Pandemi: Keluh Kesah Virtual Concert

Ivanodei
Merupakan seorang mahasiswa asal Depok, dan sedang menempuh pendidikan perguruan tinggi di Universitas Padjajaran. Tujuan saya adalah untuk mengisi kegiatan di waktu senggang.
Konten dari Pengguna
6 April 2021 19:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ivanodei tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
nissanfotz sedang melakukan konser virtual dengan latar belakang dari atap parkiran (photo: @safaatrzk)
zoom-in-whitePerbesar
nissanfotz sedang melakukan konser virtual dengan latar belakang dari atap parkiran (photo: @safaatrzk)
ADVERTISEMENT
Kegemaran mengikuti tren musik menjadi sebuah budaya kawula muda di ibukota hingga pedesaan. Seakan-akan musik menjadi jendela dunia, selain ilmu pengetahuan. Kita dapat mengenal satu sama lain, serta mengenal budaya lain karena adanya peran musik di dalam kehidupan kita. Dapat dikatakan musik merupakan media pemersatu generasi, antara generasi muda hingga lanjut usia. Sehingga, selera musik kita membuka pertemanan dengan sesama kita.
ADVERTISEMENT
Menonton merupakan hal yang wajib bagi kita semua. Jika kita menonton, maka kita bisa terhibur dan terpenuhi. Menonton sebuah pertunjukkan musik merupakan sebuah anugerah yang dapat dirasakan secara langsung. Melihat secara tatap mata, tanpa adanya penghalang digital, kita dapat merasakan suasana pertunjukkan yang sesungguhnya. Sebut saja, terdapat cahaya lampu yang berwarna-warni, lalu adanya latar belakang yang unik, kemudian, merasakan keramaian penonton, dan tidak lupa juga untuk berfoto bersama penyanyi tersebut. Kenikmatan tersebut menjadi impian semua insan penikmat musik. Namun, tidak semuanya dapat merasakan hal tersebut. Adanya kendala dalam beberapa hal, sehingga membuat mereka tidak bisa ikut menonton pertunjukkan musik.
Perbedaan jarak dan waktu menjadi kendala bagi masyarakat, sehingga mereka tidak bisa menonton secara langsung. Membutuhkan modal yang mahal untuk mendatangkan ke tempat acara, seperti: adanya akomodasi pesawat, biaya penginapan, biaya makan dan minum, dan sebagainya. Selain itu, maraknya penularan pandemi ini membuat seluruh acara dialihkan ke daring, bahkan ada beberapa yang dibatalkan. Namun, saat ini sudah ada perkembangan teknologi yang membantu manusia dalam menghubungkan satu sama lain. Sehingga, masyarakat yang memiliki tempat tinggal jauh tidak perlu khawatir.
ADVERTISEMENT
Virtual Concert merupakan sebuah solusi dari permasalahan yang kita hadapi saat ini, sehingga masyarakat yang mengalami perbedaan wilayah, waktu, dan negara dapat menikmati pertunjukkan tersebut tanpa mengurangi rasa kenyamanan. Pertunjukkan ini dilaksanakan secara daring, hanya membutuhkan modal wifi atau kuota, serta tanpa mengurangi rasa penasaran,kalian dapat merasakan suasana pertunjukkan yang sama seperti secara langsung. Setiap band akan menghibur kalian dengan membawakan lagu dari rumah atau studio yang diatur sedemikian rupa. Nantinya, kalian dapat memutar kembali hasil pertunjukkan tersebut di aplikasi yang dinamakan Youtube atau web dari penyelenggara pertunjukkan tersebut.
Dengan penuh rasa penasaran, saya melakukan riset terhadap virtual concert ini. Saya mencoba membuka laman pelaksana pertunjukkan di sebuah aplikasi, kemudian saya mencoba untuk memutarkan video yang sudah disediakan. Karena dilaksanakan secara daring, saya mulai merasakan adanya perbedaan dan persamaan, sehingga saya dapat menyimpulkan memang terasa asing sekali.
ADVERTISEMENT
Rasa asing tersebut membawa perbedaan dalam membedakan jumlah penonton. Jika secara virtual, saya menemukan perbedaan suara penonton dalam media pelaksana pertunjukkan. Ramainya teriakan penonton dianalogikan seperti penuhnya kolom komentar. Beragam tingkah laku penonton yang unik, tervisualisasikan dalam mengomentari sebuah band tersebut. Sehingga, ini menjadi sebuah keunikan yang tersendiri di masa kini.
Tidak ada interaksi dengan penonton, membuat setiap band merasakan kehilangan sekali. Para anggota band dan pengamat musik juga memberikan keluh kesah mereka dalam akun media sosial mereka. Memang, setiap penonton dan pelaku musik juga merindukan untuk konser offline, namun, apalah daya jika pandemi masih belum berakhir. Sehingga, setiap anggota pelaku musik merasakan keasingan dalam melaksanakan pertunjukkan.
Kurangnya pemerataan internet merupakan problematika dari tahun ke tahun. Beberapa wilayah memiliki jaringan yang tidak stabil, bahkan tidak memiliki jaringan sendiri. Sehingga, rasanya pertunjukkan ini juga tidak merata ke seluruh tempat. Memang, perkembangan teknologi sudah membantu para pelaku musik dan masyarakat untuk berkembang. Namun, jika pembagiannya tidak merata, apakah dapat dikatakan sudah efektif? Tentu saja belum. Serasa eksklusif sekali, bisa merasakan pertunjukkan musik secara daring.
ADVERTISEMENT
Begitu luasnya wilayah Indonesia, sehingga memiliki tiga perbedaan waktu wilayah yang berdasarkan penempatan, seperti: adanya Waktu Indonesia Barat (WIB), lalu Waktu Indonesia Tengah (WITA), dan Waktu Indonesia Timur (WIT). kurangnya pemilihan waktu yang efektif dalam melaksanakan pertunjukan tersebut menjadi sebuah keresahan masyarakat yang tinggal nya berada dalam Waktu Indonesia Tengah (WITA) dan Waktu Indonesia Timur (WIT). Sehingga dibutuhkan pemilihan waktu yang efektif, tidak kepagian dan tidak kemalaman.
Jika kita amati dalam pertunjukkan tersebut, terdapat adanya perbedaan dalam set-up panggung yang sudah ditentukan oleh panitia pelaksana pertunjukkan. Setiap latar belakang panggung dan setelan panggung ditentukan oleh tema pertunjukkan yang sudah ditentukan. Nantinya, biasanya panggung tersebut menggunakan green-screen atau dibuat seunik mungkin dengan penempatan alat musik yang berbeda sekali. Seperti: keunikan pengambilan video,menentukan letak panggung tersebut. Seperti biasanya, suara dari pertunjukkan tersebut diatur senyaman mungkin agar tidak merusak telinga. Hasil rekaman tersebut biasanya di edit dan disebarkan melalui media sosial. Sehingga dapat diputar kembali, dalam waktu yang lama.
ADVERTISEMENT
Virtual concert tidak menutup kemungkinan adanya masalah, seringkali kelemahan internet menjadi musuh utama para pelaksana acara. Bahkan, jika terjadi cuaca tertentu, sangat mempengaruhi kecepatan internet. Kemudian, persamaan yang saya temui tidak berubah secara signifikan, seperti: Virtual Concert berbayar. Pertunjukkan ini haruslah berbayar karena dapat memenuhi gaji band dan panitia pelaksana. lalu, untuk melaksanakan pertunjukkan tersebut, harus menyewa alat-alat yang dapat memenuhi kebutuhan pertunjukkan tersebut. Agar, pertunjukan tersebut dapat terlihat keren dan unik. Namun, bagi beberapa penonton memberikan pendapat, agar pertunjukkan tersebut tidak kemahalan. Sehingga, dari berbagai kalangan dapat menikmati pertunjukkan tersebut. Memang permasalahan ini menjadi pro dan kontra di masyarakat. Virtual Concert yang berbayar dengan bintang tamu yang keren, sangatlah tidak rugi. Sehingga, bagi beberapa orang merasakan sangat worth-it.
ADVERTISEMENT