kami sebagai pembeli, awalnya mencoba mengumpulkan buble-wrap yang kami terima. Mungkin akan kami gunakan kembali untuk mengirimkan barang.
ADVERTISEMENT
Namun rencana indah tersebut susah terwujud. Kebanyakan buble-wrap yang kami simpan itu dalam kondisi rusak.

JNE Yang Edukatif

Dari sini kami berpikir, seandainya JNE bisa kembali menggunakan kekuatan edukatifnya kepada pelanggan, mungkin persoalan sampah tambahan ini bisa terkurangi.
Dalam benak kami, JNE mungkin bisa memposisikan diri seperti kargo pribadi. Mungkin JNE bisa membuat inovasi "opsi/klasifikasi ukuran kemasan tertentu". Misalnya kemasan XXS segede sekian cm kali sekian cm kali sekian cm. Kemudian XS, S, M, L, XL, XXL, XXXL, dan seterusnya.
Berikutnya, JNE memodifikasi ruang kargo di armadanya berdasarkan klasifikasi ukuran. Mungkin disiapkan pula kontainer-kontainer kecil sesuai klasifikasi ukuran, atau pengirim dipaksa harus mengirimkan paket dengan pilihan ukuran yang ditetapkan. Dan enggak boleh nambah buble-wrap lagi. Jika enggak punya kardusnya, JNE mungkin bisa menyiapkannya sebagai item berbayar tambahan.
ADVERTISEMENT
Ini pasti akan membuat space kargo tetap rapi, optimal, dan efisien sekaligus aman sepanjang perjalanan.
Kelemahan jasa pengiriman publik tentunya ya seperti ini: ukuran kiriman beragam. Beda dengan kargo privat milik sebuah perusahaan misalnya, ukuran kemasan atau barang yang dikirim tentu relatif seragam dan memudahkan penataan.
Ini cuman angan-angan kami saja. Jika dikehendaki, perwujudan nyatanya bisa berbeda dan beragam caranya.
Tentu bakal ada keringat dan kerja keras tambahan untuk menyiapkan sistem seperti ini. Baik di sisi internal operasional JNE, lebih-lebih di sini edukasi ke pelanggan. Namun sekali lagi dengan kekuatan edukatif JNE, pelan-pelan bertahap namun pasti, tentu hal sulit ini tetaplah bukan mustahil.
Jika ini bisa dilakukan, betapa indahnya jika kirim-terima paket kini bisa bebas dari buble-wrap. Sukur-sukur jika standar ini bisa disepakati oleh seluruh asosiasi industri pengiriman, mirip saat industri menyepakati format VHS dan Betamax jaman dulu sehingga enggak pakai format masing-masing, dunia dan Indonesia khususnya pasti akan tersenyum bahagia karena hilangnya sampah pembungkus tambahan ini.
ADVERTISEMENT

Kendaraan Bebas Emisi

Ke depannya, JNE mungkin bisa menjadi pionir implementasi kendaraan listrik, khususnya untuk pengiriman dalam kota. Van mungil bertenaga listrik yang bisa masuk jalanan sempit begitu mungkin bisa didahulukan.
Akan ada investasi awal yang besar di depan pastinya. Namun itu akan dikompensasi dengan biaya operasional yang sangat minim. Dan yang terpenting: adalah semangat dan implementasi untuk menguatkan gerakan bebas emisi itu lho yang tak terhingga nilainya. Asli, pasti keren banget ini jika JNE bisa duluan mewujudkannya.
Ini sketsa yang dibikin oleh ananda Aleef Rahman untuk JNE.

Logo Yang Lebih Segar

Logo JNE selama ini memang sangat khas, mudah dikenali, dan langsung menandakan itu JNE, bukan yang lain.
Kami hanya berangan-angan, mungkin sudah saatnya JNE menyegarkan logonya tanpa harus mengubah atau menggantinya secara total. Isitlah katanya mungkin: revisi minor, facelift, atau semacamnya.
ADVERTISEMENT
Jika JNE merasa satu pemikiran dengan kami, mungkin bisa mengerjakannya secara internal atau dengan tim-nya. Atau jika mau dilombakan, ya monggo saja.
***
Well... inilah tuangan rasa kami bersama JNE, khususnya JNE Kediri. Selamat 32 tahun, JNE. Ayo, kalian teruslah menjadi pelopor yang terdepan.
#JNE32tahun, #JNEBangkitBersama dan #jnecontentcompetition2023 #ConnectingHappiness
Freema Bapakne Rahman