Galakkan Pemilu Damai, 'RUKUN Berbudaya' Kader Para Pemilih Pemula

GUSDURian Mojokutho Pare
Website Resmi dan Publikasi Kegiatan Komunitas GUSDURian Mojokutho 87 Pare, SIBAGUS (Sinau Bareng GUSDURian), Rumah Kemanusiaan GUSDURian, Relawan GUSDURian Peduli, Humanity for All
Konten dari Pengguna
17 November 2023 21:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari GUSDURian Mojokutho Pare tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
GUSDURian Mojokutho Pare gelar RUKUN Berbudaya Edisi ke-II. Foto: Bian/GUSDURian
zoom-in-whitePerbesar
GUSDURian Mojokutho Pare gelar RUKUN Berbudaya Edisi ke-II. Foto: Bian/GUSDURian
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sabtu, 11 November 2023 - GUSDURian Mojokutho Pare menggelar RUKUN Berbudaya Edisi ke-II dengan tema "Pendidikan dan Politik Kebangsaan". Tema ini diusung sebagai gerakan yang dikampanyekan oleh Jaringan GUSDURian Nasional dalam mengkampanyekan pemilu damai dan pemilu bermartabat menuju pilpres 2024 mendatang.
ADVERTISEMENT
Acara digelar pukul 14.00 WIB di Garasi UMKM Pare diikuti oleh lebih dari 40 peserta yang berasal dari SMA dan SMK se Kecamatan Pare. Diantara sekolah yang mendelegasikan siswa siswinya yaitu SMK Kosgoro, SMK Dharma Wanita I Pare, SMK YBPK Pare, MA Ma'arif Pare, SMK Palapa Pare, SMK Hasanudin Pare, SMK Bhakti Mulia, SMK Canda Bhirawa, dan SMK Tunas Bangsa.
RUKUN Berbudaya Edisi ke-II ini dihadiri oleh Sidiq Purnomo, S.Pd., M.Si dari UPT Dinas Pendidikan Kabupaten Kediri dan Etik Indahyanti dari aktivis politik sebagai pemantik dalam forum ini. Pemilihan tema dengan menghadirkan pembicara ahli di bidangnya diharapkan memberi framework baru pada siswa siswi SMK pada pilpres 2024 mendatang sebagai pesta demokrasi tahunan yang damai dan bermartabat.
Galakkan pemilu damai dan bermartabat kepada pemilih pemula. Foto: Bian/GUSDURian
Pemantik pertama disampaikan oleh Sidik Purnomo dengan pemaparan berikut:
ADVERTISEMENT
Budaya itu ada dimana saja. Tahun ini sudah memasuki tahun politik dan budaya ada di sekitar kita selama 24 jam dengan perkembangan teknologi. Para pahlawan kita dulu berperang memakai bambu runcing, sedangkan sekarang kita harus menghadapi peperangan digital yaitu menggunakan teknologi. Sehingga, asas Bhinneka Tinggal Ika harus kita jaga. Tantangan kita saat ini, kita harus bisa menerima dan memfilter semua perkembangan teknologi dan budaya sehari-hari seperti makanan, minuman, gaya hidup, penyebaran informasi digital, hoax, media sosial, dll.
Selanjutnya harus memegang teguh rasa kebersamaan, jangan mudah di pecah belah apalagi dalam organisasi, pemikiran, komunitas, perbedaan sudut pandang politik dll. Di forum RUKUN Berbudaya ini kita bisa saling berkomunikasi dan mendapatkan banyak ilmu.
ADVERTISEMENT
Kemudian dalam menerima edukasi, jangan mudah percaya dengan berita-berita dan informasi yang belum jelas kebenarannya. Harus hati-hati dalam menerima informasi, di dalam grup WhatsApp dan media sosial lainnya. Apalagi sistem penyebaran informasi digital saat ini sangat mudah sekali melakukan penyebaran dan pemasukan pemahaman ideologi radikal yang tidak sesuai dengan Pancasila.
Pendidikan demokrasi, di bangku sekolah kita telah dilatih berdemokrasi contohnya saat ada pemilihan ketua OSIS. Pasti ada pendelegasian ketua, pemilihan umum atau pemilu, kemudian wadah untuk menyampaikan aspirasinya.
Dari situ, pada prinsipnya kita diajak untuk berdemokrasi dengan cara yang benar, pemilu yang bermartabat, yang akan sangat berguna untuk kemajuan bangsa ini di masa depan.
Pesan saya "jaga kerukunan diri agar bangsa kita tetap terjaga kerukunannya".
ADVERTISEMENT
Dilanjutkan pemantik kedua oleh Etik Indahyanti bersama Ibnu Malik, Dosen STIKES karya Husada dan Kepala Desa Darungan dengan pemaparan berikut:
Pada dasarnya, setiap orang itu butuh kekuasaan. Sedangkan untuk mencapai kekuasaan itu, alatnya adalah politik. Namun tidak semua politik itu untuk mencari kekuasaan, ini yang harus dipahami.
Tidak perlu alergi dengan politik karena kita itu perlu menguasai hal-hal tertentu. Dalam politik itu tidak menutup adanya persaingan dalam mencapai tujuan. Setiap saat kita perlu adanya persaingan, terutama dalam mewujudkan kebaikan. Tidak apa-apa bersaing dalam hal kebaikan.
Dengan masuk ke organisasi, kita nanti akan terbiasa untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan dan perselisihan. Kita dituntut untuk berkomunikasi untuk menyelesaikan masalah agar mencapai tujuan bersama.
ADVERTISEMENT
Nantinya akan dituntut untuk berpikir keras jika kita terbiasa masuk ke dalam hidup berorganisasi, berbangsa, dan bernegara.
Jika ada yang mengatakan politik itu jahat, yang jahat itu orangnya atau oknumnya bukan politiknya. Sejatinya hidup berbangsa itu butuh politik. Yaitu politik damai dan bermartabat. Itu sebabnya dibutuhkan seni dalam politik.
Setiap orang pasti memiliki tujuan, visi atau angan-angan yang ingin dicapai. Jadi mulai sekarang harus dipersiapkan untuk meraih visi tadi. Mulai sekarang harus punya visi yang ingin dicapai. Selanjutnya misi atau usaha-usaha agar tujuan terwujud.
Kebanyakan siswa saat ini masih labil untuk coba-coba pada hal baru. Track record seseorang itu tidak bisa di buat-buat atau dicoba-coba. Dalam memilih pemimpin, kita harus bijaksana dan mempertimbangkan dengan matang. Harus dilihat juga perilaku dan rekam jejaknya melalui sumber yang dapat dipercaya keakuratannya.
ADVERTISEMENT
Sesi selanjutnya adalah pertanyaan yang dipandu oleh Rati selaku moderator. Pertanyaan disampaikan oleh Nisa selaku peserta "Jika politik tidak menakutkan, maka seperti apa politik?"
Kemudian langsung dijawab oleh Etik Indahyanti "politik pada dasarnya ingin menguasai. Namun itu semua tergantung siapa yang memimpin. Jika yang memimpin baik maka semua akan baik tapi jika pemimpinnya yang tidak maka semuanya akan tidak baik. Jadi kuncinya pada seorang pemimpin. Maka kelak ketika kalian semua menjadi pemimpin, jadilah pemimpin yang baik untuk masyarakat, bangsa, dan negara ini", tutupnya.
Sesi terakhir ditutup dengan foto bersama dan ramah tamah. Harapannya melalui forum sederhana ini, dapat melahirkan jiwa pemuda yang kritis terhadap kemajuan bangsanya. Meskipun disayangkan, beberapa sekolah SMA Negeri di Pare tidak turut berkontribusi menghadirkan siswanya. Yang pada harapannya, melalui acara ini, GUSDURian Mojokutho Pare dapat menggiring pemilu damai dan bermartabat untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan merata untuk seluruh bangsa Indonesia. Semoga kedepannya SMA & SMK di Pare mau bersinergi untuk bersama-sama mengkader generasi penerus bangsa dalam forum RUKUN Berbudaya.
ADVERTISEMENT