Komunitas GUSDURian Pare dalam Gus Dur Memorial Lecture di UIN SATU Tulungagung

GUSDURian Mojokutho Pare
Website Resmi dan Publikasi Kegiatan Komunitas GUSDURian Mojokutho 87 Pare, SIBAGUS (Sinau Bareng GUSDURian), Rumah Kemanusiaan GUSDURian, Relawan GUSDURian Peduli, Humanity for All
Konten dari Pengguna
9 September 2023 14:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari GUSDURian Mojokutho Pare tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Do'a lintas iman saat Komunitas GUSDURian Pare dalam Gus Dur Memorial Lecture di UIN SATU Tulungagung. foto: Seknas/Gusdurian
zoom-in-whitePerbesar
Do'a lintas iman saat Komunitas GUSDURian Pare dalam Gus Dur Memorial Lecture di UIN SATU Tulungagung. foto: Seknas/Gusdurian
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tulungagung, Rabu, 6 September 2023 - Komunitas GUSDURian Pare dalam Gus Dur Memorial Lecture di UIN SATU Tulungagung yang digelar oleh Jaringan GUSDURian Nasional dan UIN Sayyid Ali Rahmatullah (SATU) Tulungagung.
ADVERTISEMENT
Acara yang digelar di Gedung Arief Mustaqiem Lantai 6 tersebut diikuti oleh lebih dari 500 peserta dari komunitas GUSDURian berbagai daerah termasuk GUSDURian Mojokutho Pare. Selain itu, acara yang berlangsung pukul 09.00 - 12.00 WIB tersebut diikuti pula oleh mahasiswa, tamu undangan dari tokoh lintas agama, jejaring komunitas, budayawan dan lain-lain.
Acara tersebut dibuka dengan do'a lintas agama yang dipimpin oleh pemimpim agama masing-masing. Agama Hindu dipimpin oleh Bopo Kasa, Agama Kristen dipimpin oleh Pendeta Lita, Agama Budha dipimpin oleh Bopo Agus Sudarmanto, Agama Islam dipimpin oleh Kyai Ahmad Syauqi, dan Penghayat dipimpin oleh Sugito Wijoyo Kusumo.
GUSDURian Mojokutho Pare Ikuti Gus Dur Memorial Lecture di UIN SATU Tulungagung bersama Jaringan Komunitas GUSDURian se-Jawa Timur
Inaya Wahid sebagai Pembicara bersama Komunitas GUSDURian Pare dalam Gus Dur Memorial Lecture di UIN SATU Tulungagung. foto: zuul/Gusdurian
Rangkaian acara Gus Dur Memorial Lecture dengan tema Gus Dur & Gagasan Kebudayaan di UIN SATU Tulungagung dalam rangka Harlah Gus Dur ini dimeriahkan oleh para pembicara yang sangat hebat dan ahli. Diantaranya adalah Inaya Wahid, putri dari KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag selaku Rektor UIN SATU Tulungagung sebagai keynote speaker, dan sambutan yang disampaikan oleh Jay Achmad selaku Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan GUSDURian.
ADVERTISEMENT
Jay Achmad menyampaikan "Biasanya Bapak Ibu sekalian melihat Mba Inayah putri Gus Dur ini di televisi, sekarang di acara ini melihat secara langsung. Inspirasi akan disampaikan oleh Mba Inayah Wahid tentang Gus Dur memorial lecture, karena kalo mba Inayah yang menyampaikan tentu sanadnya akan jelas hasan dan sohih, kalo diluar sana banyak yang menyampaikan tentang Gus Dur tapi sanadnya dhaif (lemah)", ungkapnya.
"Di GUSDURian, kita mentradisikan do'a lintas iman tidak sekedar artifisial. Tapi bagaimana gerakan yang dibangun oleh teman-teman GUSDURian di berbagai daerah itu juga ada ruh spiritualitas gerakannya seperti halnya yang dicontohkan oleh Gus Dur. Gus Dur tidak pernah meninggalkan agama dalam setiap gerakannya, justru mendorong agama sebagai salah satu faktor perubahan dalam gerakan sosial", tegas Jay Achmad.
ADVERTISEMENT
Prof. Dr. Maftukhin, M. Ag selaku Rektor UIN SATU Tulungagung menyampaikan "Selamat datang untuk semua tamu undangan dalam acara ini, saya sangat senang melihat antusias teman-teman Komunitas GUSDURian se Jawa Timur. Tamu undangan sebanyak 200 peserta, tapi jumlah bangku 500 unit habis semua. Perlu diketahui teman-teman sekalian, UIN SATU dalam bahasa Arab itu UIN Wahid, sebetulnya mau saya jadikan UIN Gus Dur, tapi nanti kalo disingkat jadinya UGD", ungkap Maftukhin sambil tertawa disusul gelak tawa seluruh hadirin.
Kemudian Maftukhin menambahkan "Tadi didepan oleh Jay sudah disampaikan Gus Dur itu tokoh humanis, kosmopolit, budayawan dan lain-lain. Gus Dur itu tokoh humoris sedunia, tapi ini yang tidak pernah terekam. dan itu semua sudah diturunkan ke Mbak Inaya dari semua keempat putri Gus Dur. Oleh karena itu nanti kalo Mba Inaya gak lucu suruh pulang", ungkapnya sekali lagi mengundang tawa para hadirin.
Inaya Wahid, Founder Positive Movement dan Senior Advisor Jaringan GUSDURian menyampaikan Gus Dur & Gagasan Kebudayaan. foto: seknas/Gusdurian
Inaya Wahid, Founder Positive Movement dan Senior Advisor Jaringan GUSDURian menyampaikan "Saya menamakan pembicaraan saya hari ini adalah "Demokrasi pulang kampung". Gus Dur selalu bilang sama saya main kemana-mana, tapi kakinya harus selalu di rumah. Saya bebas main kemana saja tanpa diskriminasi karena gender saya perempuan. Saya tidak pernah mengalami seperti teman-teman perempuan saya lainnya, seperti dilarang main saat malam, jam sembilan harus sudah pulang. Bahkan pernah suatu malam saat Gus Dur pulang kerja saya cium tangan. Gus Dur bertanya "Loh, jam berapa ini?", saya menjawab "Jam 10 malam". Lalu Gus Dur bertanya "Kok kamu sudah dirumah?", kemudian saya menjawab "Oh ini baru mau berangkat", jawab saya sambil tertawa kepada Gus Dur", ungkap Inaya dalam penyampaian materi Gus Dur Memorial Lecture.
ADVERTISEMENT
Inaya menyampaikan "Inilah yang terjadi hari ini. Demokrasi pulang kampung. Saatnya kita pulang kampung, saatnya kita mengenali lagi identitas kita, saatnya kita mengenali kebutuhan lokal komunitas-komunitas kita menjadi komunal. Kita bicara tentang yang lokal. Gus Dur selalu bicara tentang hal kecil, disaat semua orang bicara hal besar, Gus Dur berbicara tentang hal sederhana yang tampak kecil di mata kita, karena negara ini dibangun oleh Kyai Kampung, Kyai lokal mereka adalah tulang punggung negara kita" tambahnya.
Tamu undangan, jejaring komunitas dan tokoh lintas iman dalam forum Gus Dur dan Gagasan Kebudayaan. foto: seknas/Gusdurian
"Ayah saya itu tidak pernah dan jarang sekali ngasih wejangan ke saya. Gus Dur hanya menyuruh saya tiga hal: pertama, apapun yang saya lakukan, saya harus melakukannya sesuai keinginan saya, menjadi diri saya sendiri, Kedua, gak pernah berhenti membaca. Ini benar-benar wasiat beliau sebelum meninggal. Ketiga, satu wasiat lagi yang beliau selalu memaksa saya melakukannya yaitu dengerin lagu dangdut dan campursari. Karena dari situ suara-suara kita yang asli kedengeran. maka jelajahi diri sendiri, komunitas kita, siapa diri kita, identitas kita. Mulailah berpikir komunitas bukan identitas. Saatnya kita pulang kampung", tutup Inaya Wahid dalam pemaparan materi Gus Dur dan Gagasan Kebudayaan.
ADVERTISEMENT
Acara berlangsung sangat meriah dan antusiasme hadirin yang terhibur dengan pemaparan materi oleh Inaya Wahid yang identik dengan humorisme dan mengundang gelak tawa. Selain itu ciri khas Inaya Wahid sangat santai sederhana dan sarat makna.
Selanjutnya acara ditutup dengan penandatanganan prasasti simbolis peresmian monumen KH. Abdurrahman Wahid di UIN SATU Tulungagung, penyerahan cinderamata dan foto bersama seluruh hadirin. Selanjutnya ditutup dokumentasi dan foto bersama oleh Komunitas GUSDURian Pare dalam Gus Dur Memorial Lecture di UIN SATU Tulungagung bersama GUSDURian se Jawa Timur. (win)