Konten dari Pengguna

Luka Anak Kedua: Yang Tak Terungkap

Sinna Ainun Nissa
Mahasiswi Sastra Indonesia Universitas Pamulang, Tangerang Selatan, Indonesia.
26 Januari 2025 11:44 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sinna Ainun Nissa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilukasi: www.pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilukasi: www.pixabay.com
ADVERTISEMENT
Dalam kisah ini, menyelami perjalanan batin seorang anak kedua yang tumbuh ditengah bayang-bayangan. Meski selalu ada cinta kasih orang tua, namun anak kedua merasa seperti bayangan yang tidak terlalu cukup cerah untuk dilihat dengan penuh perhatian.
ADVERTISEMENT
Anak kedua pada usia 21 tahun, anak kedua ini berada dititik penting dalam kehidupannya mengenyam pendidikan kuliah penuh harapan dan semangat.
"kamu udah semester 5 nanti mau kerja apa" tanya sang ibu.
"Gak tahu" jawab sang anak kedua dengan singkat.
"loh kok jawab begitu harus dipikirin dong, contohin kakak kamu itu" ucap sang ibu lalu meninggalkan sang anak terdiam dan membisu.
Setiap tahun, bulan dan hari melewati semua pertannya tersebut. Ia kini berusaha untuk membangun jalannya sendiri, terlepas dari bayang-bayangan sang kakak yang lebih dulu menorehkan prestasi.
"nak jurusan sastra itu lulusnya jadi apa?" pertanyan ibu.
"banyak buat sekarang, jurnalis novelis sama reporter. Kenapa emang bu" ia bertanya balik kepada sang ibu.
ADVERTISEMENT
"gapapa ibu suka mikir saja, setelah lulus kamu jadi apa ya nanti" ucap ibu pelan.
Menghela nafas ketika mendengar ucapan ibunya itu, ia menjawab "Yah gitu deh" kata malasnya.
Ada banyak harapan yang ditanam dalam dirinya untuk tidak hanya menuhi ekspektasi orang tua, tetapi juga untuk menemukan jati dirinya. setiap kesempatan datang ia mulai perkerja di event award, event seminar, dan menjadi penonton bayaran meski dibayar hanya 50 ribu perhari tapi ini menjadi langkah kecil menuju tujuan besar yang ingin ia capai.
Di kampus, ia merasa seperti memiliki kesempatan untuk menjadi dirinya sendiri, mejalanin hari-hari penuh pembelajaran dan tantangan, berharap bisa meraih masa depan yang cerah.
"kamu kerja event gitu ya, gimana si rasanya?" teman pertama pertanya penuh penasaran.
ADVERTISEMENT
"iya betul, mau deh punya pengalaman dunia kerja gimana" ucap teman dua nya yang lesu.
"kaya biasa aku disana sebagai Logistik banyak barang-barang yang harus disiapkan sebelum acara dimulai" penjelasan ku.
Karna rata-rata teman kuliah nya hanya fokus jalanin kuliah berbeda dengan nya memiliki sisi untuk mejalanin semua mulai dunia kerja maupun dunia pendidikan.
"Capek kaga? kamu emang kaga takut absen kehadiran" tanya temanya lagi.
"Capek tapi capeknya kebayar ama gaji, demi rezeki yang kaga boleh ditolak" ucap pelannya.
"tapi tetap saja loh kamu kaga boleh absen lagi" ucap peringatan sang teman.
"tahu kok, event kan ga setiap hari jarang-jarang juga" katanya.
Meskipun kadang terasa kesepian dalam perjuangannya, perjalanan ini adalah tentang dirinya dan ia siap untuk kesuksesnya. Namun itu menjadi jejak yang tidak mudah dilupakan. Sebagai anak kedua, ia sering kali merasa datang setelah semuanya selesai, setelah semua perhatian sudah terbagi, setelah semua harapan sudah terpenuhi oleh si sulung. Cinta orang tua tetap ada, tapi seperti ada ruang yang lebih kecil untuk dirinya.
ADVERTISEMENT
Di balik perasaan terlupakan, ada dunia yang berusaha ia bangun sendiri, meskipun kadang terasa rapuh dan terlindung oleh bayang-bayang. Setiap langkahnya terkadang harus mengikuti jejak yang sudah ada, dan meski tidak ada yang memintanya, anak kedua sering kali merasa harus membuktikan dirinya.
Tapi, tak jarang juga ia merasa bingung, karena tidak tahu bagaimana menjadi dirinya sendiri ketika perbandingan itu selalu ada. "Apakah aku cukup baik?" adalah pertanyaan yang sering kali muncul dalam benaknya.
Meskipun begitu, di balik luka ini, ada kekuatan yang tak tampak. Anak kedua belajar untuk berdiri dengan cara yang berbeda, menemukan jalan sendiri, dan memulai cerita yang baru. Bayang-bayang itu tetap ada, tetapi semakin lama, bayangan itu pun belajar untuk menerima kenyataan bahwa meskipun dia datang setelah, dia juga memiliki ceritanya sendiri yang tak kalah penting.
ADVERTISEMENT
Luka yang dimiliki anak kedua bukanlah luka yang tak bisa sembuh. Itu adalah luka yang mengajarkan ketabahan, pengertian, dan cara untuk menemukan cahaya sendiri di tengah bayang-bayang yang tersisa.