Konten dari Pengguna

Cerpen: Dia Krisan Dibulan November

Sinna Ainun Nissa
Mahasiswi Sastra Indonesia Universitas Pamulang, Tangerang Selatan, Indonesia.
2 November 2025 15:36 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Kiriman Pengguna
Cerpen: Dia Krisan Dibulan November
Ini cerita pendek tentang perasaan kejujuran dan kesetian batin yang meningkat
Sinna Ainun Nissa
Tulisan dari Sinna Ainun Nissa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilukasi: www.istockphoto.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilukasi: www.istockphoto.com
ADVERTISEMENT
Bunga Krisan, dengan kelopaknya yang halus serta ragam warna yang memikat mulai dari putih yang melambangkan kesucian, kuning yang ceria, merah muda yang lembut, hingga ungu yang menawan merekah indah di bulan November. Keanggunannya bukan hanya terletak pada tampilan luar, tetapi juga pada makna mendalam yang dibawanya. Krisan menjadi simbol kejujuran dan kesetiaan, dua nilai yang begitu penting dalam setiap hubungan, entah itu cinta yang tulus maupun persahabatan yang abadi.
ADVERTISEMENT
Jika Krisan bukan bunga, melainkan insan, maka ia adalah cerminan dari kejujuran dan kesetiaan. Cinta yang tumbuh darinya begitu halus, semurni kapas di tangan angin.
Namun, ketika salah satu berhenti jujur, keseimbangan pun goyah dan cinta yang dahulu lembut berubah menjadi duri yang melukai keduanya.
Aku bertemu Krisan dalam wujud insan sederhana namun memikat. Tubuhnya kecil dan tinggi, suaranya lembut tapi tegas. Ia membuka pintu ke dunianya, dan tanpa sadar aku melangkah masuk. Di antara kami, kejujuran tumbuh alami, seperti cahaya pagi yang tak pernah diminta untuk datang.
Kami hidup dalam cinta yang berpijak pada kejujuran dan kesetiaan. Namun waktu tak selalu ramah cobaan datang, mengguncang keyakinan yang kami genggam erat.
ADVERTISEMENT
Krisan mulai diam, menyimpan sesuatu dari dunia batinnya. Ketidakjujurannya bukan karena kebohongan, melainkan karena kesepian yang tak mampu ia ucapkan. Dan di sanalah cinta kami mulai diuji antara memahami dan kehilangan.
Aku mencoba memahami Krisan dengan hati, bukan hanya dengan logika. Dalam kesulitannya, aku melihat kepedihan yang ia sembunyikan di balik tenang. Ia berusaha tampak baik-baik saja, tapi aku tahu, di dalamnya ada badai yang belum reda.
Krisan berjanji, suatu hari nanti, ketika hidupnya tak lagi sesulit sekarang, ia akan kembali padaku. Aku ingin percaya, tapi di antara janji itu terselip keraguan.
ADVERTISEMENT
Sebab aku tahu, perasaan bukan sesuatu yang bisa menunggu tanpa berubah. Ketika ia kembali, mungkin aku masih di sini, tapi hatiku tak lagi sama seperti saat ia pergi.
Tamat.