Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Munculnya Bahasa Gaul Kikis Perlahan Eksistensi Bahasa Baku
16 Desember 2021 12:46 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Simson Galileo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Seiring perkembangan zaman dan teknologi di era digital memengaruhi banyak sekali aspek kehidupan yang mengandalkan teknologi. Terutama di tengah kondisi pandemi Covid-19 memaksa Sebagian besar masyarakat yang ada di Indonesia bahkan seluruh dunia untuk bergantung pada teknologi digital. Begitu banyak dampak positif yang dapat kita rasakan dari perkembangan teknologi saat ini. Namun tak bisa dipungkiri, dampak negative yang didapatkan juga begitu banyak. Mulai dari penyalahgunaan teknologi sampai pengaruh budaya luar yang masuk ke dalam negeri. Terutama dalam bahasa sehari-hari, di mana bahasa baku tidak lagi menjadi bahasa Ibu atau bahasa pokok yang dipergunakan sehari-hari. Melainkan bahasa gaul yang tercipta dari beberapa gabungan dan juga singkatan yang mengikuti bahasa luar yang kini menjadi bahasa yang umum digunakan saat ini
.
ADVERTISEMENT
Seperti halnya peniruan dan penggunaan singkatan kata yang diambil dari beberapa bahasa inggris dan didiimplementasikan ke dalam bahasa Indonesia untuk diubah menjadi bahasa gaul. Singkatan-singkatan tersebut membuat para pengguna bahasa merasa lebih modern dan mengikuti perkembangan zaman. Seperti penggunaan singkatan pada kata “otw” yang berasal dari kata “on the way”, yang berarti sedang di jalan yang kemudian ditirukan dalam bahasa Indonesia dalam kata “gpp” yang merupakan singkatan dari sebuah singkatan kata dari kata singkatan awal “gapapa” yang berasal dari kata asli “gak apa-apa”.
Tak hanya singkatan kata, penggunaan bahasa gaul lainnya juga mempengaruhi eksistensi dari bahasa Indonesia. Seperti halnya penggabungan antara bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris yang sering digunakan oleh generasi millenial. Penggunaan bahasa gaul yang merupakan campuran bahasa antara bahasa Indonesia dan bahasa inggris ini bahkan dicetuskan oleh beberapa artis ibukota. Seperti halnya kata “jujurly” yang dicetuskan oleh salah satu artis ibukota yang berasal dari ajang pencarian bakat, Ziva Magnolya menjadi pencetus penggabungan kedua bahasa tersebut. Di mana kata “jujurly” merupakan gabungan dari kata “actualy” yang memiliki arti “sebenarnya” dengan kata baku “jujur”.
ADVERTISEMENT
Maraknya penggunaan bahasa gaul ini ditakutkan dapat mengikis keberadaan bahasa baku yang ada di Indonesia. Karena penggunaannya kini tak hanya di kalangan remaja, bahkan anak-anak dan juga orang tua mulai menggunakan bahasa gaul tersebut dalam percakapan sehari-hari. Munculnya bahasa gaul juga membuat bahasa baku terkesan terlalu sopan dan formal, yang di mana hanya digunakan pada saat-saat tertentu saja. Berbeda dengan apa yang seharusnya, di mana seharusnya kita menggunakan bahasa baku menjadi bahasa pokok yang digunakan agar keberadaannya tetap terjaga.
Namun tak dapat dipungkiri pengaruh bahasa gaul sudah merambah cukup jauh dalam kehidupan kita. Tak hanya sebagai bahasa antar teman atau bahasa sehari-hari, bahasa gaul juga telah masuk ke dalam beberapa ranah, mulai dari ranah digital, seperti sosial media Instagram, facebook, tiktok, whatsapp. Bahasa gaul juga sudah memasuki ranah industri pertelevisian, bahkan karya sastra seperti novel, buku, dan juga puisi.
ADVERTISEMENT
Maka perlu diperhatikan bahwasanya kita tidak bisa terus menjadi manusia yang bergantung dan terus mengikuti perkembangan zaman, terutama dalam bahasa sehari-hari. Memang tidak ada salahnya untuk ikut menggunakan bahasa gaul dalam percakapan sehari-hari, akan tetapi alangkah baiknya jika kita tetap mengutamakan penggunaan bahasa baku, agar bahasa yang sudah ada akan tetap terjaga kelestariannya dan juga tidak terpengaruh bahkan tergantikan dengan bahasa yang tercipta seiring perkembangan zaman.
Kita harus memahami norma yang ada di masyarakat, terutama etika dalam berbahasa kepada seseorang yang lebih tua. Alangkah baiknya kita menggunakan bahasa gaul sesuai dengan tempat, kondisi dan siapa lawan bicara yang kita hadapi. Dan jangan sampai bahasa persatuan yang kita punya dan kita junjung adanya tergantikan dengan bahasa yang tercipta karena trend atau perkembangan zaman semata. Alangkah baiknya kita bijak menggunakan dan tetap mempertahankan bahasa baku, bahasa Indonesia agar tidak terkikis dan tergantikan keberadaannya.
ADVERTISEMENT