Bahaya Kesehatan yang Mengintai Dampak dari Udara Kotor

Sinta Mentari
Dokter - Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Konten dari Pengguna
21 Juni 2023 9:39 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sinta Mentari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kota dengan polusi udara (Sumber foto: Pexels.com/ Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kota dengan polusi udara (Sumber foto: Pexels.com/ Pixabay)
ADVERTISEMENT
Sebagai makhluk hidup, setiap saat kita bernapas. Kualitas udara yang kita hirup berpengaruh dengan kesehatan tubuh. Dilansir dari laman IQAir, Indonesia menduduki posisi ke-26 dari 131 negara yang memiliki kualitas udara terburuk di dunia pada tahun 2022.
ADVERTISEMENT
Lebih memperihatinkannya lagi, kualitas udara Jakarta sebagai ibukota negara, berada pada level yang tidak baik bagi kesehatan. Udara yang tercemar tersebut mengandung polutan berbahaya yang berasal dari asap kendaraan, pengolahan limbah, industri, pertanian atau dari aktivitas rumah tangga.
Polusi udara telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia. Melansir dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), terdapat sekitar 7 juta kematian di seluruh dunia setiap tahunnya yang diakibatkan oleh dampak dari polusi udara.
Penelitian menunjukkan bahwa paparan polusi udara berhubungan dengan terjadinya infeksi saluran pernapasan akut, penyakit paru obstruktif kronis, penyakit jantung iskemik, kanker paru, dan stroke.
Ilustrasi lansia didampingi perempuan muda. Foto: Shutter Stock
Selain itu, pada beberapa kasus juga menunjukkan dampak paparan polusi udara dengan penyakit Alzheimer dan berat badan lahir rendah pada bayi.
ADVERTISEMENT
Polutan berbahaya seperti ozon, natrium dioksida, PM2.5 dan sulfur dioksida jika dihirup masuk ke dalam tubuh dapat menimbulkan masalah kesehatan.
Polutan ini dapat mencetuskan terjadinya rangkaian proses inflamasi dan kerusakan pada sel-sel di tubuh. Terdapat beberapa kelompok yang lebih rentan terhadap dampak buruk polusi udara, yaitu anak-anak usia 0-5 tahun, ibu hamil, orang dengan penyakit saluran napas, serta semua kelompok usia yang beraktivitas di luar ruang dalam waktu lama.
Masa kehamilan hingga anak usia 1 tahun perlu lebih waspada karena ini merupakan periode kritis (critical window) terjadinya masalah kesehatan akibat paparan terhadap polutan berbahaya.
Paparan polusi udara selama masa kehamilan dapat mempengaruhi plasenta yang berfungsi sebagai jalur oksigen dan nutrisi bagi janin, sehingga bisa berdampak pada berat badan lahir bayi.
ADVERTISEMENT

Mengetahui Kualitas Udara

Ilustrasi seseorang memakai masker (Sumber foto: Pexels.com/ Anna Shvets)
Bagaimana cara mengetahui kualitas udara di suatu wilayah? Seiring berkembangnya teknologi, kita bisa dengan mudah mendapatkan informasi tersebut melalui internet atau dengan mengunduh beberapa aplikasi di smartphone yang menyediakan rincian kualitas udara.
Indeks Kualitas Udara (AQI) merupakan suatu indeks yang digunakan untuk melaporkan kualitas udara harian di suatu wilayah. Nilai AQI dihitung berdasarkan lima jenis polutan utama di udara, yaitu ozon, PM 2.5, karbon monoksida, sulfur dioksida, dan nitrogen dioksida. Semakin tinggi nilai AQI di suatu wilayah, maka semakin besar tingkat polusi udara dan risiko kesehatan.
Sebagai gambaran, nilai AQI dikelompokkan dalam enam kategori warna yang menunjukkan tingkatan kualitas udara dengan tujuan agar mudah dipahami oleh masyarakat luas, yaitu:
ADVERTISEMENT
Melansir dari laman IQAir, nilai AQI di Jakarta pada Juni 2023 menyentuh angka 164 dengan konsentrasi polutan PM2.5 jauh lebih tinggi dari kualitas udara yang disarankan oleh WHO.
ADVERTISEMENT
Dengan mengetahui indeks kualitas udara, kita dapat mengambil langkah antisipasi yang tepat saat kualitas udara di lingkungan sedang tidak baik. Hal yang bisa dilakukan misalnya dengan memakai masker, menutup jendela, dan membatasi jumlah aktivitas luar ruang saat nilai AQI di atas 100.
Mengurangi polusi udara memang bukanlah pekerjaan yang mudah dan membutuhkan kerja sama berbagai pihak. Namun, kita bisa mulai dari diri sendiri dengan menggunakan kendaraan ramah lingkungan, membatasi penggunaan kendaraan bermotor, dan tidak membakar sampah. Mari kita bersama-sama berkomitmen menjaga lingkungan agar bisa menghirup udara yang bebas polusi.